PROFIL RENCANA KEBUTUHAN OBAT DI DINAS KESEHATAN PADA DAERAH TERTINGGAL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN (STUDI DI KABUPATEN BELU NUSA TENGGARA TIMUR)

Rencana Kebutuhan Obat (RKO) merupakan dasar pertimbangan pengadaan untuk menjamin ketersediaan obat di  Kabupaten. Ketersediaan obat harus dijamin baik jenis maupun jumlahnya karena obat merupakan aspek yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan, sehingga pengelolaan obat harus efektif dan e...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Eva Taulabi, Wahyu Utami, Abdul Rahem
Format: Article
Language:English
Published: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin 2019-10-01
Series:JIIS: Jurnal Ilmiah Ibnu Sina
Subjects:
Online Access:https://ojs32.jurnalstikesdarmo.id/index.php/JIIS/article/view/361
Description
Summary:Rencana Kebutuhan Obat (RKO) merupakan dasar pertimbangan pengadaan untuk menjamin ketersediaan obat di  Kabupaten. Ketersediaan obat harus dijamin baik jenis maupun jumlahnya karena obat merupakan aspek yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan, sehingga pengelolaan obat harus efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil RKO dan ketersediaan obat di daerah terpencil. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data berupa data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dengan observasi langsung serta melakukan wawancara pada saat penelitian dilaksanakan. Data sekunder dilakukan dengan  menelusuri  dokumen tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 s/d 2017, dokumen yang dikumpulkan antara lain lembar RKO, laporan  mutasi obat di IFK Belu, dan lembar penerimaan obat  dan laporan pemusnahan obat rusak dan kadaluarsa tahun 2015 s/d 2017. RKO yang dilakukan di Kabupaten Belu tidak efektif dan efisien dilihat dati tingkat ketersediaan obat pada kategori aman yang sangat rendah, hal ini disebabkan karena metode yang digunakan dalam perhitungan RKO tidak sesuai dengan pedoman perencanaan kebutuhan obat. Salah satu hal yang mempengaruhi ketersediaan obat adalah jumlah obat yang diterima dari hasil pengadaan tidak sesuai dengan jumlah obat yang direncanakan bahkan ada yang sama sekali tidak diterima. Pemenuhan RKO terhadap Formularium Nasional mengalami perbaikan, tahun 2015 (75,6%), tahun 2016 (90,7%) dan tahun 2017 (90,%). Metode konsumsi yang digunakan dalam menghitung RKO tidak efektif dan efisien disebabkan metode yang digunakan tidak diterapkan secara penuh dan konsisten. Salah satu hal  yang menyebabkan ketidakefektifan suatu RKO adalah penerimaan obat dari hasil pengadaan tidak mencapai 100%. Terjadi perbaikan dari tahun ke tehaun dalam penggunaan Fornas sebagai dasar pemilihan obat
ISSN:2502-647X
2503-1902