Banggai in Shipping and Trading in the Eastern Region of Sulawesi in the 19th Century

Banggai memiliki peran strategis dalam jaringan pelayaran dan perdagangan di kawasan timur Sulawesi. Letak geografisnya yang menghubungkan antara Gorontalo, Teluk Tomini, Ternate, Buton, dan Makassar. Kondisi ini diperkuat oleh ketersediaan berbagai komoditas, seperti, bijih besi, tripang, sisik pen...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: nfn Hasanuddin
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Balai Arkeologi Maluku 2018-07-01
Series:Kapata Arkeologi
Subjects:
Online Access:http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kapata/article/view/465
_version_ 1819071476881424384
author nfn Hasanuddin
author_facet nfn Hasanuddin
author_sort nfn Hasanuddin
collection DOAJ
description Banggai memiliki peran strategis dalam jaringan pelayaran dan perdagangan di kawasan timur Sulawesi. Letak geografisnya yang menghubungkan antara Gorontalo, Teluk Tomini, Ternate, Buton, dan Makassar. Kondisi ini diperkuat oleh ketersediaan berbagai komoditas, seperti, bijih besi, tripang, sisik penyu, sarang burung, kayu cendana, damar, rotan, dan kopra. Artikel ini bermaksud melihat Banggai dan perannya dalam perdagangan dan pelayaran di kawasan timur Sulawesi pada abad ke-19. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi Banggai meliputi: posisi Banggai dalam jalur pelayaran Nusantara, dinamika perdagangan antar pulau, dinamika dan aktifitas bajak laut di wilayah Banggai, dan kehadiran pemukiman dalam wujud perkampungan pedagang dan pendatang. Penelitian menggunakan metode sejarah yaitu penelusuran arsip dan studi pustaka dengan mengumpulkan data-data sejarah. Kemudian menguraikan suatu peristiwa ke dalam bagian-bagiannya dalam rangka memahami pelayaran dan perdagangan Banggai pada abad ke-19. Artikel ini membuktikan bahwa jaringan maritim Banggai menjadi salah satu faktor penting terbentuknya integrasi di kawasan perairan Sulawesi bagian timur, baik dalam arti komunitas maupun koneksi antar kerajaan dan kekuasaan. Para pedagang dan pendatang dari Bugis, Buton, Gorontalo, Mandar, Bajo, Cina, dan Arab menjadi faktor pembentuk komunitas yang berkarakter majemuk di Banggai. Kondisi ini melahirkan situasi baru melalui hubungan komunikasi antara pedagang dan pendatang dengan penduduk setempat telah memperlihatkan proses kultural yang dinamis dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Keadaan ini kemudian menciptakan integrasi kawasan timur Indonesia, dan mendorong perkembangan jaringan pelayaran dan perdagangan di kawasan timur Sulawesi.  Banggai has a strategic role in the shipping and trading networks in eastern Sulawesi. Its geographical location connects between Gorontalo, Tomini Bay, Ternate, Buton, and Makassar. This condition is reinforced by the availability of various commodities, such as iron ore, sea cucumber (teripang), sea turtle scales, bird's nest, sandalwood, resin, rattan, and copra. This article looks at Banggai and its role in trade and shipping in the eastern region of Sulawesi in the 19th century. This article aims to describe the condition of Banggai which includes among others; Banggai position in the archipelago shipping lanes, dynamics of inter-island trade, dynamics and activities of pirates in the Banggai region, and the presence of settlements in the form of merchant and immigrant villages. This study used historical method of archive search and literature study by collecting historical data, then describing an event into its parts in order to understand the shipping and trading of Banggai in the 19th century. This article proves that Banggai maritime network has become an important factor in integration of the waters of eastern Sulawesi, both in terms of community and inter-royal and power connections. The traders and migrants from Bugis, Buton, Gorontalo, Mandar, Bajo, China, and Arab became the forming factor of a multi-faceted community in Banggai. This condition gave birth to a new situation through communication links between traders and immigrants with local residents which have shown a dynamic cultural process with different backgrounds. This situation creates the integration of eastern Indonesia and encourages development of shipping and trading networks in eastern Sulawesi.
first_indexed 2024-12-21T17:22:27Z
format Article
id doaj.art-552517989e1542d785765774379eaaf3
institution Directory Open Access Journal
issn 1858-4101
2503-0876
language Indonesian
last_indexed 2024-12-21T17:22:27Z
publishDate 2018-07-01
publisher Balai Arkeologi Maluku
record_format Article
series Kapata Arkeologi
spelling doaj.art-552517989e1542d785765774379eaaf32022-12-21T18:56:07ZindBalai Arkeologi MalukuKapata Arkeologi1858-41012503-08762018-07-0114110111010.24832/kapata.v14i1.465330Banggai in Shipping and Trading in the Eastern Region of Sulawesi in the 19th Centurynfn Hasanuddin0Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi UtaraBanggai memiliki peran strategis dalam jaringan pelayaran dan perdagangan di kawasan timur Sulawesi. Letak geografisnya yang menghubungkan antara Gorontalo, Teluk Tomini, Ternate, Buton, dan Makassar. Kondisi ini diperkuat oleh ketersediaan berbagai komoditas, seperti, bijih besi, tripang, sisik penyu, sarang burung, kayu cendana, damar, rotan, dan kopra. Artikel ini bermaksud melihat Banggai dan perannya dalam perdagangan dan pelayaran di kawasan timur Sulawesi pada abad ke-19. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi Banggai meliputi: posisi Banggai dalam jalur pelayaran Nusantara, dinamika perdagangan antar pulau, dinamika dan aktifitas bajak laut di wilayah Banggai, dan kehadiran pemukiman dalam wujud perkampungan pedagang dan pendatang. Penelitian menggunakan metode sejarah yaitu penelusuran arsip dan studi pustaka dengan mengumpulkan data-data sejarah. Kemudian menguraikan suatu peristiwa ke dalam bagian-bagiannya dalam rangka memahami pelayaran dan perdagangan Banggai pada abad ke-19. Artikel ini membuktikan bahwa jaringan maritim Banggai menjadi salah satu faktor penting terbentuknya integrasi di kawasan perairan Sulawesi bagian timur, baik dalam arti komunitas maupun koneksi antar kerajaan dan kekuasaan. Para pedagang dan pendatang dari Bugis, Buton, Gorontalo, Mandar, Bajo, Cina, dan Arab menjadi faktor pembentuk komunitas yang berkarakter majemuk di Banggai. Kondisi ini melahirkan situasi baru melalui hubungan komunikasi antara pedagang dan pendatang dengan penduduk setempat telah memperlihatkan proses kultural yang dinamis dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Keadaan ini kemudian menciptakan integrasi kawasan timur Indonesia, dan mendorong perkembangan jaringan pelayaran dan perdagangan di kawasan timur Sulawesi.  Banggai has a strategic role in the shipping and trading networks in eastern Sulawesi. Its geographical location connects between Gorontalo, Tomini Bay, Ternate, Buton, and Makassar. This condition is reinforced by the availability of various commodities, such as iron ore, sea cucumber (teripang), sea turtle scales, bird's nest, sandalwood, resin, rattan, and copra. This article looks at Banggai and its role in trade and shipping in the eastern region of Sulawesi in the 19th century. This article aims to describe the condition of Banggai which includes among others; Banggai position in the archipelago shipping lanes, dynamics of inter-island trade, dynamics and activities of pirates in the Banggai region, and the presence of settlements in the form of merchant and immigrant villages. This study used historical method of archive search and literature study by collecting historical data, then describing an event into its parts in order to understand the shipping and trading of Banggai in the 19th century. This article proves that Banggai maritime network has become an important factor in integration of the waters of eastern Sulawesi, both in terms of community and inter-royal and power connections. The traders and migrants from Bugis, Buton, Gorontalo, Mandar, Bajo, China, and Arab became the forming factor of a multi-faceted community in Banggai. This condition gave birth to a new situation through communication links between traders and immigrants with local residents which have shown a dynamic cultural process with different backgrounds. This situation creates the integration of eastern Indonesia and encourages development of shipping and trading networks in eastern Sulawesi.http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kapata/article/view/465ShippingTradingMerchant VillageBanggai
spellingShingle nfn Hasanuddin
Banggai in Shipping and Trading in the Eastern Region of Sulawesi in the 19th Century
Kapata Arkeologi
Shipping
Trading
Merchant Village
Banggai
title Banggai in Shipping and Trading in the Eastern Region of Sulawesi in the 19th Century
title_full Banggai in Shipping and Trading in the Eastern Region of Sulawesi in the 19th Century
title_fullStr Banggai in Shipping and Trading in the Eastern Region of Sulawesi in the 19th Century
title_full_unstemmed Banggai in Shipping and Trading in the Eastern Region of Sulawesi in the 19th Century
title_short Banggai in Shipping and Trading in the Eastern Region of Sulawesi in the 19th Century
title_sort banggai in shipping and trading in the eastern region of sulawesi in the 19th century
topic Shipping
Trading
Merchant Village
Banggai
url http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kapata/article/view/465
work_keys_str_mv AT nfnhasanuddin banggaiinshippingandtradingintheeasternregionofsulawesiinthe19thcentury