ZUHUD DALAM PANDANGAN IBNU TAIMIYAH

Manusia hidup di alam dunia tidak terlepas di antara dua hal, yaitu bahagia dan sengsara. Semua manusia yang berakal berkeinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun sayangnya, banyak di antara mereka yang salah dalam menafsirkan kebahagiaan yang hakiki. Banyak yang beranggapan, kebahagiaan diperol...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Rif’at Husnul Ma’afi, Muhammad Fahmi
Format: Article
Language:Arabic
Published: IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2018-07-01
Series:Jurnal Yaqzhan: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan
Subjects:
Online Access:https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/yaqhzan/article/view/3192/1805
_version_ 1819141539063922688
author Rif’at Husnul Ma’afi
Muhammad Fahmi
author_facet Rif’at Husnul Ma’afi
Muhammad Fahmi
author_sort Rif’at Husnul Ma’afi
collection DOAJ
description Manusia hidup di alam dunia tidak terlepas di antara dua hal, yaitu bahagia dan sengsara. Semua manusia yang berakal berkeinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun sayangnya, banyak di antara mereka yang salah dalam menafsirkan kebahagiaan yang hakiki. Banyak yang beranggapan, kebahagiaan diperoleh dengan cara mengumpulkan harta yang banyak dan melampiaskan nafsu syahwat. Padahal, sikap yang demikian justru membuat mereka mengalami kekosongan batin, karena yang diperoleh adalah kebahagiaan semu. Di sisi lain, ada sekelompok orang yang menghabiskan waktunya dalam beribadah total kepada Allah tanpa memperhatikan kebutuhan hidupnya. Mereka beranggapan bahwa pekerjaan duniawi akan membuat mereka melupakan akhirat. Pada akhirnya mereka membuat pengakuan, bahwa perilakunya merupakan manifestasi dari sikap zuhud. Berdasarkan fenomena inilah akhirnya Ibnu Taimiyah mencoba meluruskan pemahaman yang salah tersebut, yaitu dengan mengembalikan pemahaman yang benar terhadap zuhud serta sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan al-Hadits. Dalam konsepnya dijelaskan bahwa perilaku zuhud dilakukan dengan meninggalkan segala yang tidak ada manfaatnya di akhirat dan berpegang teguh kepada hukum-hukum Allah. Baginya perilaku seorang yang berzuhud (zahid) lebih penting daripada teori-teori yang banyak disampaikan oleh ulama-ulama, karena Ibnu Taymiyah tidak terlalu membeda-bedakan konsep zuhud antara ulama yang ada. Ibnu Taymiyah juga menjelaskan tentang bukti-bukti bahwa seseorang telah berzuhud, menjelaskan maqam zuhud dalam ilmu tasawwuf, hingga jalan yang perlu dicapai untuk menuju derajat zuhud. Baginya zuhud terbagi menjadi dua, yaitu zuhud yang disyariatkan dan zuhud yang tidak disyariatkan. Melalui tulisan ini akan dijelaskan lebih lanjut konsep zuhud menurut Ibnu Taymiyah.
first_indexed 2024-12-22T11:56:03Z
format Article
id doaj.art-2c77cfee5b8a429eb3680e2511f08d72
institution Directory Open Access Journal
issn 2407-7208
2528-5890
language Arabic
last_indexed 2024-12-22T11:56:03Z
publishDate 2018-07-01
publisher IAIN Syekh Nurjati Cirebon
record_format Article
series Jurnal Yaqzhan: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan
spelling doaj.art-2c77cfee5b8a429eb3680e2511f08d722022-12-21T18:26:46ZaraIAIN Syekh Nurjati CirebonJurnal Yaqzhan: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan2407-72082528-58902018-07-0141ZUHUD DALAM PANDANGAN IBNU TAIMIYAHRif’at Husnul Ma’afi0Muhammad Fahmi1Universitas Darussalam (UNIDA) GontorUniversitas Darussalam (UNIDA) GontorManusia hidup di alam dunia tidak terlepas di antara dua hal, yaitu bahagia dan sengsara. Semua manusia yang berakal berkeinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun sayangnya, banyak di antara mereka yang salah dalam menafsirkan kebahagiaan yang hakiki. Banyak yang beranggapan, kebahagiaan diperoleh dengan cara mengumpulkan harta yang banyak dan melampiaskan nafsu syahwat. Padahal, sikap yang demikian justru membuat mereka mengalami kekosongan batin, karena yang diperoleh adalah kebahagiaan semu. Di sisi lain, ada sekelompok orang yang menghabiskan waktunya dalam beribadah total kepada Allah tanpa memperhatikan kebutuhan hidupnya. Mereka beranggapan bahwa pekerjaan duniawi akan membuat mereka melupakan akhirat. Pada akhirnya mereka membuat pengakuan, bahwa perilakunya merupakan manifestasi dari sikap zuhud. Berdasarkan fenomena inilah akhirnya Ibnu Taimiyah mencoba meluruskan pemahaman yang salah tersebut, yaitu dengan mengembalikan pemahaman yang benar terhadap zuhud serta sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan al-Hadits. Dalam konsepnya dijelaskan bahwa perilaku zuhud dilakukan dengan meninggalkan segala yang tidak ada manfaatnya di akhirat dan berpegang teguh kepada hukum-hukum Allah. Baginya perilaku seorang yang berzuhud (zahid) lebih penting daripada teori-teori yang banyak disampaikan oleh ulama-ulama, karena Ibnu Taymiyah tidak terlalu membeda-bedakan konsep zuhud antara ulama yang ada. Ibnu Taymiyah juga menjelaskan tentang bukti-bukti bahwa seseorang telah berzuhud, menjelaskan maqam zuhud dalam ilmu tasawwuf, hingga jalan yang perlu dicapai untuk menuju derajat zuhud. Baginya zuhud terbagi menjadi dua, yaitu zuhud yang disyariatkan dan zuhud yang tidak disyariatkan. Melalui tulisan ini akan dijelaskan lebih lanjut konsep zuhud menurut Ibnu Taymiyah.https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/yaqhzan/article/view/3192/1805zuhudibnu taymiyahbukti seseorang telah berzuhudzuhud yang disyariatkanzuhud yang tidak disyariatkan
spellingShingle Rif’at Husnul Ma’afi
Muhammad Fahmi
ZUHUD DALAM PANDANGAN IBNU TAIMIYAH
Jurnal Yaqzhan: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan
zuhud
ibnu taymiyah
bukti seseorang telah berzuhud
zuhud yang disyariatkan
zuhud yang tidak disyariatkan
title ZUHUD DALAM PANDANGAN IBNU TAIMIYAH
title_full ZUHUD DALAM PANDANGAN IBNU TAIMIYAH
title_fullStr ZUHUD DALAM PANDANGAN IBNU TAIMIYAH
title_full_unstemmed ZUHUD DALAM PANDANGAN IBNU TAIMIYAH
title_short ZUHUD DALAM PANDANGAN IBNU TAIMIYAH
title_sort zuhud dalam pandangan ibnu taimiyah
topic zuhud
ibnu taymiyah
bukti seseorang telah berzuhud
zuhud yang disyariatkan
zuhud yang tidak disyariatkan
url https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/yaqhzan/article/view/3192/1805
work_keys_str_mv AT rifathusnulmaafi zuhuddalampandanganibnutaimiyah
AT muhammadfahmi zuhuddalampandanganibnutaimiyah