PERAWATAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS (Studi Pustaka)
Kandidiasis oral merupakan infeksi jamur oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien HIV/AIDS. Terdapat beberapa obat antijamur yang dapat digunakan dalam perawatan kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS, namun pemilihannya tergantung beberapa faktor, seperti perluasan lesi, keparahan penyaki...
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Universitas Syiah Kuala
2021-02-01
|
Series: | Cakradonya Dental Journal |
Subjects: | |
Online Access: | https://jurnal.usk.ac.id/CDJ/article/view/20913 |
_version_ | 1827196884091928576 |
---|---|
author | Sri Rezeki Febrina Rahmayanti |
author_facet | Sri Rezeki Febrina Rahmayanti |
author_sort | Sri Rezeki |
collection | DOAJ |
description | Kandidiasis oral merupakan infeksi jamur oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien HIV/AIDS. Terdapat beberapa obat antijamur yang dapat digunakan dalam perawatan kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS, namun pemilihannya tergantung beberapa faktor, seperti perluasan lesi, keparahan penyakit, kondisi asam lambung, level supresi imun, farmakodinamik/farmakokinetik, interaksi obat, resistensi, dan tingkat kepatuhan pasien. Namun, kandidiasis oral refractory dapat terjadi yaitu kegagalan dalam merespon perawatan dengan antijamur. Pada kasus seperti ini, identifikasi Candida dari daerah orofaring dapat membantu membedakan penyebab kegagalan lain secara mikrobiologis. Pasien AIDS diketahui mengalami hypochlorhydria dan peningkatan pH lambung, sehingga berpotensi terjadi penurunan absorpsi dan bioavailabilitas beberapa obat antijamur. Pasien dengan kondisi ini dapat diberikan flukonazol oral karena tidak tergantung pada pH lambung, dapat diabsorpsi dengan cepat, serta memiliki bioavailabilitas tinggi, sehingga flukonazol lebih unggul dibandingkan golongan azol lain dan antijamur topikal seperti nistatin supsensi oral maupun klotrimazol troches. Larutan itrakonazol dan posakonazol dapat dijadikan terapi second-line yang dapat digunakan, selain itu peningkatan imunitas lokal dan sistemik merupakan hal yang penting dalam melawan infeksi Candida. Dengan demikian, berdasarkan tinjauan pustaka flukonazol lebih baik digunakan dalam perawatan kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS. |
first_indexed | 2024-03-08T04:11:29Z |
format | Article |
id | doaj.art-592661bc6667442c8593d8c519f3e2f5 |
institution | Directory Open Access Journal |
issn | 2085-546X 2622-4720 |
language | English |
last_indexed | 2025-03-21T09:52:19Z |
publishDate | 2021-02-01 |
publisher | Universitas Syiah Kuala |
record_format | Article |
series | Cakradonya Dental Journal |
spelling | doaj.art-592661bc6667442c8593d8c519f3e2f52024-07-05T19:36:28ZengUniversitas Syiah KualaCakradonya Dental Journal2085-546X2622-47202021-02-01131394710.24815/cdj.v13i1.2091312664PERAWATAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS (Studi Pustaka)Sri Rezeki0Febrina Rahmayanti1Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Syiah KualaFakultas Kedokteran Gigi, Universitas IndonesiaKandidiasis oral merupakan infeksi jamur oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien HIV/AIDS. Terdapat beberapa obat antijamur yang dapat digunakan dalam perawatan kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS, namun pemilihannya tergantung beberapa faktor, seperti perluasan lesi, keparahan penyakit, kondisi asam lambung, level supresi imun, farmakodinamik/farmakokinetik, interaksi obat, resistensi, dan tingkat kepatuhan pasien. Namun, kandidiasis oral refractory dapat terjadi yaitu kegagalan dalam merespon perawatan dengan antijamur. Pada kasus seperti ini, identifikasi Candida dari daerah orofaring dapat membantu membedakan penyebab kegagalan lain secara mikrobiologis. Pasien AIDS diketahui mengalami hypochlorhydria dan peningkatan pH lambung, sehingga berpotensi terjadi penurunan absorpsi dan bioavailabilitas beberapa obat antijamur. Pasien dengan kondisi ini dapat diberikan flukonazol oral karena tidak tergantung pada pH lambung, dapat diabsorpsi dengan cepat, serta memiliki bioavailabilitas tinggi, sehingga flukonazol lebih unggul dibandingkan golongan azol lain dan antijamur topikal seperti nistatin supsensi oral maupun klotrimazol troches. Larutan itrakonazol dan posakonazol dapat dijadikan terapi second-line yang dapat digunakan, selain itu peningkatan imunitas lokal dan sistemik merupakan hal yang penting dalam melawan infeksi Candida. Dengan demikian, berdasarkan tinjauan pustaka flukonazol lebih baik digunakan dalam perawatan kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS.https://jurnal.usk.ac.id/CDJ/article/view/20913perawatankandidiasis oralantijamurhiv/aids |
spellingShingle | Sri Rezeki Febrina Rahmayanti PERAWATAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS (Studi Pustaka) Cakradonya Dental Journal perawatan kandidiasis oral antijamur hiv/aids |
title | PERAWATAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS (Studi Pustaka) |
title_full | PERAWATAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS (Studi Pustaka) |
title_fullStr | PERAWATAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS (Studi Pustaka) |
title_full_unstemmed | PERAWATAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS (Studi Pustaka) |
title_short | PERAWATAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS (Studi Pustaka) |
title_sort | perawatan kandidiasis oral pada pasien hiv aids studi pustaka |
topic | perawatan kandidiasis oral antijamur hiv/aids |
url | https://jurnal.usk.ac.id/CDJ/article/view/20913 |
work_keys_str_mv | AT srirezeki perawatankandidiasisoralpadapasienhivaidsstudipustaka AT febrinarahmayanti perawatankandidiasisoralpadapasienhivaidsstudipustaka |