TRADISI NGAJAHUL: Fikih Pemakaman dan Kohesi Sosial Pada Masyarakat Muslim Priangan

This paper presents an analysis of the death rituals carried out by Muslims in the Priangan region known as ngajahul. Ngajahul is done on the sixth or seventh day after the death.  Ritual analysis of the death illustrates that the ritual  is not only a spiritual-fiqhiyyah aspect, but also has a role...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Yayan Suryana
Format: Article
Language:English
Published: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2019-10-01
Series:Jurnal Sosiologi Reflektif
Subjects:
Online Access:http://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/sosiologireflektif/article/view/1721
Description
Summary:This paper presents an analysis of the death rituals carried out by Muslims in the Priangan region known as ngajahul. Ngajahul is done on the sixth or seventh day after the death.  Ritual analysis of the death illustrates that the ritual  is not only a spiritual-fiqhiyyah aspect, but also has a role in describing social relations. The graveyard  or a cemetery, is not only shows the grave, but also describes the relationship between the deceased, the family and the social environment. This research usesa sociological perspective to produce the concept of relationship between rituals of death and society, especially related to the issue of maintaining social cohesion. This concept illustrates that rituals of thedeath are not as depicted in recitation forums that see the death rituals as a tradition loaded with spiritual nuanced. Ngajahul is a tradition that also produces social interaction and involvement in social life simultaneously   Tulisan  ini menyajikan sebuah analisis tentang ritual kematian yang dilakukan oleh umat Islam di wilayah Priangan yang dikenal dengan istilah ngajahul.  Ngajahul dilakukan pada hari ke enam atau ketujuh setelah kematian. Analisis  mengenai ritual kematian menggambarkan bahwa ritual kematian bukan hanya merupakan aspek yang bersifat sipiritual-fiqhiyyah, namun juga memiliki peran dalam menggambarkan relasi sosial. Bangunan kuburan yang terhampar di tempat pemakaman, bukan hanya menunjukkan kuburan an sich, tetapi juga menggambarkan relasi antara orang yang meninggal, keluarga dan lingkungan sosialnya. Penelitian dengan cara pandang normatif-sosiologis ini menghasilkan konsep bahwa  ritual kematian  dan masyarakat, khususnya masyarakat muslim dalam berbagai aspeknya  disebut sebagai mengandung kohesi sosial.  Konsep ini memberikan gambaran bahwa ritual kematian tidaklah sebagaimana digambarkan dalam forum-forum pengajian  yang melihat ritual kematian  sebagai tradisi yang sarat dengan  ritual yang bernuansa spiritual. Ngajahul merupakan tradisi yang menghasilkan  interaksi sosial dan keterlibatan-keterlibatan dalam kehidupan sosial yang diproduksi secara bersamaan.
ISSN:1978-0362
2528-4177