DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAru LIMFOMA ORtsITA

<p>Limfoma orbita merujuk pada limfoma yang terjadi di konjungtiva, kelenjar lakrimal, palpebra<br />dan otot-otot ekstraokular. Limfoma primer non-Hodgkin (NHL) dari orbita dapat ditemukan<br />pada hanya 1o/o dari semua limforna non-Hodgkin. Anaiisis mutasi somatik pada regio<...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Ardizal Rahman
Format: Article
Language:English
Published: Universitas Andalas 2014-12-01
Series:Majalah Kedokteran Andalas
Subjects:
Online Access:http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/view/212
_version_ 1818350847197708288
author Ardizal Rahman
author_facet Ardizal Rahman
author_sort Ardizal Rahman
collection DOAJ
description <p>Limfoma orbita merujuk pada limfoma yang terjadi di konjungtiva, kelenjar lakrimal, palpebra<br />dan otot-otot ekstraokular. Limfoma primer non-Hodgkin (NHL) dari orbita dapat ditemukan<br />pada hanya 1o/o dari semua limforna non-Hodgkin. Anaiisis mutasi somatik pada regio<br />variabel (V) dari immunoglobulin (ig) dan segmen gen rantai berat (H) telah menunjukkan<br />peran dari stimulasi antigen kronik pada patogenesis limfoma /nucosa-associated lymphoid<br />flssue (MALT). Patogen mikroba seperti Helicobacter pylaridan Chlamydia pneumonia dapai<br />mendasari proses inflamasi dan pada akhirnya memicu akuisisi MALT juga memainkan<br />peran penting dalam tranformasi maligna dan ekspansi klonal lanjutan limfoma. Penentuan<br />stadium kanker sangat penting karena akan menentukan terapi apa yang akan diberikan dan<br />kemungkinan remisi dan prognosisnya. Berdasarkan sistem stadium Ann-Arbor, limfoma yang<br />terbatas di orbita disebut sebagai stadium l, keterlibatan struktur sekitar (sinus paranasal,<br />tonsil, dan hidung) menjadikannya stadium ll. Stadium lll adalah penyakit nodal abdominal<br />dibawah diafragma dan stadium lV merujuk pada keterlibatan yang tersebar dari satu atau<br />lebih lokasi ekstranodal (hepar, sum-sum tulang atau sistem saraf pusat). Mayoritas pasien<br />datang dengan keluhan massa konjungtiva berwarna pink (91%), diikuti hiperemis konjungtiva<br />(32%), propiosis (27%), massa palpebra atau orbita (19"fi, penurunan visus dan ptosis (6%),<br />dan diplopia(2%). Bilateralitas terjadi pada 10% hingga 15% kasus dimana 80 % terjadisecara<br />simultan sedangkan 20% merupakan kondisi yang berurutan. Penilaian lanjut untuk staging<br />yang akurat dan perencanaan terapitermasuk anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik,<br />pemeriksaan laboratorium rutin, elektroforesis protein sei-um, LDH serum, Fr-mikroglobulin,<br />rontgen thoraks, CT scan thoraks, abdornen, dan pelvis, dan biopsisum-sum tulang. Diagnosa<br />positif harus berdasarkan pada perneriksaan histologik dari sampeltumor yang memadai yang<br />diperoleh dengan biopsiorbita. Beberapa kriteria mayor harus dipertimbangkan pada penilaian<br />awal penyakit untuk menentukan ierapi optimal secara jelas, yaitu : (1) subtipe histopatolcgik<br />limfoma, menurut klasifikasiWHO; (2) perluasan penyakit, clidalam dan di luar regio periokuiar;<br />(3) faktor prognostik yang berhubungan dengan penyakit dan pasien; dan (4) dampak limfoma<br />orbita pada mata dan fungsi visual. Berbagai modalitas terapi konvensiona! dapat diterapkan<br />untuk iimfoma orbita, termasuk agen tunggal atau kombinasi regimen kemoterapi, radioterapi,<br />dan antibodi anti-CD20 monoklonal atau imunoterapi interferon.<br /><br /></p>
first_indexed 2024-12-13T18:28:21Z
format Article
id doaj.art-4f88b9a9d491407a8d32af9755b255b2
institution Directory Open Access Journal
issn 0126-2092
2442-5230
language English
last_indexed 2024-12-13T18:28:21Z
publishDate 2014-12-01
publisher Universitas Andalas
record_format Article
series Majalah Kedokteran Andalas
spelling doaj.art-4f88b9a9d491407a8d32af9755b255b22022-12-21T23:35:33ZengUniversitas AndalasMajalah Kedokteran Andalas0126-20922442-52302014-12-01370303710.22338/mka.v37i7.212210DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAru LIMFOMA ORtsITAArdizal Rahman<p>Limfoma orbita merujuk pada limfoma yang terjadi di konjungtiva, kelenjar lakrimal, palpebra<br />dan otot-otot ekstraokular. Limfoma primer non-Hodgkin (NHL) dari orbita dapat ditemukan<br />pada hanya 1o/o dari semua limforna non-Hodgkin. Anaiisis mutasi somatik pada regio<br />variabel (V) dari immunoglobulin (ig) dan segmen gen rantai berat (H) telah menunjukkan<br />peran dari stimulasi antigen kronik pada patogenesis limfoma /nucosa-associated lymphoid<br />flssue (MALT). Patogen mikroba seperti Helicobacter pylaridan Chlamydia pneumonia dapai<br />mendasari proses inflamasi dan pada akhirnya memicu akuisisi MALT juga memainkan<br />peran penting dalam tranformasi maligna dan ekspansi klonal lanjutan limfoma. Penentuan<br />stadium kanker sangat penting karena akan menentukan terapi apa yang akan diberikan dan<br />kemungkinan remisi dan prognosisnya. Berdasarkan sistem stadium Ann-Arbor, limfoma yang<br />terbatas di orbita disebut sebagai stadium l, keterlibatan struktur sekitar (sinus paranasal,<br />tonsil, dan hidung) menjadikannya stadium ll. Stadium lll adalah penyakit nodal abdominal<br />dibawah diafragma dan stadium lV merujuk pada keterlibatan yang tersebar dari satu atau<br />lebih lokasi ekstranodal (hepar, sum-sum tulang atau sistem saraf pusat). Mayoritas pasien<br />datang dengan keluhan massa konjungtiva berwarna pink (91%), diikuti hiperemis konjungtiva<br />(32%), propiosis (27%), massa palpebra atau orbita (19"fi, penurunan visus dan ptosis (6%),<br />dan diplopia(2%). Bilateralitas terjadi pada 10% hingga 15% kasus dimana 80 % terjadisecara<br />simultan sedangkan 20% merupakan kondisi yang berurutan. Penilaian lanjut untuk staging<br />yang akurat dan perencanaan terapitermasuk anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik,<br />pemeriksaan laboratorium rutin, elektroforesis protein sei-um, LDH serum, Fr-mikroglobulin,<br />rontgen thoraks, CT scan thoraks, abdornen, dan pelvis, dan biopsisum-sum tulang. Diagnosa<br />positif harus berdasarkan pada perneriksaan histologik dari sampeltumor yang memadai yang<br />diperoleh dengan biopsiorbita. Beberapa kriteria mayor harus dipertimbangkan pada penilaian<br />awal penyakit untuk menentukan ierapi optimal secara jelas, yaitu : (1) subtipe histopatolcgik<br />limfoma, menurut klasifikasiWHO; (2) perluasan penyakit, clidalam dan di luar regio periokuiar;<br />(3) faktor prognostik yang berhubungan dengan penyakit dan pasien; dan (4) dampak limfoma<br />orbita pada mata dan fungsi visual. Berbagai modalitas terapi konvensiona! dapat diterapkan<br />untuk iimfoma orbita, termasuk agen tunggal atau kombinasi regimen kemoterapi, radioterapi,<br />dan antibodi anti-CD20 monoklonal atau imunoterapi interferon.<br /><br /></p>http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/view/212LimfomaMALTstadiurn Ann-Arborkemoterapiradioterapi
spellingShingle Ardizal Rahman
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAru LIMFOMA ORtsITA
Majalah Kedokteran Andalas
Limfoma
MALT
stadiurn Ann-Arbor
kemoterapi
radioterapi
title DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAru LIMFOMA ORtsITA
title_full DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAru LIMFOMA ORtsITA
title_fullStr DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAru LIMFOMA ORtsITA
title_full_unstemmed DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAru LIMFOMA ORtsITA
title_short DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAru LIMFOMA ORtsITA
title_sort diagnosis dan penatalaksanaaru limfoma ortsita
topic Limfoma
MALT
stadiurn Ann-Arbor
kemoterapi
radioterapi
url http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/view/212
work_keys_str_mv AT ardizalrahman diagnosisdanpenatalaksanaarulimfomaortsita