MUZILUL ILBAS : Hukum Mengkafirkan dan Membid'ahkan /

Terkejut telinga kita tatkala mendengar seseorang berkomentar, "Si Fulan kafir", "Si Fulan ahli bid'ah", "Si Fulan ahli maksiat." Demikian pula ketika ada yang berkata, "Al-Quran adalah makhluk", "Allah ada di mana-mana", bahkan lebih dari itu b...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Sa'id Shabir Abduh, author 644763, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, 1914-1999, Syaikh, author 318479, M. Nurkholis Ridwan, translator 644764, Andi Arlin, editor 644765
Format: text
Language:may
Published: Jakarta : Griya Ilmu, 2005
Subjects:
_version_ 1796763066171392000
author Sa'id Shabir Abduh, author 644763
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, 1914-1999, Syaikh, author 318479
M. Nurkholis Ridwan, translator 644764
Andi Arlin, editor 644765
author_facet Sa'id Shabir Abduh, author 644763
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, 1914-1999, Syaikh, author 318479
M. Nurkholis Ridwan, translator 644764
Andi Arlin, editor 644765
author_sort Sa'id Shabir Abduh, author 644763
collection OCEAN
description Terkejut telinga kita tatkala mendengar seseorang berkomentar, "Si Fulan kafir", "Si Fulan ahli bid'ah", "Si Fulan ahli maksiat." Demikian pula ketika ada yang berkata, "Al-Quran adalah makhluk", "Allah ada di mana-mana", bahkan lebih dari itu bahwa "Al-Quran sudah tidak sesuai lagi dengan zaman modern." Apakah semata melakukan perbuatan kekufuran, bid'ah, bergaul dengan pelaku maksiat telah menyebabkan seseorang dianggap "Kafir", "Ahli Bid'ah" dan "Ahli Maksiat"? Ataukah ada perkara-perkara yang perlu diperhatikan sebelum kita menetapkan hukum kepada seseorang. Bagaimana pula sikap kita dengan orang-orang yang berkata "Al-Quran adalah makhluk", "Allah ada di mana-mana" dan "Al-Quran sudah tidak sesuai lagi dengan zaman modern." Buku yang ada di tangan pembaca saat ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara tuntas, sehingga kita akan lebih bijaksana dan berhati-hati dalam menetapkan hukum kepada sesama muslim. Juga menjelaskan bagaimana sikap kita dalam bermuamalah dengan non Muslim dari kalangan Yahudi, Nasrani dan isme-isme lainnya. Bukankah berhati-hati dalam bersikap dan tidak tergesa-gesa menetapkan hukum kepada sesama muslim adalah sesuatu yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya. Jangan sampai sikap terburu-buru menyebabkan kita tergolong dalam kategori yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya, "Jika seseorang berkata kepada saudaranya, "Wahai kafir!" Maka tuduhan itu akan kembali kepada salah satu dari keduanya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
first_indexed 2024-03-05T16:50:15Z
format text
id KOHA-OAI-TEST:594982
institution Universiti Teknologi Malaysia - OCEAN
language may
last_indexed 2024-03-05T16:50:15Z
publishDate 2005
publisher Jakarta : Griya Ilmu,
record_format dspace
spelling KOHA-OAI-TEST:5949822024-01-11T10:40:55ZMUZILUL ILBAS : Hukum Mengkafirkan dan Membid'ahkan / Sa'id Shabir Abduh, author 644763 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, 1914-1999, Syaikh, author 318479 M. Nurkholis Ridwan, translator 644764 Andi Arlin, editor 644765 textJakarta : Griya Ilmu,2005mayTerkejut telinga kita tatkala mendengar seseorang berkomentar, "Si Fulan kafir", "Si Fulan ahli bid'ah", "Si Fulan ahli maksiat." Demikian pula ketika ada yang berkata, "Al-Quran adalah makhluk", "Allah ada di mana-mana", bahkan lebih dari itu bahwa "Al-Quran sudah tidak sesuai lagi dengan zaman modern." Apakah semata melakukan perbuatan kekufuran, bid'ah, bergaul dengan pelaku maksiat telah menyebabkan seseorang dianggap "Kafir", "Ahli Bid'ah" dan "Ahli Maksiat"? Ataukah ada perkara-perkara yang perlu diperhatikan sebelum kita menetapkan hukum kepada seseorang. Bagaimana pula sikap kita dengan orang-orang yang berkata "Al-Quran adalah makhluk", "Allah ada di mana-mana" dan "Al-Quran sudah tidak sesuai lagi dengan zaman modern." Buku yang ada di tangan pembaca saat ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara tuntas, sehingga kita akan lebih bijaksana dan berhati-hati dalam menetapkan hukum kepada sesama muslim. Juga menjelaskan bagaimana sikap kita dalam bermuamalah dengan non Muslim dari kalangan Yahudi, Nasrani dan isme-isme lainnya. Bukankah berhati-hati dalam bersikap dan tidak tergesa-gesa menetapkan hukum kepada sesama muslim adalah sesuatu yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya. Jangan sampai sikap terburu-buru menyebabkan kita tergolong dalam kategori yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya, "Jika seseorang berkata kepada saudaranya, "Wahai kafir!" Maka tuduhan itu akan kembali kepada salah satu dari keduanya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)Terkejut telinga kita tatkala mendengar seseorang berkomentar, "Si Fulan kafir", "Si Fulan ahli bid'ah", "Si Fulan ahli maksiat." Demikian pula ketika ada yang berkata, "Al-Quran adalah makhluk", "Allah ada di mana-mana", bahkan lebih dari itu bahwa "Al-Quran sudah tidak sesuai lagi dengan zaman modern." Apakah semata melakukan perbuatan kekufuran, bid'ah, bergaul dengan pelaku maksiat telah menyebabkan seseorang dianggap "Kafir", "Ahli Bid'ah" dan "Ahli Maksiat"? Ataukah ada perkara-perkara yang perlu diperhatikan sebelum kita menetapkan hukum kepada seseorang. Bagaimana pula sikap kita dengan orang-orang yang berkata "Al-Quran adalah makhluk", "Allah ada di mana-mana" dan "Al-Quran sudah tidak sesuai lagi dengan zaman modern." Buku yang ada di tangan pembaca saat ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas secara tuntas, sehingga kita akan lebih bijaksana dan berhati-hati dalam menetapkan hukum kepada sesama muslim. Juga menjelaskan bagaimana sikap kita dalam bermuamalah dengan non Muslim dari kalangan Yahudi, Nasrani dan isme-isme lainnya. Bukankah berhati-hati dalam bersikap dan tidak tergesa-gesa menetapkan hukum kepada sesama muslim adalah sesuatu yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya. Jangan sampai sikap terburu-buru menyebabkan kita tergolong dalam kategori yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya, "Jika seseorang berkata kepada saudaranya, "Wahai kafir!" Maka tuduhan itu akan kembali kepada salah satu dari keduanya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)Nur Arikah BudimanIslamURN:ISBN:9789799992000
spellingShingle Islam
Sa'id Shabir Abduh, author 644763
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, 1914-1999, Syaikh, author 318479
M. Nurkholis Ridwan, translator 644764
Andi Arlin, editor 644765
MUZILUL ILBAS : Hukum Mengkafirkan dan Membid'ahkan /
title MUZILUL ILBAS : Hukum Mengkafirkan dan Membid'ahkan /
title_full MUZILUL ILBAS : Hukum Mengkafirkan dan Membid'ahkan /
title_fullStr MUZILUL ILBAS : Hukum Mengkafirkan dan Membid'ahkan /
title_full_unstemmed MUZILUL ILBAS : Hukum Mengkafirkan dan Membid'ahkan /
title_short MUZILUL ILBAS : Hukum Mengkafirkan dan Membid'ahkan /
title_sort muzilul ilbas hukum mengkafirkan dan membid ahkan
topic Islam
work_keys_str_mv AT saidshabirabduhauthor644763 muzilulilbashukummengkafirkandanmembidahkan
AT muhammadnashiruddinalalbani19141999syaikhauthor318479 muzilulilbashukummengkafirkandanmembidahkan
AT mnurkholisridwantranslator644764 muzilulilbashukummengkafirkandanmembidahkan
AT andiarlineditor644765 muzilulilbashukummengkafirkandanmembidahkan