RITUAL RAMBUT GEMBEL DALAM ARUS EKSPANSI PASAR PARIWISATA

This article focusing on religious and social change in Dieng tourism society and its relation with state capitalism. The government has commercialize gembel hair ritual (ritual rambut gembel) by tourism policy, that long have been live in Dieng community. In this article indicated that there are tw...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Moh. Soehadha
Format: Article
Language:English
Published: Walisongo State Islamic University 2013-12-01
Series:Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
Subjects:
Online Access:http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/view/249
_version_ 1819060827558248448
author Moh. Soehadha
author_facet Moh. Soehadha
author_sort Moh. Soehadha
collection DOAJ
description This article focusing on religious and social change in Dieng tourism society and its relation with state capitalism. The government has commercialize gembel hair ritual (ritual rambut gembel) by tourism policy, that long have been live in Dieng community. In this article indicated that there are two variants of the social response to the change, the people who accept and reject society. The receiving society is the people that having an interest in economic on activities of the tourism development, whereas the rejecter society is the people that hold belief and tradition faithful. Theoretically, this study gives an explanation that public religiosity into the value system which affect people’s behavior to confirm the mode of economic production runs, as well as oversee social change. *** Tulisan ini mengambil fokus pada agama dan perubahan sosial akibat ekspansi pasar pariwisata di dataran tinggi Dieng, dan hubungannya dengan kapitalisme negara. Pemerintah telah mengusahakan ritual rambut gembel sebagai komo­ditas pariwisata di dataran tinggi Dieng. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada dua varian respon sosial terhadap perubahan akibat ekspansi pasar pariwisata, yaitu masyarakat yang menerima dan masyarakat yang menolak. Masyarakat penerima adalah orang-orang yang memiliki kepentingan di bidang ekonomi dalam kegiatan pengembangan pariwisata, sedangkan masyarakat yang menolak adalah orang-orang yang memegang keyakinan dan tradisi lokal. Secara teoritis, studi ini memberi penjelasan bahwa religiusitas masyarakat dipengaruhi oleh moda produksi ekonomi yang ada.
first_indexed 2024-12-21T14:33:11Z
format Article
id doaj.art-403d3f7f49aa44089551a7f70b482532
institution Directory Open Access Journal
issn 0852-7172
2461-064X
language English
last_indexed 2024-12-21T14:33:11Z
publishDate 2013-12-01
publisher Walisongo State Islamic University
record_format Article
series Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
spelling doaj.art-403d3f7f49aa44089551a7f70b4825322022-12-21T19:00:25ZengWalisongo State Islamic UniversityWalisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan0852-71722461-064X2013-12-0121234736410.21580/ws.2013.21.2.249254RITUAL RAMBUT GEMBEL DALAM ARUS EKSPANSI PASAR PARIWISATAMoh. Soehadha0State Islamic University (UIN) Sunan Kalijaga, YogyakartaThis article focusing on religious and social change in Dieng tourism society and its relation with state capitalism. The government has commercialize gembel hair ritual (ritual rambut gembel) by tourism policy, that long have been live in Dieng community. In this article indicated that there are two variants of the social response to the change, the people who accept and reject society. The receiving society is the people that having an interest in economic on activities of the tourism development, whereas the rejecter society is the people that hold belief and tradition faithful. Theoretically, this study gives an explanation that public religiosity into the value system which affect people’s behavior to confirm the mode of economic production runs, as well as oversee social change. *** Tulisan ini mengambil fokus pada agama dan perubahan sosial akibat ekspansi pasar pariwisata di dataran tinggi Dieng, dan hubungannya dengan kapitalisme negara. Pemerintah telah mengusahakan ritual rambut gembel sebagai komo­ditas pariwisata di dataran tinggi Dieng. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada dua varian respon sosial terhadap perubahan akibat ekspansi pasar pariwisata, yaitu masyarakat yang menerima dan masyarakat yang menolak. Masyarakat penerima adalah orang-orang yang memiliki kepentingan di bidang ekonomi dalam kegiatan pengembangan pariwisata, sedangkan masyarakat yang menolak adalah orang-orang yang memegang keyakinan dan tradisi lokal. Secara teoritis, studi ini memberi penjelasan bahwa religiusitas masyarakat dipengaruhi oleh moda produksi ekonomi yang ada.http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/view/249rambut gembeltradisi lokalreligiusitaspariwisataproduksi ekonomi
spellingShingle Moh. Soehadha
RITUAL RAMBUT GEMBEL DALAM ARUS EKSPANSI PASAR PARIWISATA
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
rambut gembel
tradisi lokal
religiusitas
pariwisata
produksi ekonomi
title RITUAL RAMBUT GEMBEL DALAM ARUS EKSPANSI PASAR PARIWISATA
title_full RITUAL RAMBUT GEMBEL DALAM ARUS EKSPANSI PASAR PARIWISATA
title_fullStr RITUAL RAMBUT GEMBEL DALAM ARUS EKSPANSI PASAR PARIWISATA
title_full_unstemmed RITUAL RAMBUT GEMBEL DALAM ARUS EKSPANSI PASAR PARIWISATA
title_short RITUAL RAMBUT GEMBEL DALAM ARUS EKSPANSI PASAR PARIWISATA
title_sort ritual rambut gembel dalam arus ekspansi pasar pariwisata
topic rambut gembel
tradisi lokal
religiusitas
pariwisata
produksi ekonomi
url http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/view/249
work_keys_str_mv AT mohsoehadha ritualrambutgembeldalamarusekspansipasarpariwisata