Pengembangan Sistem Kelistrikan Tanah Merah Mempertimbangkan Energi Baru Terbarukan dan Emisi CO2

Sistem kelistrikan di wilayah Papua masih memiliki rasio elektrifikasi sebesar 94% dengan biaya pokok penyediaan (BPP) yang tinggi, yaitu Rp3.041/kWh. Selain itu, sistem kelistrikan yang ada masih terdiri atas banyak sistem kecil yang jumlahnya lebih dari seratus, dengan sebagian besar pembangkit be...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Amrisal Kamal Fajri, Sarjiya, Lesnanto Multa Putranto, Adlan Bagus Pradana, Fransisco Danang Wijaya
Format: Article
Language:English
Published: Universitas Gadjah Mada 2023-08-01
Series:Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi
Subjects:
Online Access:https://jurnal.ugm.ac.id/v3/JNTETI/article/view/5254
_version_ 1797688430047526912
author Amrisal Kamal Fajri
Sarjiya
Lesnanto Multa Putranto
Adlan Bagus Pradana
Fransisco Danang Wijaya
author_facet Amrisal Kamal Fajri
Sarjiya
Lesnanto Multa Putranto
Adlan Bagus Pradana
Fransisco Danang Wijaya
author_sort Amrisal Kamal Fajri
collection DOAJ
description Sistem kelistrikan di wilayah Papua masih memiliki rasio elektrifikasi sebesar 94% dengan biaya pokok penyediaan (BPP) yang tinggi, yaitu Rp3.041/kWh. Selain itu, sistem kelistrikan yang ada masih terdiri atas banyak sistem kecil yang jumlahnya lebih dari seratus, dengan sebagian besar pembangkit berjenis diesel (pembangkit listrik tenaga diesel, PLTD). Salah satu sistem tersebut adalah wilayah Tanah Merah, yang memiliki populasi 19.136 jiwa dengan kebutuhan energi sebesar 6,89 GWh. Wilayah tersebut diproyeksikan akan mengalami pemekaran dan pertumbuhan populasi. Sebagai konsekuensinya, kebutuhan energi listrik akan meningkat. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan sistem pembangkitan perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang tumbuh. Perencanaan pada daerah terpencil lazimnya dilakukan untuk durasi jangka pendek, yaitu untuk tahun 2025 hingga 2030, melalui proses optimisasi dari beberapa kandidat pembangkit yang diusulkan. Kandidat pembangkit yang diusulkan mempertimbangkan ketersediaan energi primer setempat, suplai gas dan BBM, dan ketersediaan teknologi. Optimisasi akan meminimalkan jumlah biaya dari pembangkit yang akan dipilih yang memiliki atribut berupa biaya investasi, operasi, pemeliharaan, bahan bakar, dan nilai sisa aset pada durasi perencanaan. Dalam melakukan perencanaan, pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dan proporsi bauran energi sebesar 23% perlu dipertimbangkan, sesuai dengan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, dua skenario yang meliputi aspek keekonomian dan lingkungan dipertimbangkan dalam proses simulasi, yaitu skenario business as usual (BaU) dan skenario nationally determined contributions (NDC) untuk pembatasan emisi. Optimisasi dikembangkan berdasarkan mixed-integer linear programming (MILP) yang dilakukan pada perangkat lunak HOMER. Hasil simulasi yang diperoleh menunjukkan bahwa BPP pembangkitan untuk skenario BaU lebih ekonomis jika dibandingkan dengan skenario NDC, yaitu sebesar Rp2.559,8/kWh berbanding Rp3.104,64/kWh.
first_indexed 2024-03-12T01:30:56Z
format Article
id doaj.art-13dc38c604e3419694a4d4b40579e8bf
institution Directory Open Access Journal
issn 2301-4156
2460-5719
language English
last_indexed 2024-03-12T01:30:56Z
publishDate 2023-08-01
publisher Universitas Gadjah Mada
record_format Article
series Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi
spelling doaj.art-13dc38c604e3419694a4d4b40579e8bf2023-09-12T03:32:29ZengUniversitas Gadjah MadaJurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi2301-41562460-57192023-08-0112323323910.22146/jnteti.v12i3.52545254Pengembangan Sistem Kelistrikan Tanah Merah Mempertimbangkan Energi Baru Terbarukan dan Emisi CO2Amrisal Kamal Fajri0Sarjiya1Lesnanto Multa Putranto2Adlan Bagus Pradana3Fransisco Danang Wijaya4Universitas Gadjah MadaUniversitas Gadjah MadaUniversitas Gadjah MadaThe University of QueenslandUniversitas Gadjah MadaSistem kelistrikan di wilayah Papua masih memiliki rasio elektrifikasi sebesar 94% dengan biaya pokok penyediaan (BPP) yang tinggi, yaitu Rp3.041/kWh. Selain itu, sistem kelistrikan yang ada masih terdiri atas banyak sistem kecil yang jumlahnya lebih dari seratus, dengan sebagian besar pembangkit berjenis diesel (pembangkit listrik tenaga diesel, PLTD). Salah satu sistem tersebut adalah wilayah Tanah Merah, yang memiliki populasi 19.136 jiwa dengan kebutuhan energi sebesar 6,89 GWh. Wilayah tersebut diproyeksikan akan mengalami pemekaran dan pertumbuhan populasi. Sebagai konsekuensinya, kebutuhan energi listrik akan meningkat. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan sistem pembangkitan perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang tumbuh. Perencanaan pada daerah terpencil lazimnya dilakukan untuk durasi jangka pendek, yaitu untuk tahun 2025 hingga 2030, melalui proses optimisasi dari beberapa kandidat pembangkit yang diusulkan. Kandidat pembangkit yang diusulkan mempertimbangkan ketersediaan energi primer setempat, suplai gas dan BBM, dan ketersediaan teknologi. Optimisasi akan meminimalkan jumlah biaya dari pembangkit yang akan dipilih yang memiliki atribut berupa biaya investasi, operasi, pemeliharaan, bahan bakar, dan nilai sisa aset pada durasi perencanaan. Dalam melakukan perencanaan, pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dan proporsi bauran energi sebesar 23% perlu dipertimbangkan, sesuai dengan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, dua skenario yang meliputi aspek keekonomian dan lingkungan dipertimbangkan dalam proses simulasi, yaitu skenario business as usual (BaU) dan skenario nationally determined contributions (NDC) untuk pembatasan emisi. Optimisasi dikembangkan berdasarkan mixed-integer linear programming (MILP) yang dilakukan pada perangkat lunak HOMER. Hasil simulasi yang diperoleh menunjukkan bahwa BPP pembangkitan untuk skenario BaU lebih ekonomis jika dibandingkan dengan skenario NDC, yaitu sebesar Rp2.559,8/kWh berbanding Rp3.104,64/kWh.https://jurnal.ugm.ac.id/v3/JNTETI/article/view/5254perencanaan sistem pembangkitanperencanaan daerah terpencilenergi baru terbarukanpembatasan emisihomer
spellingShingle Amrisal Kamal Fajri
Sarjiya
Lesnanto Multa Putranto
Adlan Bagus Pradana
Fransisco Danang Wijaya
Pengembangan Sistem Kelistrikan Tanah Merah Mempertimbangkan Energi Baru Terbarukan dan Emisi CO2
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi
perencanaan sistem pembangkitan
perencanaan daerah terpencil
energi baru terbarukan
pembatasan emisi
homer
title Pengembangan Sistem Kelistrikan Tanah Merah Mempertimbangkan Energi Baru Terbarukan dan Emisi CO2
title_full Pengembangan Sistem Kelistrikan Tanah Merah Mempertimbangkan Energi Baru Terbarukan dan Emisi CO2
title_fullStr Pengembangan Sistem Kelistrikan Tanah Merah Mempertimbangkan Energi Baru Terbarukan dan Emisi CO2
title_full_unstemmed Pengembangan Sistem Kelistrikan Tanah Merah Mempertimbangkan Energi Baru Terbarukan dan Emisi CO2
title_short Pengembangan Sistem Kelistrikan Tanah Merah Mempertimbangkan Energi Baru Terbarukan dan Emisi CO2
title_sort pengembangan sistem kelistrikan tanah merah mempertimbangkan energi baru terbarukan dan emisi co2
topic perencanaan sistem pembangkitan
perencanaan daerah terpencil
energi baru terbarukan
pembatasan emisi
homer
url https://jurnal.ugm.ac.id/v3/JNTETI/article/view/5254
work_keys_str_mv AT amrisalkamalfajri pengembangansistemkelistrikantanahmerahmempertimbangkanenergibaruterbarukandanemisico2
AT sarjiya pengembangansistemkelistrikantanahmerahmempertimbangkanenergibaruterbarukandanemisico2
AT lesnantomultaputranto pengembangansistemkelistrikantanahmerahmempertimbangkanenergibaruterbarukandanemisico2
AT adlanbaguspradana pengembangansistemkelistrikantanahmerahmempertimbangkanenergibaruterbarukandanemisico2
AT fransiscodanangwijaya pengembangansistemkelistrikantanahmerahmempertimbangkanenergibaruterbarukandanemisico2