Iklan, Informasi, atau Simulasi?: Konteks Sosial dan Kultural Iklan

Iklan terdiri dari tanda-tanda (signs). Dalan tanda, tercakup penanda (signifier), yakni materi yang diklankan: gambar, foto, atau ilstrasi; dan petanda (signified), yakni konsep atau makna di balik tanda tadi. Di sisi lain, iklan juga mencakup objek (produk yang diiklankan), konteks (gambar-gambar...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Yasraf Amir Piliang
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Universitas Islam Bandung 2004-06-01
Series:MediaTor
Online Access:http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/1034
_version_ 1818684794861518848
author Yasraf Amir Piliang
author_facet Yasraf Amir Piliang
author_sort Yasraf Amir Piliang
collection DOAJ
description Iklan terdiri dari tanda-tanda (signs). Dalan tanda, tercakup penanda (signifier), yakni materi yang diklankan: gambar, foto, atau ilstrasi; dan petanda (signified), yakni konsep atau makna di balik tanda tadi. Di sisi lain, iklan juga mencakup objek (produk yang diiklankan), konteks (gambar-gambar lain di sekitar objek, dan teks (tulisan, keterangan tertulis). Makna yang muncul bisa bersifat eksplisit, bisa pula implisit. Ketika sebuah iklan dikemas sesuai dengan realitas sesungguhnya dari produk yang ditawarkan, iklan tersebut menjadi semacam mirror of reality. Sebaliknya, bila kemasan iklan itu tidak sesuai dengan realitas produk yang sesungguhnya, maka ia menjadi semacam distorted mirror of reality. Distorted mirror of reality melahirkan simulasi dan kekerasan tanda. Dalam hal ini, iklan telah membangun logika baru: logika tanda dan logika citra. Tanda dan citra —bukan nilai utilitas, fungsi, atau substansi dtri produk— mengarahkan orang untuk membeli. Citra itu sendiri merupakan rangkaian ilusi yang disuntikkan pada komoditas. Tanda dimobilisasi ke dalam berbagai bentuk komoditas berdasarkan logika perbedaan; dan, dengan demikian, konsumsi menjadi sebuah sistem tanda. Orang tidak lagi membeli barang atas dasar fungsi atau substansi, melainkan makna simbolik. Dalam iklan, kini citra menjadi instrumen utama strategi penguasaan jiwa konsumen. Kemasan iklan demikian, pada akhirnya, membangun jurang antara citra yang ditampilkan dengan realitas produk sesungguhnya, dan pada gilirannya ia melakukan penipuan terhadap publik. Tentu saja ini harus dicarikan solusinya.
first_indexed 2024-12-17T10:56:18Z
format Article
id doaj.art-3baa61abb6ed4aecb4c6402f6c39c0d4
institution Directory Open Access Journal
issn 1411-5883
language Indonesian
last_indexed 2024-12-17T10:56:18Z
publishDate 2004-06-01
publisher Universitas Islam Bandung
record_format Article
series MediaTor
spelling doaj.art-3baa61abb6ed4aecb4c6402f6c39c0d42022-12-21T21:51:48ZindUniversitas Islam BandungMediaTor1411-58832004-06-01516373874Iklan, Informasi, atau Simulasi?: Konteks Sosial dan Kultural IklanYasraf Amir Piliang0Program Pascasarjana Seni dan Desain ITBIklan terdiri dari tanda-tanda (signs). Dalan tanda, tercakup penanda (signifier), yakni materi yang diklankan: gambar, foto, atau ilstrasi; dan petanda (signified), yakni konsep atau makna di balik tanda tadi. Di sisi lain, iklan juga mencakup objek (produk yang diiklankan), konteks (gambar-gambar lain di sekitar objek, dan teks (tulisan, keterangan tertulis). Makna yang muncul bisa bersifat eksplisit, bisa pula implisit. Ketika sebuah iklan dikemas sesuai dengan realitas sesungguhnya dari produk yang ditawarkan, iklan tersebut menjadi semacam mirror of reality. Sebaliknya, bila kemasan iklan itu tidak sesuai dengan realitas produk yang sesungguhnya, maka ia menjadi semacam distorted mirror of reality. Distorted mirror of reality melahirkan simulasi dan kekerasan tanda. Dalam hal ini, iklan telah membangun logika baru: logika tanda dan logika citra. Tanda dan citra —bukan nilai utilitas, fungsi, atau substansi dtri produk— mengarahkan orang untuk membeli. Citra itu sendiri merupakan rangkaian ilusi yang disuntikkan pada komoditas. Tanda dimobilisasi ke dalam berbagai bentuk komoditas berdasarkan logika perbedaan; dan, dengan demikian, konsumsi menjadi sebuah sistem tanda. Orang tidak lagi membeli barang atas dasar fungsi atau substansi, melainkan makna simbolik. Dalam iklan, kini citra menjadi instrumen utama strategi penguasaan jiwa konsumen. Kemasan iklan demikian, pada akhirnya, membangun jurang antara citra yang ditampilkan dengan realitas produk sesungguhnya, dan pada gilirannya ia melakukan penipuan terhadap publik. Tentu saja ini harus dicarikan solusinya.http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/1034
spellingShingle Yasraf Amir Piliang
Iklan, Informasi, atau Simulasi?: Konteks Sosial dan Kultural Iklan
MediaTor
title Iklan, Informasi, atau Simulasi?: Konteks Sosial dan Kultural Iklan
title_full Iklan, Informasi, atau Simulasi?: Konteks Sosial dan Kultural Iklan
title_fullStr Iklan, Informasi, atau Simulasi?: Konteks Sosial dan Kultural Iklan
title_full_unstemmed Iklan, Informasi, atau Simulasi?: Konteks Sosial dan Kultural Iklan
title_short Iklan, Informasi, atau Simulasi?: Konteks Sosial dan Kultural Iklan
title_sort iklan informasi atau simulasi konteks sosial dan kultural iklan
url http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/1034
work_keys_str_mv AT yasrafamirpiliang iklaninformasiatausimulasikontekssosialdankulturaliklan