Konsep Hybrid Contract di Indonesia dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI

Abstract The application of a hybrid contract is a necessity that cannot be avoided and its application is supported by the principle of muamalah which applies the principle of permissibility as long as there are no prohibitions from the nash. This research aims to describe the concept of a hybrid...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Selamet Hartanto, Devid Frastiawan Amir Sup
Format: Article
Language:English
Published: Faculty of Economics and Business, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta 2022-07-01
Series:Journal of Islamic Economics and Finance Studies
Subjects:
Online Access:https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/JIEFeS/article/view/4277
_version_ 1797280976150200320
author Selamet Hartanto
Devid Frastiawan Amir Sup
author_facet Selamet Hartanto
Devid Frastiawan Amir Sup
author_sort Selamet Hartanto
collection DOAJ
description Abstract The application of a hybrid contract is a necessity that cannot be avoided and its application is supported by the principle of muamalah which applies the principle of permissibility as long as there are no prohibitions from the nash. This research aims to describe the concept of a hybrid contract and its implementation in Islamic financial products in Indonesia. The methodology used is descriptive qualitative literature. The results obtained, a hybrid contract is an agreement between two parties to carry out a muamalah which includes two or more contracts. The permissibility of a hybrid contract is based on the legal principle that the origin of muamalah is permissible. In general, the limits agreed upon by the scholars regarding several criteria for hybrid contracts to be allowed by sharia, namely not what is prohibited from the nash, not being a means to something that is forbidden, not being used as a hilah (strategy) to take usury in other ways, and is not included in the contract to the contrary. Fatwa DSN-MUI according to hybrid contracts on Islamic financial products in Indonesia, namely mudharabah musytarakah, musyarakah mutanaqisah, musyarakah muntahiyah bi al-tamlik, and al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik.   Abstrak Penerapan hybrid contract merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat dihindari dan penerapannya didukung oleh prinsip muamalah yang memberlakukan asas kebolehan sejauh tidak ada larangan nash. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hybrid contract dalam konsep dan Fatwa DSN-MUI pada produk keuangan syariah di Indonesia. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif deskriptif kepustakaan. Hasil yang didapat, hybrid contract merupakan kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu muamalah yang meliputi dua akad atau lebih. Kebolehan hybrid contract didasarkan atas prinsip hukum asal dari muamalah adalah boleh. Secara umum batasan yang disepakati oleh para ulama mengenai beberapa kriteria bagi hybrid contract agar diperbolehkan secara syar’i, yaitu bukan yang dilarang dalam nash, tidak menjadi sarana ke suatu yang diharamkan, tidak dijadikan sebagai hilah (siasat) untuk mengambil riba dengan jalan lain, dan tidak termasuk ke dalam akad-akad yang berlawanan. Fatwa DSN-MUI mengenai hybrid contract pada produk keuangan syariah di Indonesia, yaitu mudharabah musytarakah, musyarakah mutanaqisah, musyarakah muntahiyah bi al-tamlik, dan al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik.
first_indexed 2024-03-07T16:48:54Z
format Article
id doaj.art-28d55333d4db43909381f49e88a3c970
institution Directory Open Access Journal
issn 2723-6730
2723-6749
language English
last_indexed 2024-03-07T16:48:54Z
publishDate 2022-07-01
publisher Faculty of Economics and Business, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
record_format Article
series Journal of Islamic Economics and Finance Studies
spelling doaj.art-28d55333d4db43909381f49e88a3c9702024-03-03T05:43:49ZengFaculty of Economics and Business, Universitas Pembangunan Nasional Veteran JakartaJournal of Islamic Economics and Finance Studies2723-67302723-67492022-07-0131435410.47700/jiefes.v3i1.42771345Konsep Hybrid Contract di Indonesia dalam Perspektif Fatwa DSN-MUISelamet Hartanto0Devid Frastiawan Amir Sup1Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa YogyakartaUniversitas Darussalam GontorAbstract The application of a hybrid contract is a necessity that cannot be avoided and its application is supported by the principle of muamalah which applies the principle of permissibility as long as there are no prohibitions from the nash. This research aims to describe the concept of a hybrid contract and its implementation in Islamic financial products in Indonesia. The methodology used is descriptive qualitative literature. The results obtained, a hybrid contract is an agreement between two parties to carry out a muamalah which includes two or more contracts. The permissibility of a hybrid contract is based on the legal principle that the origin of muamalah is permissible. In general, the limits agreed upon by the scholars regarding several criteria for hybrid contracts to be allowed by sharia, namely not what is prohibited from the nash, not being a means to something that is forbidden, not being used as a hilah (strategy) to take usury in other ways, and is not included in the contract to the contrary. Fatwa DSN-MUI according to hybrid contracts on Islamic financial products in Indonesia, namely mudharabah musytarakah, musyarakah mutanaqisah, musyarakah muntahiyah bi al-tamlik, and al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik.   Abstrak Penerapan hybrid contract merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat dihindari dan penerapannya didukung oleh prinsip muamalah yang memberlakukan asas kebolehan sejauh tidak ada larangan nash. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hybrid contract dalam konsep dan Fatwa DSN-MUI pada produk keuangan syariah di Indonesia. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif deskriptif kepustakaan. Hasil yang didapat, hybrid contract merupakan kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu muamalah yang meliputi dua akad atau lebih. Kebolehan hybrid contract didasarkan atas prinsip hukum asal dari muamalah adalah boleh. Secara umum batasan yang disepakati oleh para ulama mengenai beberapa kriteria bagi hybrid contract agar diperbolehkan secara syar’i, yaitu bukan yang dilarang dalam nash, tidak menjadi sarana ke suatu yang diharamkan, tidak dijadikan sebagai hilah (siasat) untuk mengambil riba dengan jalan lain, dan tidak termasuk ke dalam akad-akad yang berlawanan. Fatwa DSN-MUI mengenai hybrid contract pada produk keuangan syariah di Indonesia, yaitu mudharabah musytarakah, musyarakah mutanaqisah, musyarakah muntahiyah bi al-tamlik, dan al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik.https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/JIEFeS/article/view/4277hybrid contractfatwadsn-muiproduk keuangan syariah
spellingShingle Selamet Hartanto
Devid Frastiawan Amir Sup
Konsep Hybrid Contract di Indonesia dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI
Journal of Islamic Economics and Finance Studies
hybrid contract
fatwa
dsn-mui
produk keuangan syariah
title Konsep Hybrid Contract di Indonesia dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI
title_full Konsep Hybrid Contract di Indonesia dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI
title_fullStr Konsep Hybrid Contract di Indonesia dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI
title_full_unstemmed Konsep Hybrid Contract di Indonesia dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI
title_short Konsep Hybrid Contract di Indonesia dalam Perspektif Fatwa DSN-MUI
title_sort konsep hybrid contract di indonesia dalam perspektif fatwa dsn mui
topic hybrid contract
fatwa
dsn-mui
produk keuangan syariah
url https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/JIEFeS/article/view/4277
work_keys_str_mv AT selamethartanto konsephybridcontractdiindonesiadalamperspektiffatwadsnmui
AT devidfrastiawanamirsup konsephybridcontractdiindonesiadalamperspektiffatwadsnmui