Interaksi Filsafat Islam dan Irfan dalam Ḥikmah Muta’aliyah
<p><strong>Abstract :</strong> In early period of Islamic thoughts, Philosophy and Irfan were acting as if two opposite poles which are difficult, if not to say impossible, to reconcile. Philosophy more emphasizes on discursive reason as an instrument, while Irfan more believes in...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Sekolah Tinggi Agama Islam Sadra
2014-06-01
|
Series: | Kanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism |
Subjects: | |
Online Access: | http://journal.sadra.ac.id/index.php/kanzphilosophia/article/view/55 |
_version_ | 1828044512200491008 |
---|---|
author | Abulfazel Kiashemshaki |
author_facet | Abulfazel Kiashemshaki |
author_sort | Abulfazel Kiashemshaki |
collection | DOAJ |
description | <p><strong>Abstract :</strong> In early period of Islamic thoughts, Philosophy and Irfan were acting as if two opposite poles which are difficult, if not to say impossible, to reconcile. Philosophy more emphasizes on discursive reason as an instrument, while Irfan more believes in intuitive witnessing (mukāsyafah) and puts reason in doubt, to disclose the ultimate reality. However, Muslim philosophers through their deep investigations on both realms tried to end the controversy and to reconcile between them. This spirit has been started by a great philosopher, Suhrawardi, by means of his philosophical thoughts well-known by Illuminationism (Ḥikmah Isyraqiyyah) and found its perfect formulation in the hands of prominent philosopher, Mulla Sadra, with his Ḥikmah Muta’aliyah. This writing tries to adduce some knots of interaction between Islamic Philosophy and Irfan which were formulated by Mulla Sadra in his special and brilliant theories. He succeeded to combine some great thoughts of philosophers and ‘urafā’ in one construction of hikmah, in such a way it can create a harmony which completes each other.</p><p><em>Keywords : ḥikmah muta’aliyah, discursive reason, intuitive witnessing, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah. </em> </p><p> </p><p><strong>Abstrak :</strong> Filsafat dan Irfan pada periode awal pemikiran Islam tampak seolah-olah dua kutub berlawanan yang sulit, jika tidak dikatakan tidak mungkin, untuk dipertemukan. Untuk menyingkap hakikat, Filsafat lebih menitikberatkan akal diskursif sebagai instrumen, sementara Irfan lebih percaya kepada penyaksian intuitif (mukāasyafah) dan meragukan akal. Namun demikian, para filosof filsuf Muslim dengan kedalaman telaah mereka terhadap kedua ranah tersebut telah berusaha mengakhiri pertentangan dan mendamaikan keduanya. Semangat ini telah dimulai oleh seorang filosof filsuf besar, Suhrawardi, dengan pemikiran filsafat Iluminasionismenya (Ḥikmah Isyraqiyyah) dan menemukan bentuknya yang lebih sempurna di tangan seorang filosof filsuf ternama, Mulla Sadra, dengan Ḥikmah Muta’aliyahnya. Tulisan ini berusaha untuk menunjukkan simpul-simpul interaksi pemikiran Filsafat Islam dan Irfan yang digagas oleh Mulla Sadra dalam teori-teorinya yang khas dan brillian. Ia berhasil memadukan berbagai pemikiran besar filosof filsuf dan ‘urafā’ dalam satu bangunan hikmah sehingga tercipta suatu keharmonisan yang saling menyempurnakan dari kedua ranah tersebut.</p><em>Kata-kata Kunci : ḥikmah muta’aliyah, akal diskursif, penyaksian intuitif, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah.</em> |
first_indexed | 2024-04-10T17:58:06Z |
format | Article |
id | doaj.art-2ddccb2fd9334e0f949043d3a30bd6d7 |
institution | Directory Open Access Journal |
issn | 2442-5451 2407-1056 |
language | English |
last_indexed | 2024-04-10T17:58:06Z |
publishDate | 2014-06-01 |
publisher | Sekolah Tinggi Agama Islam Sadra |
record_format | Article |
series | Kanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism |
spelling | doaj.art-2ddccb2fd9334e0f949043d3a30bd6d72023-02-02T17:18:29ZengSekolah Tinggi Agama Islam SadraKanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism2442-54512407-10562014-06-0141617710.20871/kpjipm.v4i1.5555Interaksi Filsafat Islam dan Irfan dalam Ḥikmah Muta’aliyahAbulfazel Kiashemshaki0University of Technology, Tehran<p><strong>Abstract :</strong> In early period of Islamic thoughts, Philosophy and Irfan were acting as if two opposite poles which are difficult, if not to say impossible, to reconcile. Philosophy more emphasizes on discursive reason as an instrument, while Irfan more believes in intuitive witnessing (mukāsyafah) and puts reason in doubt, to disclose the ultimate reality. However, Muslim philosophers through their deep investigations on both realms tried to end the controversy and to reconcile between them. This spirit has been started by a great philosopher, Suhrawardi, by means of his philosophical thoughts well-known by Illuminationism (Ḥikmah Isyraqiyyah) and found its perfect formulation in the hands of prominent philosopher, Mulla Sadra, with his Ḥikmah Muta’aliyah. This writing tries to adduce some knots of interaction between Islamic Philosophy and Irfan which were formulated by Mulla Sadra in his special and brilliant theories. He succeeded to combine some great thoughts of philosophers and ‘urafā’ in one construction of hikmah, in such a way it can create a harmony which completes each other.</p><p><em>Keywords : ḥikmah muta’aliyah, discursive reason, intuitive witnessing, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah. </em> </p><p> </p><p><strong>Abstrak :</strong> Filsafat dan Irfan pada periode awal pemikiran Islam tampak seolah-olah dua kutub berlawanan yang sulit, jika tidak dikatakan tidak mungkin, untuk dipertemukan. Untuk menyingkap hakikat, Filsafat lebih menitikberatkan akal diskursif sebagai instrumen, sementara Irfan lebih percaya kepada penyaksian intuitif (mukāasyafah) dan meragukan akal. Namun demikian, para filosof filsuf Muslim dengan kedalaman telaah mereka terhadap kedua ranah tersebut telah berusaha mengakhiri pertentangan dan mendamaikan keduanya. Semangat ini telah dimulai oleh seorang filosof filsuf besar, Suhrawardi, dengan pemikiran filsafat Iluminasionismenya (Ḥikmah Isyraqiyyah) dan menemukan bentuknya yang lebih sempurna di tangan seorang filosof filsuf ternama, Mulla Sadra, dengan Ḥikmah Muta’aliyahnya. Tulisan ini berusaha untuk menunjukkan simpul-simpul interaksi pemikiran Filsafat Islam dan Irfan yang digagas oleh Mulla Sadra dalam teori-teorinya yang khas dan brillian. Ia berhasil memadukan berbagai pemikiran besar filosof filsuf dan ‘urafā’ dalam satu bangunan hikmah sehingga tercipta suatu keharmonisan yang saling menyempurnakan dari kedua ranah tersebut.</p><em>Kata-kata Kunci : ḥikmah muta’aliyah, akal diskursif, penyaksian intuitif, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah.</em>http://journal.sadra.ac.id/index.php/kanzphilosophia/article/view/55Hikmah muta’aliyahAkal diskcursifPenyaksian intuitifHikmah dzauqiyyahHikmah bahtsiah |
spellingShingle | Abulfazel Kiashemshaki Interaksi Filsafat Islam dan Irfan dalam Ḥikmah Muta’aliyah Kanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism Hikmah muta’aliyah Akal diskcursif Penyaksian intuitif Hikmah dzauqiyyah Hikmah bahtsiah |
title | Interaksi Filsafat Islam dan Irfan dalam Ḥikmah Muta’aliyah |
title_full | Interaksi Filsafat Islam dan Irfan dalam Ḥikmah Muta’aliyah |
title_fullStr | Interaksi Filsafat Islam dan Irfan dalam Ḥikmah Muta’aliyah |
title_full_unstemmed | Interaksi Filsafat Islam dan Irfan dalam Ḥikmah Muta’aliyah |
title_short | Interaksi Filsafat Islam dan Irfan dalam Ḥikmah Muta’aliyah |
title_sort | interaksi filsafat islam dan irfan dalam hikmah muta aliyah |
topic | Hikmah muta’aliyah Akal diskcursif Penyaksian intuitif Hikmah dzauqiyyah Hikmah bahtsiah |
url | http://journal.sadra.ac.id/index.php/kanzphilosophia/article/view/55 |
work_keys_str_mv | AT abulfazelkiashemshaki interaksifilsafatislamdanirfandalamhikmahmutaaliyah |