Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa

ABSTRACT In 2014, the government and parliament passed Law No. 6 of 2014 stipulates the rights and obligations of the village. A key point in the Act is allocation large enough of the village fund for each village across Indonesia. As a follow up of the Act, the government has also issued Regulatio...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Ari Kuncara Widagdo, Agus Widodo, Muhammad Ismail
Format: Article
Language:English
Published: Universitas Kristen Satya Wacana 2016-10-01
Series:Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Subjects:
Online Access:http://ejournal.uksw.edu/jeb/article/view/336
_version_ 1797430999297032192
author Ari Kuncara Widagdo
Agus Widodo
Muhammad Ismail
author_facet Ari Kuncara Widagdo
Agus Widodo
Muhammad Ismail
author_sort Ari Kuncara Widagdo
collection DOAJ
description ABSTRACT In 2014, the government and parliament passed Law No. 6 of 2014 stipulates the rights and obligations of the village. A key point in the Act is allocation large enough of the village fund for each village across Indonesia. As a follow up of the Act, the government has also issued Regulation of the Minister of the Home Affair No. 113/2015 on the Financial Management of the Village which serves as a guide for the government in the villages to manage their of village fund. Legalization of this Act rise polemic in community. Some argue that the village funds that will be allocated to the village would pose a potential corruption of village officials. Therefore, this community service aims to find a variety of problems related to  management of the village fund and to provide guidance of village fund management. The community service is done in the village and the village Giriroto Kismoyoso Ngemplak District of Boyolali. In the early stages of community service, a team do an observation and direct discussions with the Village Head of Kismoyoso and Giriroto. It aims to gain a deeper knowledge of the issues related to the management of funds of village. The observation and discussion shows that the main problem that arises is the lack of knowledge of the village head in both villages to the technical implementing financial management of villages based on Regulation No. 113/2015. It is coupled with a lack of facilitators from Boyolali district to assist in both villages. The team considers that implementation of the financial reporting using computerized system | is a solution to overcome these obstacles. With the computerized system, village fund reporting will be done quickly and the finacial statements will also be more reliable than reporting manually. Therefore, the team filed the application computerized reporting by using the reporting software that generates the village fund financial statements as set out in Regulation No. 113/2015.   SARIPATI Pada tahun 2014, pemerintah dan DPR mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 mengatur tentang hak dan kewajiban desa. Hal pokok dalam UU adalah adanya alokasi dana desa yang cukup besar untuk setiap desa. Pengesahan UU ini menimbulkan polemik dimasyarakat. Beberapa pihak menyambut gembira terbitnya UU tersebut karena adanya dana desa akan menjadikan desa sebagai pusat pembangunan. Sebaliknya, beberapa pihak berpendapat bahwa dana desa yang akan dialokasikan kepada desa akan menimbulkan potensi korupsi yang dilakukan aparat desa. Sebagai tindak lanjut UU tersebut, pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113/2015 tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang menjadi panduan bagi pemerintah desa dalam penata kelolaan keuangan desa. Oleh karena itu, pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk  mengetahui berbagai permasalahan yang dialami desa terkait pengelolaan dana desa dan memberikan bimbingan dan pelatihan pengelolaan dana desa. Pengabdian di lakukan di Desa Kismoyoso dan Desa Giriroto Kecamatan Ngemplak Boyolali. Pada tahap awal pengabdian dilakukan observasi dan diskusi secara langsung dengan Kepala Desa Kismoyoso dan  Giriroto. Hal ini  bertujuan untuk memahami lebih dalam permasalahan kedua desa terkait pengelolaan dana desa. Hasil observasi dan diskusi menunjukkan bahwa permasalahan utama yang timbul adalah rendahnya pengetahuan dari kepala desa di kedua desa tersebut berserta pelaksana teknis terkait pengelolaan keuangannya desa berdasarkan Permendagri No. 113/2015. Hal itu ditambah lagi dengan belum adanya tenaga pendamping dari Kabupaten Boyolali yang diturunkan untuk mendampingi di kedua desa tersebut. Tim pengabdian menganggap pelaporan keuangan dana desa secara komputer merupakan solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Permendagri No. 113/2015 hanya mengatur  format-format pelaporan secara manual dan tidak mensyaratkan adanya komputerisasi dalam pelaporannya. Disisi lain,  teknologi informasi komputer (TIK) telah semakin banyak digunakan karena biaya hardware dan software sudah cukup murah. Selain itu, sistem terkomputerisasi memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan sistem manual. Pelaporan dana desa mampu dilakukan dengan cepat dan output laporan keuangannnya juga akan lebih handal dibanding dengan pelaporan secara manual.  Oleh karena itu, tim pengabdian mengajukan penerapan pelaporan berkomputer dengan menggunakansoftware pelaporan dana desa yang menghasilkan laporan keuangan seperti yang diatur dalam Permendagri No. 113/2015. Proses pencatatan dan output laporan dari software ini dikembangkan mengacu pada Permendagri No. 113/2015 yang menjadi pedoman pengelolaan keuangan desa uantuk seluruh desa di Indonesia.
first_indexed 2024-03-09T09:35:39Z
format Article
id doaj.art-34587ab0887e4745a5027e631ce50ccc
institution Directory Open Access Journal
issn 1979-6471
2528-0147
language English
last_indexed 2024-03-09T09:35:39Z
publishDate 2016-10-01
publisher Universitas Kristen Satya Wacana
record_format Article
series Jurnal Ekonomi dan Bisnis
spelling doaj.art-34587ab0887e4745a5027e631ce50ccc2023-12-02T01:58:53ZengUniversitas Kristen Satya WacanaJurnal Ekonomi dan Bisnis1979-64712528-01472016-10-0119232334010.24914/jeb.v19i2.336383Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana DesaAri Kuncara Widagdo0Agus Widodo1Muhammad Ismail2Universitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas MaretABSTRACT In 2014, the government and parliament passed Law No. 6 of 2014 stipulates the rights and obligations of the village. A key point in the Act is allocation large enough of the village fund for each village across Indonesia. As a follow up of the Act, the government has also issued Regulation of the Minister of the Home Affair No. 113/2015 on the Financial Management of the Village which serves as a guide for the government in the villages to manage their of village fund. Legalization of this Act rise polemic in community. Some argue that the village funds that will be allocated to the village would pose a potential corruption of village officials. Therefore, this community service aims to find a variety of problems related to  management of the village fund and to provide guidance of village fund management. The community service is done in the village and the village Giriroto Kismoyoso Ngemplak District of Boyolali. In the early stages of community service, a team do an observation and direct discussions with the Village Head of Kismoyoso and Giriroto. It aims to gain a deeper knowledge of the issues related to the management of funds of village. The observation and discussion shows that the main problem that arises is the lack of knowledge of the village head in both villages to the technical implementing financial management of villages based on Regulation No. 113/2015. It is coupled with a lack of facilitators from Boyolali district to assist in both villages. The team considers that implementation of the financial reporting using computerized system | is a solution to overcome these obstacles. With the computerized system, village fund reporting will be done quickly and the finacial statements will also be more reliable than reporting manually. Therefore, the team filed the application computerized reporting by using the reporting software that generates the village fund financial statements as set out in Regulation No. 113/2015.   SARIPATI Pada tahun 2014, pemerintah dan DPR mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 mengatur tentang hak dan kewajiban desa. Hal pokok dalam UU adalah adanya alokasi dana desa yang cukup besar untuk setiap desa. Pengesahan UU ini menimbulkan polemik dimasyarakat. Beberapa pihak menyambut gembira terbitnya UU tersebut karena adanya dana desa akan menjadikan desa sebagai pusat pembangunan. Sebaliknya, beberapa pihak berpendapat bahwa dana desa yang akan dialokasikan kepada desa akan menimbulkan potensi korupsi yang dilakukan aparat desa. Sebagai tindak lanjut UU tersebut, pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113/2015 tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang menjadi panduan bagi pemerintah desa dalam penata kelolaan keuangan desa. Oleh karena itu, pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk  mengetahui berbagai permasalahan yang dialami desa terkait pengelolaan dana desa dan memberikan bimbingan dan pelatihan pengelolaan dana desa. Pengabdian di lakukan di Desa Kismoyoso dan Desa Giriroto Kecamatan Ngemplak Boyolali. Pada tahap awal pengabdian dilakukan observasi dan diskusi secara langsung dengan Kepala Desa Kismoyoso dan  Giriroto. Hal ini  bertujuan untuk memahami lebih dalam permasalahan kedua desa terkait pengelolaan dana desa. Hasil observasi dan diskusi menunjukkan bahwa permasalahan utama yang timbul adalah rendahnya pengetahuan dari kepala desa di kedua desa tersebut berserta pelaksana teknis terkait pengelolaan keuangannya desa berdasarkan Permendagri No. 113/2015. Hal itu ditambah lagi dengan belum adanya tenaga pendamping dari Kabupaten Boyolali yang diturunkan untuk mendampingi di kedua desa tersebut. Tim pengabdian menganggap pelaporan keuangan dana desa secara komputer merupakan solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Permendagri No. 113/2015 hanya mengatur  format-format pelaporan secara manual dan tidak mensyaratkan adanya komputerisasi dalam pelaporannya. Disisi lain,  teknologi informasi komputer (TIK) telah semakin banyak digunakan karena biaya hardware dan software sudah cukup murah. Selain itu, sistem terkomputerisasi memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan sistem manual. Pelaporan dana desa mampu dilakukan dengan cepat dan output laporan keuangannnya juga akan lebih handal dibanding dengan pelaporan secara manual.  Oleh karena itu, tim pengabdian mengajukan penerapan pelaporan berkomputer dengan menggunakansoftware pelaporan dana desa yang menghasilkan laporan keuangan seperti yang diatur dalam Permendagri No. 113/2015. Proses pencatatan dan output laporan dari software ini dikembangkan mengacu pada Permendagri No. 113/2015 yang menjadi pedoman pengelolaan keuangan desa uantuk seluruh desa di Indonesia.http://ejournal.uksw.edu/jeb/article/view/336sistem informasi akuntansidana desapelaporan berkomputer
spellingShingle Ari Kuncara Widagdo
Agus Widodo
Muhammad Ismail
Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
sistem informasi akuntansi
dana desa
pelaporan berkomputer
title Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa
title_full Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa
title_fullStr Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa
title_full_unstemmed Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa
title_short Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa
title_sort sistem akuntansi pengelolaan dana desa
topic sistem informasi akuntansi
dana desa
pelaporan berkomputer
url http://ejournal.uksw.edu/jeb/article/view/336
work_keys_str_mv AT arikuncarawidagdo sistemakuntansipengelolaandanadesa
AT aguswidodo sistemakuntansipengelolaandanadesa
AT muhammadismail sistemakuntansipengelolaandanadesa