WAJAH STUDI AGAMA-AGAMA : Dari Era Teosofi Indonesia (1901-1940) Hingga Masa Reformasi /

Sejak dulu banyak orang menganggap kajian ilmiah terhadap agama sebagai sesuatu yang absurd dan tidak menyenangkan. Menurut Ninian Smart, disebut absurd karena pendekatan ilmiah cenderung untuk melalaikan atau mendistorsi perasaan-perasaan batin dan responsrespons terhadap yang tak terlihat (Yang Il...

وصف كامل

التفاصيل البيبلوغرافية
المؤلف الرئيسي: Media Zainul Bahri, author 644864
التنسيق: text
اللغة:may
منشور في: Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2015
الموضوعات:
الوصف
الملخص:Sejak dulu banyak orang menganggap kajian ilmiah terhadap agama sebagai sesuatu yang absurd dan tidak menyenangkan. Menurut Ninian Smart, disebut absurd karena pendekatan ilmiah cenderung untuk melalaikan atau mendistorsi perasaan-perasaan batin dan responsrespons terhadap yang tak terlihat (Yang Ilahi). Disebut tidak disukai karena studi ilmiah membawa pendekatan yang dingin (rasional) terhadap apa yang seharusnya "hangat dan menggetarkan." Anggapan tersebut keliru, meskipun sepenuhnya dapat dimengerti. Tentu saja ilmu-ilmu humaniora-termasuk agama-harus berurusan dengan perasaanbatin, karena manusia tidak bisa dipahami jika sentimen, emosi dan penghayatan keagamaannya tidak dipahami. Hal ini tentu berbeda dengan pendekatan dalam ilmu-ilmu pasti (eksak) yang memperlakukan batu-batu atau elektron-elektron. Studi agama juga tidak disukai disebabkan problem menguatnya fundamentalisme agama saat ini yang "alergi" terhadap studi agama yang ilmiah, karena hal itu dianggap akan "membahayakan akidah," "menyesatkan" atau setidaknya membuat seorang beragama akan jauh dari agamanya disebabkan mengkaji keyakinan agama yang sudah pasti dengan metode-metode ilmiah yang menganggap agama sebagai bagian dari kebudayaan sehingga absah untuk "diobrak-abrik."