Syed Muhammad Naquib al-Attas on Human Origin

<p align="center"><strong>Abstract</strong></p><p>This paper aims to reflect on al-Attas’ conception of human creation. It argues that human creation model in Islamic perspective differs from evolutionary and positivist model. The issue centers upon a question...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Fiqih Risallah, Tatiana Denisova
Format: Article
Language:Arabic
Published: Universitas Darussalam Gontor 2019-11-01
Series:Tsaqafah
Subjects:
Online Access:https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tsaqafah/article/view/3382
_version_ 1798005476513808384
author Fiqih Risallah
Tatiana Denisova
author_facet Fiqih Risallah
Tatiana Denisova
author_sort Fiqih Risallah
collection DOAJ
description <p align="center"><strong>Abstract</strong></p><p>This paper aims to reflect on al-Attas’ conception of human creation. It argues that human creation model in Islamic perspective differs from evolutionary and positivist model. The issue centers upon a question as to when Adam was initially present on earth. Al-Attas asserts that human knowledge of his origin is limited in such a way that only through revelation it is truly revealed. Divine information is crucial without which knowledge of his origin would be a matter of purely speculative presumption. By employing a <em>taw</em><em>ḥ</em><em>î</em><em>d </em>approach, al-Attas managed to establish the time frame of Adam first appearance with a view to clarifying that his arrival along with his wife was in approximately between 7000 and 8000 years ago, not in terms of hundreds of thousands of years ago. This estimative calculation can only be done when the definition of human being is clearly justified. <em>Al-Ḥayaw</em><em>â</em><em>n al-N</em><em>â</em><em>ṭiq </em>is more than a mere <em>rational animal</em>, conceived as having a connection with prior organism. Al-Attas defines it <em>a living being that speaks </em>signifying his given power to apprehend what knowledge communicates and to communicate what it apprehends. This paper found that human being is a special and a new creation, and Adam is the Father of mankind nothing to do with biological evolutionary theory. This creation is a recent event in the history of time. Hence, human was created with purpose justifying that his existence on earth is a grace and his life historically is purposeful.</p><p><strong>Keywords: </strong>al-Attas, Human Being, Human Origin, Missing Link, Prophet Adam. </p><p> </p><p> </p><p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p>Artikel ini bertujuan untuk merefleksikan konsepsi al-Attas tentang penciptaan manusia. Menyatakan bahwa model penciptaan manusia dari perspektif Islam bertentangan dengan model dari kelompok evolusionis dan positivis. Permasalahan utamanya berkaitan dengan pertanyaan kapan Adam hadir di bumi pertama kali. Al-Attas menegaskan bahwa pengetahuan manusia tentang asal-usulnya sangat terbatas sehingga hanya melalui perantaraan wahyu hal itu bisa terungkap. Informasi ilahi sangat krusial yang dengan tanpanya, pengetahuan manusia terhadap asal-usulnya akan menjadi anggapan yang bersifat spekulatif. Dengan menerapkan pendekatan <em>tawḥ</em><em>î</em><em>d</em>, al-Attas berhasil menetapkan jangkaan waktu keberadaan Adam pertama kali di bumi yang bertujuan untuk mengklarifikasi bahwa kedatangannya bersama istrinya adalah berkisar antara 7000 sampai 8000 tahun yang lalu; bukan ratusan ribu tahun yang lalu. Kalkulasi ini hanya dapat dilakukan jika definisi tentang manusia telah diformulasikan dengan benar dan tepat. <em>Al-Ḥayaw</em><em>â</em><em>n al-N</em><em>â</em><em>ṭiq</em> tidak hanya sekedar bermaksud ‘hewan rasional’ yang dianggap memiliki keterkaitan dengan organisme sebelumnya. Al-Attas mendefinisikannya sebagai <em>makhluk hidup yang bertutur-kata</em> yang menunjukkan akan kekuatan yang dimilikinya untuk mampu memahami apa yang dikomunikasikan sebagai pengetahuan dan mampu mengkomunikasikan apa yang ditangkapnya. Artikel ini menemukan bahwa  asal-usul manusia adalah sebagai ciptaan khusus dan baru, dan Adam merupakan bapak umat manusia yang tidak ada hubungannya dengan teori evolusi biologis. Penciptaannya termasuk dalam kategori peristiwa baru dalam sejarah waktu. Karenanya, manusia diciptakan dengan tujuan yang bermaksud bahwa keberadaanmya di muka bumi adalah sebuah rahmat dan secara historis kehidupannya memiliki tujuan.</p><p> </p><p><strong>Kata Kunci: </strong>al-Attas, Manusia, Asal-Usul Manusia, Missing Link, Nabi Adam.</p>
first_indexed 2024-04-11T12:39:42Z
format Article
id doaj.art-5a6527e7b98f4634978f3003b0f5a686
institution Directory Open Access Journal
issn 1411-0334
2460-0008
language Arabic
last_indexed 2024-04-11T12:39:42Z
publishDate 2019-11-01
publisher Universitas Darussalam Gontor
record_format Article
series Tsaqafah
spelling doaj.art-5a6527e7b98f4634978f3003b0f5a6862022-12-22T04:23:32ZaraUniversitas Darussalam GontorTsaqafah1411-03342460-00082019-11-0115234536210.21111/tsaqafah.v15i2.33821894Syed Muhammad Naquib al-Attas on Human OriginFiqih Risallah0Tatiana Denisova1RZS-CASIS Universiti Teknologi MalaysiaUniversiti Teknologi Malaysia, Kuala Lumpur<p align="center"><strong>Abstract</strong></p><p>This paper aims to reflect on al-Attas’ conception of human creation. It argues that human creation model in Islamic perspective differs from evolutionary and positivist model. The issue centers upon a question as to when Adam was initially present on earth. Al-Attas asserts that human knowledge of his origin is limited in such a way that only through revelation it is truly revealed. Divine information is crucial without which knowledge of his origin would be a matter of purely speculative presumption. By employing a <em>taw</em><em>ḥ</em><em>î</em><em>d </em>approach, al-Attas managed to establish the time frame of Adam first appearance with a view to clarifying that his arrival along with his wife was in approximately between 7000 and 8000 years ago, not in terms of hundreds of thousands of years ago. This estimative calculation can only be done when the definition of human being is clearly justified. <em>Al-Ḥayaw</em><em>â</em><em>n al-N</em><em>â</em><em>ṭiq </em>is more than a mere <em>rational animal</em>, conceived as having a connection with prior organism. Al-Attas defines it <em>a living being that speaks </em>signifying his given power to apprehend what knowledge communicates and to communicate what it apprehends. This paper found that human being is a special and a new creation, and Adam is the Father of mankind nothing to do with biological evolutionary theory. This creation is a recent event in the history of time. Hence, human was created with purpose justifying that his existence on earth is a grace and his life historically is purposeful.</p><p><strong>Keywords: </strong>al-Attas, Human Being, Human Origin, Missing Link, Prophet Adam. </p><p> </p><p> </p><p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p>Artikel ini bertujuan untuk merefleksikan konsepsi al-Attas tentang penciptaan manusia. Menyatakan bahwa model penciptaan manusia dari perspektif Islam bertentangan dengan model dari kelompok evolusionis dan positivis. Permasalahan utamanya berkaitan dengan pertanyaan kapan Adam hadir di bumi pertama kali. Al-Attas menegaskan bahwa pengetahuan manusia tentang asal-usulnya sangat terbatas sehingga hanya melalui perantaraan wahyu hal itu bisa terungkap. Informasi ilahi sangat krusial yang dengan tanpanya, pengetahuan manusia terhadap asal-usulnya akan menjadi anggapan yang bersifat spekulatif. Dengan menerapkan pendekatan <em>tawḥ</em><em>î</em><em>d</em>, al-Attas berhasil menetapkan jangkaan waktu keberadaan Adam pertama kali di bumi yang bertujuan untuk mengklarifikasi bahwa kedatangannya bersama istrinya adalah berkisar antara 7000 sampai 8000 tahun yang lalu; bukan ratusan ribu tahun yang lalu. Kalkulasi ini hanya dapat dilakukan jika definisi tentang manusia telah diformulasikan dengan benar dan tepat. <em>Al-Ḥayaw</em><em>â</em><em>n al-N</em><em>â</em><em>ṭiq</em> tidak hanya sekedar bermaksud ‘hewan rasional’ yang dianggap memiliki keterkaitan dengan organisme sebelumnya. Al-Attas mendefinisikannya sebagai <em>makhluk hidup yang bertutur-kata</em> yang menunjukkan akan kekuatan yang dimilikinya untuk mampu memahami apa yang dikomunikasikan sebagai pengetahuan dan mampu mengkomunikasikan apa yang ditangkapnya. Artikel ini menemukan bahwa  asal-usul manusia adalah sebagai ciptaan khusus dan baru, dan Adam merupakan bapak umat manusia yang tidak ada hubungannya dengan teori evolusi biologis. Penciptaannya termasuk dalam kategori peristiwa baru dalam sejarah waktu. Karenanya, manusia diciptakan dengan tujuan yang bermaksud bahwa keberadaanmya di muka bumi adalah sebuah rahmat dan secara historis kehidupannya memiliki tujuan.</p><p> </p><p><strong>Kata Kunci: </strong>al-Attas, Manusia, Asal-Usul Manusia, Missing Link, Nabi Adam.</p>https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tsaqafah/article/view/3382al-attas, human being, human origin, missing link, prophet adam
spellingShingle Fiqih Risallah
Tatiana Denisova
Syed Muhammad Naquib al-Attas on Human Origin
Tsaqafah
al-attas, human being, human origin, missing link, prophet adam
title Syed Muhammad Naquib al-Attas on Human Origin
title_full Syed Muhammad Naquib al-Attas on Human Origin
title_fullStr Syed Muhammad Naquib al-Attas on Human Origin
title_full_unstemmed Syed Muhammad Naquib al-Attas on Human Origin
title_short Syed Muhammad Naquib al-Attas on Human Origin
title_sort syed muhammad naquib al attas on human origin
topic al-attas, human being, human origin, missing link, prophet adam
url https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tsaqafah/article/view/3382
work_keys_str_mv AT fiqihrisallah syedmuhammadnaquibalattasonhumanorigin
AT tatianadenisova syedmuhammadnaquibalattasonhumanorigin