Pengaruh Obesitas terhadap Respon Terapi Serangan Asma
Latar belakang. Angka kejadian asma pada anak meningkat begitu pula dengan obesitas. Anak obes dengan asma memberi efek mekanik dan keadaan inflamasi. Pasien asma dengan obesitas memerlukan lama rawat di rumah sakit, durasi pemberian albuterol Tujuan. Mengetahui apakah obesitas sebagai faktor risiko...
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
2018-04-01
|
Series: | Sari Pediatri |
Subjects: | |
Online Access: | https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/1323 |
_version_ | 1811316148875034624 |
---|---|
author | Rahmawati Rahmawati Darmawan B Setyanto |
author_facet | Rahmawati Rahmawati Darmawan B Setyanto |
author_sort | Rahmawati Rahmawati |
collection | DOAJ |
description | Latar belakang. Angka kejadian asma pada anak meningkat begitu pula dengan obesitas. Anak obes dengan asma memberi efek mekanik dan keadaan inflamasi. Pasien asma dengan obesitas memerlukan lama rawat di rumah sakit, durasi pemberian albuterol
Tujuan. Mengetahui apakah obesitas sebagai faktor risiko rendahnya respon terapi pada pasien anak dengan serangan asma.
Metode. Penelusuran pustaka database elektronik, yaitu Pubmed, Cochrane Library, Highwire.
Hasil. Penelitian kasus-kontrol prospektif mendapatkan obesitas tidak berhubungan dengan respon bronkodilator (odds ratio [OR]=1,03;interval kepercayaan [IK]95%0,87-1,21). Penelitian potong lintang mendapatkan tidak ada hubungan bermakna antara obesitas dengan penggunaan albuterol maupun luaran lain. Sedangkan studi kohort prospektif menunjukkan BDR (bronchodilator response) anak lelaki berbanding lurus dengan peningkatan IMT sedangkan pada anak perempuan sebaliknya. Studi kohort retrospektif mendapatkan pasien asma dengan obesitas memerlukan lama rawat di ruang intensif dan lama rawat inap rumah sakit, durasi pemberian albuterol kontinu (6,5+3,8 vs 4,4+2,4 hari, p=0,0005) durasi terapi oksigen dan steroid intravena yang lebih panjang dibandingkan pasien dengan berat badan normal.
Kesimpulan. Sebagian hasil penelusuran menunjukkan pengaruh obesitas terhadap terapi serangan asma namun semua literatur yang ada saat ini memiliki level of evidence yang rendah. Berdasarkan bukti ilmiah yang dipaparkan di atas, belum cukup bukti untuk menyatakan obesitas sebagai faktor risiko dalam respon pemberian agonis β pada pasien anak dengan asma. |
first_indexed | 2024-04-13T11:44:51Z |
format | Article |
id | doaj.art-376a3e3c10814d16990d215527ad5f44 |
institution | Directory Open Access Journal |
issn | 0854-7823 2338-5030 |
language | Indonesian |
last_indexed | 2024-04-13T11:44:51Z |
publishDate | 2018-04-01 |
publisher | Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia |
record_format | Article |
series | Sari Pediatri |
spelling | doaj.art-376a3e3c10814d16990d215527ad5f442022-12-22T02:48:13ZindBadan Penerbit Ikatan Dokter Anak IndonesiaSari Pediatri0854-78232338-50302018-04-01195295910.14238/sp19.5.2018.295-91102Pengaruh Obesitas terhadap Respon Terapi Serangan AsmaRahmawati Rahmawati0Darmawan B Setyanto1Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM, JakartaDepartemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM, JakartaLatar belakang. Angka kejadian asma pada anak meningkat begitu pula dengan obesitas. Anak obes dengan asma memberi efek mekanik dan keadaan inflamasi. Pasien asma dengan obesitas memerlukan lama rawat di rumah sakit, durasi pemberian albuterol Tujuan. Mengetahui apakah obesitas sebagai faktor risiko rendahnya respon terapi pada pasien anak dengan serangan asma. Metode. Penelusuran pustaka database elektronik, yaitu Pubmed, Cochrane Library, Highwire. Hasil. Penelitian kasus-kontrol prospektif mendapatkan obesitas tidak berhubungan dengan respon bronkodilator (odds ratio [OR]=1,03;interval kepercayaan [IK]95%0,87-1,21). Penelitian potong lintang mendapatkan tidak ada hubungan bermakna antara obesitas dengan penggunaan albuterol maupun luaran lain. Sedangkan studi kohort prospektif menunjukkan BDR (bronchodilator response) anak lelaki berbanding lurus dengan peningkatan IMT sedangkan pada anak perempuan sebaliknya. Studi kohort retrospektif mendapatkan pasien asma dengan obesitas memerlukan lama rawat di ruang intensif dan lama rawat inap rumah sakit, durasi pemberian albuterol kontinu (6,5+3,8 vs 4,4+2,4 hari, p=0,0005) durasi terapi oksigen dan steroid intravena yang lebih panjang dibandingkan pasien dengan berat badan normal. Kesimpulan. Sebagian hasil penelusuran menunjukkan pengaruh obesitas terhadap terapi serangan asma namun semua literatur yang ada saat ini memiliki level of evidence yang rendah. Berdasarkan bukti ilmiah yang dipaparkan di atas, belum cukup bukti untuk menyatakan obesitas sebagai faktor risiko dalam respon pemberian agonis β pada pasien anak dengan asma.https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/1323asmaobesitasbronkodilator |
spellingShingle | Rahmawati Rahmawati Darmawan B Setyanto Pengaruh Obesitas terhadap Respon Terapi Serangan Asma Sari Pediatri asma obesitas bronkodilator |
title | Pengaruh Obesitas terhadap Respon Terapi Serangan Asma |
title_full | Pengaruh Obesitas terhadap Respon Terapi Serangan Asma |
title_fullStr | Pengaruh Obesitas terhadap Respon Terapi Serangan Asma |
title_full_unstemmed | Pengaruh Obesitas terhadap Respon Terapi Serangan Asma |
title_short | Pengaruh Obesitas terhadap Respon Terapi Serangan Asma |
title_sort | pengaruh obesitas terhadap respon terapi serangan asma |
topic | asma obesitas bronkodilator |
url | https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/1323 |
work_keys_str_mv | AT rahmawatirahmawati pengaruhobesitasterhadapresponterapiseranganasma AT darmawanbsetyanto pengaruhobesitasterhadapresponterapiseranganasma |