Merengkuh Kesemestaan

Buku La grâce du végétal menampilkan penalaran teologis yang unik dan segar mengenai divine economy. Dunia tumbuhan atau vegetasi adalah rahmat tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk makluk lain, termasuk untuk manusia dalam sebuah relasi. Dalam krisis ekologis, semakin disadari b...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Albertus Bagus Laksana
Format: Article
Language:English
Published: Reformed Center for Religion and Society 2023-11-01
Series:Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat
Online Access:http://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/428
_version_ 1797613540397285376
author Albertus Bagus Laksana
author_facet Albertus Bagus Laksana
author_sort Albertus Bagus Laksana
collection DOAJ
description Buku La grâce du végétal menampilkan penalaran teologis yang unik dan segar mengenai divine economy. Dunia tumbuhan atau vegetasi adalah rahmat tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk makluk lain, termasuk untuk manusia dalam sebuah relasi. Dalam krisis ekologis, semakin disadari bahwa tumbuh-tumbuhan adalah “penyedia kehidupan” (provider of life). Tumbuhan itu memersepsikan, merasakan dan mengomunikasikan … di luar penampakan mereka yang tampaknya bisu. Kita hidup bersama pepohonan dalam sebuah relasi yang ditandai oleh resonansi dan ketergantungan. Schaefer menawarkan sebuah konsep “reciprocite significative”, yakni hubungan timbal-balik yang penting untuk kedua belah pihak karena manusia juga memelihara dirinya sendiri ketika manusia memelihara pepohonan. Kalau logika ini diteruskan, mungkin mengarah pada kesimpulan besar seperti ini: segala sesuatu itu menjadi rahmat untuk yang lain. Barangkali, ada unsur kebetulan ketika saya melihat buku itu terpampang di rak yang sangat kelihatan. Namun demikian, di luar minat dan unsur kebetulan ini, mungkin topik ini juga mewakili gerakan pemikiran dalam bidang teologi dan pemikiran agama yang lebih luas, yang tidak hanya semakin inklusif tetapi juga “universal”, dalam arti: merengkuh kesemestaan (the universe). Pemikiran ini jelas menambah luas gerak inklusif teologi dan pemikiran keagamaan yang sudah meretas batas geografis dan kawasan (theology without border) atau batas-batas denominasi (oikumenis) dan batas agama (interreligius).
first_indexed 2024-03-11T06:57:10Z
format Article
id doaj.art-1bf8555ae81947628c8f1f09adf4c70d
institution Directory Open Access Journal
issn 2407-0556
2599-3267
language English
last_indexed 2024-03-11T06:57:10Z
publishDate 2023-11-01
publisher Reformed Center for Religion and Society
record_format Article
series Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat
spelling doaj.art-1bf8555ae81947628c8f1f09adf4c70d2023-11-17T09:30:25ZengReformed Center for Religion and SocietySocietas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat2407-05562599-32672023-11-0110210.33550/sd.v10i2.428Merengkuh KesemestaanAlbertus Bagus Laksana0Universitas Sanata Dharma Buku La grâce du végétal menampilkan penalaran teologis yang unik dan segar mengenai divine economy. Dunia tumbuhan atau vegetasi adalah rahmat tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk makluk lain, termasuk untuk manusia dalam sebuah relasi. Dalam krisis ekologis, semakin disadari bahwa tumbuh-tumbuhan adalah “penyedia kehidupan” (provider of life). Tumbuhan itu memersepsikan, merasakan dan mengomunikasikan … di luar penampakan mereka yang tampaknya bisu. Kita hidup bersama pepohonan dalam sebuah relasi yang ditandai oleh resonansi dan ketergantungan. Schaefer menawarkan sebuah konsep “reciprocite significative”, yakni hubungan timbal-balik yang penting untuk kedua belah pihak karena manusia juga memelihara dirinya sendiri ketika manusia memelihara pepohonan. Kalau logika ini diteruskan, mungkin mengarah pada kesimpulan besar seperti ini: segala sesuatu itu menjadi rahmat untuk yang lain. Barangkali, ada unsur kebetulan ketika saya melihat buku itu terpampang di rak yang sangat kelihatan. Namun demikian, di luar minat dan unsur kebetulan ini, mungkin topik ini juga mewakili gerakan pemikiran dalam bidang teologi dan pemikiran agama yang lebih luas, yang tidak hanya semakin inklusif tetapi juga “universal”, dalam arti: merengkuh kesemestaan (the universe). Pemikiran ini jelas menambah luas gerak inklusif teologi dan pemikiran keagamaan yang sudah meretas batas geografis dan kawasan (theology without border) atau batas-batas denominasi (oikumenis) dan batas agama (interreligius). http://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/428
spellingShingle Albertus Bagus Laksana
Merengkuh Kesemestaan
Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat
title Merengkuh Kesemestaan
title_full Merengkuh Kesemestaan
title_fullStr Merengkuh Kesemestaan
title_full_unstemmed Merengkuh Kesemestaan
title_short Merengkuh Kesemestaan
title_sort merengkuh kesemestaan
url http://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/428
work_keys_str_mv AT albertusbaguslaksana merengkuhkesemestaan