KONFLIK LINGKUNGAN DI KAMPUNG AGAS, TANJUNG UMA, BATAM (Environmental Conflict in Kampung Agas, Tanjung Uma, Batam)

ABSTRAK Perkembangan kota Batam sebagai kawasan industri, perdagangan, pelabuhan, dan pariwisata, membawa tidak saja dampak positip, melainkan juga dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang muncul adalah konffik lingkungan dalam bentuk pencemaran air di sungai Jodoh yang menganggu pemukiman li...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Saprial Saprial, Bakti Setiawan, Djoko Wijono
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Universitas Gadjah Mada 2004-11-01
Series:Jurnal Manusia dan Lingkungan
Online Access:https://jurnal.ugm.ac.id/JML/article/view/18625
_version_ 1819027753668706304
author Saprial Saprial
Bakti Setiawan
Djoko Wijono
author_facet Saprial Saprial
Bakti Setiawan
Djoko Wijono
author_sort Saprial Saprial
collection DOAJ
description ABSTRAK Perkembangan kota Batam sebagai kawasan industri, perdagangan, pelabuhan, dan pariwisata, membawa tidak saja dampak positip, melainkan juga dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang muncul adalah konffik lingkungan dalam bentuk pencemaran air di sungai Jodoh yang menganggu pemukiman liar di Kampung Agas, Tanjung Uma. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji akar masalah konflik dan resolusinya. Penelitian ini merupakan studi deskriptif-kualitatip, dengan data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Penelitian ini menemukan bahwa akar masalah konffik adalah konflik spasial antara permukiman liar dan pembangunan ruko yang menimbulkan limbah di sekitar permukiman liar. Tidak dibangunnya IPAL memicu protes warga di permukiman liar dan terjadilah konflik. Penelitian ini melihat bahwa penyelesaian konflik dalam bentuk kompensasi atau “sagu hati" tidak menyelesaikan akar masalah konflik. Walaupun begitu, penyelesaian ini dipandang oleh pihak-pihak yang berkonflik sebagai hasil mufakat yang dimungkinkan untuk menghindari konflik sosial yang lebih besar. Penelitian ini juga menemukan bahwa bentuk penyelesaian konflik melalui musyawarah dan mufakat dapat dilakukan secara efektif sejauh ada mediator yang dipercaya oleh pihak-pihak yang bersengketa.   ABSTRACT The development of Batam City as an area for industry, trade, ship transit, and tourism activities brings not only positive impacts, but negative impact as well. One of the negative impacts is environmental conflict in the form of water pollution in Sei Jodoh downstream which affected informal settlement in Kampung Agas, Tanjung Uma. This research aimed to study the roots of the conflict and evaluated the resolution. It adopted a descriptive, qualitative research method. Data were collected through in-depth interviews with parties involved in the conflict. The research founded that the root causes of the environmental conflict was the decision of spatial plan and development that was not supported by liquid waste treatment plan (IPAL) for the area. The conflict resolution in the form of “compensation” was not appropriate as it does not solve the real causes of the conflict. Such settlement, however, was seen by all conflicting parties as pragmatic resolution to hinder a possible bigger social conflict. The research concluded that an effective alternative dispute resolution required a good mediator accepted by the conflicting parties.
first_indexed 2024-12-21T05:47:29Z
format Article
id doaj.art-2791a33b7fcb4ac09e6c40a822f1549a
institution Directory Open Access Journal
issn 0854-5510
2460-5727
language Indonesian
last_indexed 2024-12-21T05:47:29Z
publishDate 2004-11-01
publisher Universitas Gadjah Mada
record_format Article
series Jurnal Manusia dan Lingkungan
spelling doaj.art-2791a33b7fcb4ac09e6c40a822f1549a2022-12-21T19:14:05ZindUniversitas Gadjah MadaJurnal Manusia dan Lingkungan0854-55102460-57272004-11-0111311212510.22146/jml.1862512365KONFLIK LINGKUNGAN DI KAMPUNG AGAS, TANJUNG UMA, BATAM (Environmental Conflict in Kampung Agas, Tanjung Uma, Batam)Saprial Saprial0Bakti Setiawan1Djoko Wijono2Pemerintah Kota Batam, Propinsi Riau KepulauanFakultas Teknik, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, UGM, YogyakartaFakultas Teknik, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, UGM, YogyakartaABSTRAK Perkembangan kota Batam sebagai kawasan industri, perdagangan, pelabuhan, dan pariwisata, membawa tidak saja dampak positip, melainkan juga dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang muncul adalah konffik lingkungan dalam bentuk pencemaran air di sungai Jodoh yang menganggu pemukiman liar di Kampung Agas, Tanjung Uma. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji akar masalah konflik dan resolusinya. Penelitian ini merupakan studi deskriptif-kualitatip, dengan data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Penelitian ini menemukan bahwa akar masalah konffik adalah konflik spasial antara permukiman liar dan pembangunan ruko yang menimbulkan limbah di sekitar permukiman liar. Tidak dibangunnya IPAL memicu protes warga di permukiman liar dan terjadilah konflik. Penelitian ini melihat bahwa penyelesaian konflik dalam bentuk kompensasi atau “sagu hati" tidak menyelesaikan akar masalah konflik. Walaupun begitu, penyelesaian ini dipandang oleh pihak-pihak yang berkonflik sebagai hasil mufakat yang dimungkinkan untuk menghindari konflik sosial yang lebih besar. Penelitian ini juga menemukan bahwa bentuk penyelesaian konflik melalui musyawarah dan mufakat dapat dilakukan secara efektif sejauh ada mediator yang dipercaya oleh pihak-pihak yang bersengketa.   ABSTRACT The development of Batam City as an area for industry, trade, ship transit, and tourism activities brings not only positive impacts, but negative impact as well. One of the negative impacts is environmental conflict in the form of water pollution in Sei Jodoh downstream which affected informal settlement in Kampung Agas, Tanjung Uma. This research aimed to study the roots of the conflict and evaluated the resolution. It adopted a descriptive, qualitative research method. Data were collected through in-depth interviews with parties involved in the conflict. The research founded that the root causes of the environmental conflict was the decision of spatial plan and development that was not supported by liquid waste treatment plan (IPAL) for the area. The conflict resolution in the form of “compensation” was not appropriate as it does not solve the real causes of the conflict. Such settlement, however, was seen by all conflicting parties as pragmatic resolution to hinder a possible bigger social conflict. The research concluded that an effective alternative dispute resolution required a good mediator accepted by the conflicting parties.https://jurnal.ugm.ac.id/JML/article/view/18625
spellingShingle Saprial Saprial
Bakti Setiawan
Djoko Wijono
KONFLIK LINGKUNGAN DI KAMPUNG AGAS, TANJUNG UMA, BATAM (Environmental Conflict in Kampung Agas, Tanjung Uma, Batam)
Jurnal Manusia dan Lingkungan
title KONFLIK LINGKUNGAN DI KAMPUNG AGAS, TANJUNG UMA, BATAM (Environmental Conflict in Kampung Agas, Tanjung Uma, Batam)
title_full KONFLIK LINGKUNGAN DI KAMPUNG AGAS, TANJUNG UMA, BATAM (Environmental Conflict in Kampung Agas, Tanjung Uma, Batam)
title_fullStr KONFLIK LINGKUNGAN DI KAMPUNG AGAS, TANJUNG UMA, BATAM (Environmental Conflict in Kampung Agas, Tanjung Uma, Batam)
title_full_unstemmed KONFLIK LINGKUNGAN DI KAMPUNG AGAS, TANJUNG UMA, BATAM (Environmental Conflict in Kampung Agas, Tanjung Uma, Batam)
title_short KONFLIK LINGKUNGAN DI KAMPUNG AGAS, TANJUNG UMA, BATAM (Environmental Conflict in Kampung Agas, Tanjung Uma, Batam)
title_sort konflik lingkungan di kampung agas tanjung uma batam environmental conflict in kampung agas tanjung uma batam
url https://jurnal.ugm.ac.id/JML/article/view/18625
work_keys_str_mv AT saprialsaprial konfliklingkungandikampungagastanjungumabatamenvironmentalconflictinkampungagastanjungumabatam
AT baktisetiawan konfliklingkungandikampungagastanjungumabatamenvironmentalconflictinkampungagastanjungumabatam
AT djokowijono konfliklingkungandikampungagastanjungumabatamenvironmentalconflictinkampungagastanjungumabatam