KAJIAN INTERTEKSTUALITAS PUISI NA>ZIK AL-MALA>`IKAH ‘ANA>’ DAN CHAIRIL ANWAR ‘AKU’ (Analisis Satra Bandingan)

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang kajian intertekstualitas puisi Nazik Al-Mala`ikah ‘Ana’ dan Chairil Anwar ‘Aku’ menggunakan teori Satra Bandinga. Intertekstualitas terhadap kedua puisi di atas memiliki persamaan bedasarkan pencarian hakikat manusia yang ada dalam puisi ini adala...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Irwan Mus, Aiyub Berdan
Format: Article
Language:Arabic
Published: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh 2021-08-01
Series:An-Nahdah Al-'Arabiyah
Subjects:
Online Access:https://journal.ar-raniry.ac.id/index.php/nahdah/article/view/1229/585
Description
Summary:Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang kajian intertekstualitas puisi Nazik Al-Mala`ikah ‘Ana’ dan Chairil Anwar ‘Aku’ menggunakan teori Satra Bandinga. Intertekstualitas terhadap kedua puisi di atas memiliki persamaan bedasarkan pencarian hakikat manusia yang ada dalam puisi ini adalah sebuah pencarian secara filsafati. Kajian intertekstualitas kedua puisi tersebut memiliki perbandingan dari segi persamaan dan perbedaan yang meliputi isi atau struktur batin dan struktur fisik. Perbandingan intertektualitas persamaaan dan perbedaan puisi kedua puisi tersebut dari segi isi atau struktur batin mencakup beberapa hal seperti: tema, nada, amanat, dan suasana. Sedangkan perbandingan intertektualitas persamaaan dan perbedaan puisi kedua puisi tersebut dari segi struktur fisik meliputi: kata konkret, bahasa figuratif (majas), dan tipografi. Dari segi budaya dan sejarah kedua puisi tersebut yang melatarinya dapat disimpulakan bahwa, pertama puisi Ana ditulis oleh seorang satrawan kotemporer perempuan berkebangsaan Arab dari Irak sedangkan puisi Aku ditulis oleh sastrawan bekembangsaan Indonesia. Walaupun dari segi tema sama-sama berbicara mengenai perjuangan namun keduanya memiliki makna yang berbeda. Puisi Ana karya Nazik Al-Mala`ikah memiliki makna perjuangan terhadap diri sendiri sebagai bukti jelas nampak pada lirik yang berbunyi “Aku tetap kontributor di sini”, sedangkan puisi Aku karya Chairil Anwar lebih berbicara kepada perjuangan membela negara melawan penjajahan, dan itu nampak pada lirik yang berbunyi ‘Biar peluru menembus kulitku’ ‘Aku tetap meradang menerjang’.
ISSN:2963-8402
2774-7808