Representasi Perempuan dalam Film Siti
Film berjudul Siti yang disutradarai oleh Eddie Cahyono berhasil memenangkan ajang Festival Film Indonesia pada 2015. Film yang ditayangkan terbatas ini berkisah mengenai peran seorang ibu, istri, sekaligus pencari nafkah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan representasi perempuan dalam fil...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Universitas Muhammadiyah Tangerang
2019-04-01
|
Series: | Nyimak: Journal of Communication |
Online Access: | https://jurnal.umt.ac.id/index.php/nyimak/article/view/1219 |
Summary: | Film berjudul Siti yang disutradarai oleh Eddie Cahyono berhasil memenangkan ajang Festival Film Indonesia pada 2015. Film yang ditayangkan terbatas ini berkisah mengenai peran seorang ibu, istri, sekaligus pencari nafkah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan representasi perempuan dalam film Siti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotika Roland Barthes. Dari film ini, setidaknya ada tiga hal yang bisa dikemukakan sebagai penekanan. Pertama, film ini tidak keluar dari sosok Siti (sosok perempuan yang lemah, tabah, dan kuat). Kedua, unsur lokalitas tetap dibangun tanpa dipermainkan. Ketiga, sajian sinematik yang minimalis dan sederhana menjadikan setiap pesan dalam film ini bisa tersampaikan dengan baik. Sekalipun film ini hadir dalam ruang kontradiktif satu sama lain, karena mengangkat dan menggambarkan sosok perempuan Jawa yang hidup dalam kesumukan budaya patriarkal, bukan berarti film ini membawa/menyuarakan paradigma feminis atau keadilan/ketidakadilan gender.
Kata Kunci: Siti, perempuan Jawa, patriarkal, film
The film titled Siti, directed by Eddie Cahyono, won Indonesian Film Festival in 2015. The limited screened film revolves around the role of a mother, wife, and breadwinner. This study aims to describe the representation of women in the film Siti. This study uses a qualitative approach with Roland Barthes's semiotic method. From this film, there are at least three things that can be put forward as emphasis. First, this film did not come out of the figure of Siti (a weak, steadfast and strong woman). Second, the element of locality is still built without being mocked. Third, a minimalist and simple cinematic presentation makes every message in this film well conveyed. Even this film is present in contradictory space with one another because raising and describing Javanese women who live in the patriarchal culture, it does not mean that this film brings out the feminist paradigm or gender justice/injustice.
Keywords: Siti, Javanese women, patriarchy, film |
---|---|
ISSN: | 2580-3808 2580-3832 |