Profil Asidosis Tubulus Renalis pada Anak di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta
Latar belakang. Asidosis tubulus renalis (ATR) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh gangguan reabsorpsi bikarbonat (HCO3 -) di tubulus proksimal renal atau gangguan pengasaman urin (sekresi ion H+) di tubulus distal. Ditandai oleh asidosis metabolik hiperkloremik, senjang anion plasma no...
Main Authors: | , , , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
2016-11-01
|
Series: | Sari Pediatri |
Subjects: | |
Online Access: | https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/578 |
Summary: | Latar belakang. Asidosis tubulus renalis (ATR) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh gangguan
reabsorpsi bikarbonat (HCO3
-) di tubulus proksimal renal atau gangguan pengasaman urin (sekresi ion H+)
di tubulus distal. Ditandai oleh asidosis metabolik hiperkloremik, senjang anion plasma normal, dan fungsi
glomerulus normal.Sampai saat ini diagnosis ATR masih sulit ditegakkan terutama karena gejala klinis yang
tidak spesifik. Tanpa pengobatan dini, adekuat, dan berkesinambungan maka anak dengan ATR berpotensi
mengalami gangguan pertumbuhan, nefrokalsinosis, nefrolitiasis, osteomalasia, gagal ginjal, hiperkalemia,
atau bahkan kematian.
Tujuan.Menilai profil anak dengan asidosis tubulus renalis sehingga diagnosis dan pengobatan ATR dapat
dilakukan lebih dini.
Metode. Penelitian serial kasus dengan sumber data diperoleh dari rekam medis pasien ATR yang berobat
di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (IKA FKUI-RSCM) sejak Januari 1998 hingga Desember 2008.
Hasil. Didapatkan 54 pasien ATR baru yang berarti terjadi peningkatan lebih dari 9 kali lipat dibanding
penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 1975-1995. Peningkatan tersebut mungkin disebabkan
meningkatnya kewaspadaan petugas kesehatan terhadap gejala gagal tumbuh dan ATR diduga sebagai salah
satu etiologinya. Gejala tersering yang ditemukan adalah gagal tumbuh, perawakan pendek, dan anoreksia.
Nefrokalsinosis didapatkan pada 6 (21%) dari 28 subjek penelitian. Setelah pemberian terapi alkali, dengan
rerata lama pengamatan 20 bulan, peningkatan BB/TB terjadi pada 27/34 subjek. Peningkatan BB/TB
terjadi terutama dalam 6 bulan pertama pengobatan.
Kesimpulan. Gagal tumbuh, terutama bila disertai perawakan pendek, anoreksia, dan muntah pada seorang
anak dapat dipakai sebagai petunjuk untuk kemungkinan diagnosis ATR. |
---|---|
ISSN: | 0854-7823 2338-5030 |