ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SASTRA: SUATU KAJIAN PUSTAKA
Sastra yang diajarkan secara terpadu dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, petanda bahwa sastra dikerdilkan. Hal ini tampak pada proses pembelajaran bahkan asesmennya yang tersurat dalam kurikulum. Perlakuan sastra seperti ini, menjadikan perannya relatif kecil dalam membangun karakter pebelajar, l...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Balai Bahasa Bali
2017-11-01
|
Series: | Aksara |
Subjects: | |
Online Access: | http://aksara.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/aksara/article/view/186 |
_version_ | 1828809422094204928 |
---|---|
author | Made Kerta Adhi |
author_facet | Made Kerta Adhi |
author_sort | Made Kerta Adhi |
collection | DOAJ |
description | Sastra yang diajarkan secara terpadu dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, petanda bahwa sastra dikerdilkan. Hal ini tampak pada proses pembelajaran bahkan asesmennya yang tersurat dalam kurikulum. Perlakuan sastra seperti ini, menjadikan perannya relatif kecil dalam membangun karakter pebelajar, lambat laun bisa kurang dikenali bahkan asing dalam kehidupan pebelajar, dan akhirnya sastra akan hilang. Nilai-nilai sastra sangat berkonstribusi dalam pembentukan karakter. Bertolak dari pendapat tersebut, pembelajaran sastra mestinya diberi perlakuan sama dengan mata pelajaran lainnya. Namun, kenyataannya terdiskriminasikan bahkan termarginalkan. Sementara ini, asesmen pembelajaran sastra dominan dilakukan dengan menilai kemampuan siswa sebatas domain kognitif. Hal ini tampak pada soal-soal ujian sekolah dan ujian nasional. Taksonomi Bloom, mengisyaratkan agar proses penilaian dilakukan secara akumulatif-proporsional pada domain kognitif, afektif dan psikomotor. Legalitas formal model asemen ini, antara lain tersurat dalam kurikulum 2013, yakni asesmen otentik. Model asesmen otentik, menuntut agar guru melakukan penilaian pada pembelajaran sastra senyatanya dengan cara melakukan penilaian secara holistik, mencakup aspek pengetahuan (melalui tes lisan, tertulis, dan penugasan); sikap (melalui observasi, self assessment, peer assessment, dan jurnal); serta aspek keterampilan ( melalui penilaian praktik, proyek, dan portofolio). |
first_indexed | 2024-12-12T08:55:35Z |
format | Article |
id | doaj.art-519c78e7bd7d40be9361d5a52609fe83 |
institution | Directory Open Access Journal |
issn | 0854-3283 2580-0353 |
language | English |
last_indexed | 2024-12-12T08:55:35Z |
publishDate | 2017-11-01 |
publisher | Balai Bahasa Bali |
record_format | Article |
series | Aksara |
spelling | doaj.art-519c78e7bd7d40be9361d5a52609fe832022-12-22T00:30:00ZengBalai Bahasa BaliAksara0854-32832580-03532017-11-01272217227114ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SASTRA: SUATU KAJIAN PUSTAKAMade Kerta Adhi0IKIP Saraswati Tabanan Jalan Pahlawan No.2 Tabanan (82113), Bali, IndonesiaSastra yang diajarkan secara terpadu dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, petanda bahwa sastra dikerdilkan. Hal ini tampak pada proses pembelajaran bahkan asesmennya yang tersurat dalam kurikulum. Perlakuan sastra seperti ini, menjadikan perannya relatif kecil dalam membangun karakter pebelajar, lambat laun bisa kurang dikenali bahkan asing dalam kehidupan pebelajar, dan akhirnya sastra akan hilang. Nilai-nilai sastra sangat berkonstribusi dalam pembentukan karakter. Bertolak dari pendapat tersebut, pembelajaran sastra mestinya diberi perlakuan sama dengan mata pelajaran lainnya. Namun, kenyataannya terdiskriminasikan bahkan termarginalkan. Sementara ini, asesmen pembelajaran sastra dominan dilakukan dengan menilai kemampuan siswa sebatas domain kognitif. Hal ini tampak pada soal-soal ujian sekolah dan ujian nasional. Taksonomi Bloom, mengisyaratkan agar proses penilaian dilakukan secara akumulatif-proporsional pada domain kognitif, afektif dan psikomotor. Legalitas formal model asemen ini, antara lain tersurat dalam kurikulum 2013, yakni asesmen otentik. Model asesmen otentik, menuntut agar guru melakukan penilaian pada pembelajaran sastra senyatanya dengan cara melakukan penilaian secara holistik, mencakup aspek pengetahuan (melalui tes lisan, tertulis, dan penugasan); sikap (melalui observasi, self assessment, peer assessment, dan jurnal); serta aspek keterampilan ( melalui penilaian praktik, proyek, dan portofolio).http://aksara.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/aksara/article/view/186asesmen otentikpembelajaran sastraholistik |
spellingShingle | Made Kerta Adhi ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SASTRA: SUATU KAJIAN PUSTAKA Aksara asesmen otentik pembelajaran sastra holistik |
title | ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SASTRA: SUATU KAJIAN PUSTAKA |
title_full | ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SASTRA: SUATU KAJIAN PUSTAKA |
title_fullStr | ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SASTRA: SUATU KAJIAN PUSTAKA |
title_full_unstemmed | ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SASTRA: SUATU KAJIAN PUSTAKA |
title_short | ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SASTRA: SUATU KAJIAN PUSTAKA |
title_sort | asesmen otentik dalam pembelajaran sastra suatu kajian pustaka |
topic | asesmen otentik pembelajaran sastra holistik |
url | http://aksara.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/aksara/article/view/186 |
work_keys_str_mv | AT madekertaadhi asesmenotentikdalampembelajaransastrasuatukajianpustaka |