Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra Aster Dan Sistem Informasi Geografi

Kekeringan lahan yang melanda suatu daerah menimbulkan dampak yang besar terhadap produktivitas lahan pertanian. Terjadinya kekeringan ini disebabkan oleh defisit air akibat kurangnya hujan yang jatuh, laju infiltrasi air yang tinggi serta jenis tanaman yang tidak sesuai dengan ketersediaan air. Unt...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Alfian Pujian Hadi, Projo Danoedoro, Sudaryatno Sudaryatno
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Universitas Gadjah Mada 2016-10-01
Series:Majalah Geografi Indonesia
Online Access:https://jurnal.ugm.ac.id/mgi/article/view/12763
_version_ 1818838499614261248
author Alfian Pujian Hadi
Projo Danoedoro
Sudaryatno Sudaryatno
author_facet Alfian Pujian Hadi
Projo Danoedoro
Sudaryatno Sudaryatno
author_sort Alfian Pujian Hadi
collection DOAJ
description Kekeringan lahan yang melanda suatu daerah menimbulkan dampak yang besar terhadap produktivitas lahan pertanian. Terjadinya kekeringan ini disebabkan oleh defisit air akibat kurangnya hujan yang jatuh, laju infiltrasi air yang tinggi serta jenis tanaman yang tidak sesuai dengan ketersediaan air. Untuk meminimalkan dampak yang terjadi akibat kekeringan lahan maka perlu dilakukan antisipasi dengan mengetahui defisit dan surflus air lahan melalui data curah hujan serta kemampuan tanah menahan air (water holding capasity). Untuk keperluan analisis kekeringan lahan dapat menggunakan citra penginderaan jauh dan neraca air lahan sebagai pengetahuan awal guna perencanaan antisipasi kekeringan lahan sehingga kebutuhan air bagi tanaman dapat terpenuhi setiap saat. Penelitian ini dilakukan di sebagian wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji akurasi berbagai saluran TIR Citra Aster untuk mendapatkan informasi sebaran suhu permukaan, (2) Mengkaji sebaran kekeringan melalui indeks TVDI (Temperature Vegetation Dryness Indeks) yang diekstrak dari suhu permukaan (Land Surface Temperature) dan indeks NDVI. (3) Mengkaji tingkat kekeringan lahan dengan menggunakan metode Thornthwaite-Mather, (4) Mengkaji pola tanam yang sesuai diterapkan di wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran 13 Citra Aster memiliki akurasi paling tinggi jika dibandingkan dengan saluran 10,11,12, serta 14 Citra Aster karena memiliki selisih paling kecil dengan suhu permukaan lapangan. Berdasarkan analisis RMS difference diperoleh nilai 1,140. Luas sebaran kekeringan berdasarkan indeks TVDI pada seluruh penggunaan lahan dengan tingkat kekeringan tinggi, sedang dan rendah masingmasing melanda daerah seluas 2.922,8 Ha (4,6%), 20.286,16 Ha (32,11%) serta 39.962,72 Ha (63,26%). Dari total luas 2.922,8 Ha lahan yang dilanda kekeringan dengan tingkat kekeringan tinggi (kering/kurang air) seluas 2.069,47 Ha merupakan sawah tadah hujan. Analisis hubungan indeks TVDI dengan kadar lengas tanah menunjukkan hubungan yang tidak terlalu kuat sebesar 53,7%. Tingkat kekeringan lahan dengan analisis neraca air Thornthwaite-Mather menunjukkan indeks kekeringan (aridity index) berada dalam tingkat kekeringan sedang dan berat. Kekeringan sedang terjadi pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Giriwungu (Panggang), Kedung Keris, Gedangan serta sebagian Playen. Kekeringan berat terjadi pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Wonosari, Tepus dan sebagian Playen. Pola tanam berdasarkan agroklimat Oldeman dikelompokkan ke dalam pola tanam Padi Gogo (Palawija) -Palawija - Bero, Padi sawah - Palawija - Bero, Palawija – Palawija - Bero. Pola tanam Padi Gogo (Palawija)-Palawija-Bero diterapkan di sawah tadah hujan dan tegalan pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Tepus dan Panggang dengan musim tanam 1 terjadi bulan Oktober–Januari dan musim tanam 2 terjadi pada bulan Februari-Mei, pola tanam Padi Sawah-Palawija-Bero diterapkan di sawah dan sawah tadah hujan pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Wanagama (Playen), Kedung Keris dan Gedangan dengan musim tanam 1 terjadi pada bulan November-Februari dan musim tanam 2 terjadi pada bulan Maret-Juni sedangkan pola tanam Palawija-Palawija-Bero diterapkan di kebun campuran pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Kedung Keris, Panggang, Playen, Gedangan, serta Wonosari untuk sawah tadah hujan dimana musim tanam 1 terjadi pada bulan November-Februari dan musim tanam 2 terjadi pada bulan Maret-Juni.
first_indexed 2024-12-19T03:39:22Z
format Article
id doaj.art-26e28aa977dd44298daa5253b74a67a3
institution Directory Open Access Journal
issn 0215-1790
2540-945X
language Indonesian
last_indexed 2024-12-19T03:39:22Z
publishDate 2016-10-01
publisher Universitas Gadjah Mada
record_format Article
series Majalah Geografi Indonesia
spelling doaj.art-26e28aa977dd44298daa5253b74a67a32022-12-21T20:37:16ZindUniversitas Gadjah MadaMajalah Geografi Indonesia0215-17902540-945X2016-10-0126112610.22146/mgi.127639702Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra Aster Dan Sistem Informasi GeografiAlfian Pujian Hadi0Projo Danoedoro1Sudaryatno Sudaryatno2Universitas Mataram/Jl.Majapahit No 62 Mataram NTBFakultas Geografi Universitas Gadjah Mada YogyakartaFakultas Geografi Universitas Gadjah Mada YogyakartaKekeringan lahan yang melanda suatu daerah menimbulkan dampak yang besar terhadap produktivitas lahan pertanian. Terjadinya kekeringan ini disebabkan oleh defisit air akibat kurangnya hujan yang jatuh, laju infiltrasi air yang tinggi serta jenis tanaman yang tidak sesuai dengan ketersediaan air. Untuk meminimalkan dampak yang terjadi akibat kekeringan lahan maka perlu dilakukan antisipasi dengan mengetahui defisit dan surflus air lahan melalui data curah hujan serta kemampuan tanah menahan air (water holding capasity). Untuk keperluan analisis kekeringan lahan dapat menggunakan citra penginderaan jauh dan neraca air lahan sebagai pengetahuan awal guna perencanaan antisipasi kekeringan lahan sehingga kebutuhan air bagi tanaman dapat terpenuhi setiap saat. Penelitian ini dilakukan di sebagian wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji akurasi berbagai saluran TIR Citra Aster untuk mendapatkan informasi sebaran suhu permukaan, (2) Mengkaji sebaran kekeringan melalui indeks TVDI (Temperature Vegetation Dryness Indeks) yang diekstrak dari suhu permukaan (Land Surface Temperature) dan indeks NDVI. (3) Mengkaji tingkat kekeringan lahan dengan menggunakan metode Thornthwaite-Mather, (4) Mengkaji pola tanam yang sesuai diterapkan di wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran 13 Citra Aster memiliki akurasi paling tinggi jika dibandingkan dengan saluran 10,11,12, serta 14 Citra Aster karena memiliki selisih paling kecil dengan suhu permukaan lapangan. Berdasarkan analisis RMS difference diperoleh nilai 1,140. Luas sebaran kekeringan berdasarkan indeks TVDI pada seluruh penggunaan lahan dengan tingkat kekeringan tinggi, sedang dan rendah masingmasing melanda daerah seluas 2.922,8 Ha (4,6%), 20.286,16 Ha (32,11%) serta 39.962,72 Ha (63,26%). Dari total luas 2.922,8 Ha lahan yang dilanda kekeringan dengan tingkat kekeringan tinggi (kering/kurang air) seluas 2.069,47 Ha merupakan sawah tadah hujan. Analisis hubungan indeks TVDI dengan kadar lengas tanah menunjukkan hubungan yang tidak terlalu kuat sebesar 53,7%. Tingkat kekeringan lahan dengan analisis neraca air Thornthwaite-Mather menunjukkan indeks kekeringan (aridity index) berada dalam tingkat kekeringan sedang dan berat. Kekeringan sedang terjadi pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Giriwungu (Panggang), Kedung Keris, Gedangan serta sebagian Playen. Kekeringan berat terjadi pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Wonosari, Tepus dan sebagian Playen. Pola tanam berdasarkan agroklimat Oldeman dikelompokkan ke dalam pola tanam Padi Gogo (Palawija) -Palawija - Bero, Padi sawah - Palawija - Bero, Palawija – Palawija - Bero. Pola tanam Padi Gogo (Palawija)-Palawija-Bero diterapkan di sawah tadah hujan dan tegalan pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Tepus dan Panggang dengan musim tanam 1 terjadi bulan Oktober–Januari dan musim tanam 2 terjadi pada bulan Februari-Mei, pola tanam Padi Sawah-Palawija-Bero diterapkan di sawah dan sawah tadah hujan pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Wanagama (Playen), Kedung Keris dan Gedangan dengan musim tanam 1 terjadi pada bulan November-Februari dan musim tanam 2 terjadi pada bulan Maret-Juni sedangkan pola tanam Palawija-Palawija-Bero diterapkan di kebun campuran pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Kedung Keris, Panggang, Playen, Gedangan, serta Wonosari untuk sawah tadah hujan dimana musim tanam 1 terjadi pada bulan November-Februari dan musim tanam 2 terjadi pada bulan Maret-Juni.https://jurnal.ugm.ac.id/mgi/article/view/12763
spellingShingle Alfian Pujian Hadi
Projo Danoedoro
Sudaryatno Sudaryatno
Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra Aster Dan Sistem Informasi Geografi
Majalah Geografi Indonesia
title Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra Aster Dan Sistem Informasi Geografi
title_full Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra Aster Dan Sistem Informasi Geografi
title_fullStr Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra Aster Dan Sistem Informasi Geografi
title_full_unstemmed Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra Aster Dan Sistem Informasi Geografi
title_short Penentuan Tingkat Kekeringan Lahan Berbasis Analisa Citra Aster Dan Sistem Informasi Geografi
title_sort penentuan tingkat kekeringan lahan berbasis analisa citra aster dan sistem informasi geografi
url https://jurnal.ugm.ac.id/mgi/article/view/12763
work_keys_str_mv AT alfianpujianhadi penentuantingkatkekeringanlahanberbasisanalisacitraasterdansisteminformasigeografi
AT projodanoedoro penentuantingkatkekeringanlahanberbasisanalisacitraasterdansisteminformasigeografi
AT sudaryatnosudaryatno penentuantingkatkekeringanlahanberbasisanalisacitraasterdansisteminformasigeografi