Summary: | Abstrak
Artikel ini bertujuan memaparkan relasi genetis bahasa-bahasa di Kabupaten Morowali, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode simak melalui teknik sadap, rekam, wawancara, dan catat. Data penelitian ini terdiri atas 200 kosakata dasar Swadesh dan 837 kosakata budaya. Data tersebut diolah menggunakan metode komparatif (leksikostatistik dan rekonstruksi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif bahasa-bahasa di Kabupaten Morowali dikelompokkan menjadi dua, yaitu Bungku-Menui (Towatu, Bahonsuai, Tomadino, Bungku, Menui) dan Tombelala-Topada (Tombelala dan Topada). Pengelompokkan itu didukung bukti-bukti kualitatif melalui rekonstruksi protobahasa yang wujudnya berupa retensi dari bentuk PAN dan inovasi dari bentuk PAN. Retensi dari bentuk PAN berupa evidensi leksikal penyatu bahasa-bahasa di Kabupaten Morowali ditemukan pada glos anak, api, batu, binatang, buah, gigi, laut, lima, mata, mati, tahun, ular, tikam, dan tipis. Sebaliknya, inovasi dari bentuk PAN terdapat pada glos burung, hidung, dan tulang. Evidensi leksikal pemisah yang merupakan retensi dari bentuk PAN juga ditemukan pada kelompok Bungku-Menui, yakni terdapat pada glos akar, kuku, dan makan serta kelompok Tombelala-Topada ditemukan pada glos anjing, lidah, mulut, orang, panas, dan tanah. Realisasi berupa inovasi dari bentuk PAN dalam kelompok Bungku-Menui terdapat pada glos anjing, lidah, mulut, orang, panas, tanah, dan telinga serta kelompok Tombelala-Topada terdapat pada glos akar, kuku, dan makan.
Kata kunci: evidensi, fonologis, relasi genetis, leksikal
Abstract
This paper aims to describe quantitatively and qualitatively the genetic relations of the Morowali Regency languages. The data was collected using the observation method through tapping, recording, interviewing and note-taking techniques. The data of this research consisted of 200 basic Swadesh vocabularies and 837 cultural vocabularies. The data is analysed using comparative methods (lexicostatistics and reconstruction). The results of this study indicate that quantitatively the languages in Morowali Regency are grouped into two, namely Bungku-Menui (Towatu, Bahonsuai, Tomadino, Bungku, Menui) and Tombelala-Topada (Tombelala and Topada). This classification is supported by qualitative evidence through the reconstruction of the proto-language in the form of retention from the PAN form and innovation from the PAN form. The retention of the PAN form in the form of lexical evidence that unites the languages in Morowali Regency was found in the gloss of anak, api, batu, binatang, buah, gigi, laut, lima, mata, mati, tahun, ular, tikam, tipis. Conversely, the innovation of the PAN form is in the gloss of burung, hidung, tulang. The lexical separator evidence which is retention of the PAN form was also found in the Bungku-Menui group, namely in the gloss of anjing, lidah, mulut, orang, panas, tanah; on Tombelala-Topada group is found on the gloss of anjing, lidah, mulut, orang, panas, tanah. The realization in the form of innovation from the form of PAN on the Bungku-Menui group is found in the gloss of anjing, lidah, mulut, orang, panas, tanah, telinga; on Tombelala-Topada group is found in gloss of akar, kuku, and makan.
Keywords: evidence, phonological, genetic relationship, lexical
|