Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia
Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia This study aims to trace the early history of the Bimanese to identify the weaving and its 10 motifs defined in the Bima Land Customary Law as part of the Bima ethnic characteristics. The study used a qua...
Main Authors: | , , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Universitas Negeri Malang
2022-08-01
|
Series: | Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya |
Online Access: | http://journal2.um.ac.id/index.php/jbs/article/view/28517 |
_version_ | 1811269812821688320 |
---|---|
author | Nursyahri Ramadhan Tri Karyono Zakarias Sukarya Soeteja |
author_facet | Nursyahri Ramadhan Tri Karyono Zakarias Sukarya Soeteja |
author_sort | Nursyahri Ramadhan |
collection | DOAJ |
description | Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia
This study aims to trace the early history of the Bimanese to identify the weaving and its 10 motifs defined in the Bima Land Customary Law as part of the Bima ethnic characteristics. The study used a qualitative approach with data triangulation (observations, interviews, and documentation). The research result showed that the activity of spinning yarn was known by the Bimanese before the expedition of Sang Bima to the land of the rising sun (Satonda Island, a volcanic area on Sumbawa Island), which became the ancestors of the Bimanese. They used weaving to make clothes, using similar procedures of Javanese weaving. Initially, the motifs of Bimanese woven were only in the form of stripes and rectangles, but the acculturation with Javanese culture during the heyday of Majapahit influenced the development of motifs in the Bima Kingdom during the 11-13th centuries. Subsequently, there was also acculturation with Bugis and Malay culture after the Bima Kingdom turned into a Sultanate. For instance, in choosing a leader, the Bima people should adopt the principle in the nggusu waru (octagonal) motif or that the Bima people must always bring benefits and noble characteristics like the scent of a flower in the Satako flower motif.
Kajian sejarah perkembangan motif tenun Bima, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelusuri sejarah awal masyarakat Bima mengenal tenunan dan motif-motif yang diterapkannya hingga terbentuk 10 motif yang ditetapkan dalam Hukum Adat Tanah Bima (HATB) sehingga menjadi ciri khas etnis Bima. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan triangulasi data (observasi, wawancara, dan studi dokumen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pemintalan benang telah dikenal oleh masyarakat Bima sebelum pengembaraan tokoh Sang Bima ke negeri matahari terbit (Pulau Satonda, wilayah vulkanik di pulau Sumbawa) yang menjadi cikal bakal orang Bima dan untuk membuat pakaian, menerapkan seperti cara orang-orang Jawa dalam hal menenun. Motif awal yang dikenal oleh orang Bima hanya berbentuk garis-garis dan segi empat, namun akulturasi budaya Jawa pada masa kejayaan Majapahit ikut mempengaruhi perkembangan motif-motif di kerajaan Bima pada abad ke 11-13, selanjutnya, terjadi akulturasi budaya Bugis dan Melayu setelah kerajaan Bima berubah menjadi kesultanan sehingga penerapan motif-motif dalam lingkungan masyarakat Bima mengacu pada Hukum Adat Tanah Bima yang sesuai dengan Syariat Islam. Seperti memilih pemimpin berdasarkan makna yang terkandung dalam motif nggusu waru atau dalam berkehidupan sosial, orang Bima harus selalu membawa kebermanfaatan dan akhlak yang mulia sebagaimana aroma bunga sekuntum dalam motif bunga Satako. |
first_indexed | 2024-04-12T21:48:41Z |
format | Article |
id | doaj.art-7cc10cf258f04e7cb59f6cf21b641cf9 |
institution | Directory Open Access Journal |
issn | 0854-8277 2550-0635 |
language | English |
last_indexed | 2024-04-12T21:48:41Z |
publishDate | 2022-08-01 |
publisher | Universitas Negeri Malang |
record_format | Article |
series | Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya |
spelling | doaj.art-7cc10cf258f04e7cb59f6cf21b641cf92022-12-22T03:15:33ZengUniversitas Negeri MalangBahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya0854-82772550-06352022-08-0150226127310.17977/um015v50i22022p2619278Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, IndonesiaNursyahri Ramadhan0Tri KaryonoZakarias Sukarya SoetejaSekolah pascasarjana pendidikan seni, Universitas Pendidikan IndonesiaHistorical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia This study aims to trace the early history of the Bimanese to identify the weaving and its 10 motifs defined in the Bima Land Customary Law as part of the Bima ethnic characteristics. The study used a qualitative approach with data triangulation (observations, interviews, and documentation). The research result showed that the activity of spinning yarn was known by the Bimanese before the expedition of Sang Bima to the land of the rising sun (Satonda Island, a volcanic area on Sumbawa Island), which became the ancestors of the Bimanese. They used weaving to make clothes, using similar procedures of Javanese weaving. Initially, the motifs of Bimanese woven were only in the form of stripes and rectangles, but the acculturation with Javanese culture during the heyday of Majapahit influenced the development of motifs in the Bima Kingdom during the 11-13th centuries. Subsequently, there was also acculturation with Bugis and Malay culture after the Bima Kingdom turned into a Sultanate. For instance, in choosing a leader, the Bima people should adopt the principle in the nggusu waru (octagonal) motif or that the Bima people must always bring benefits and noble characteristics like the scent of a flower in the Satako flower motif. Kajian sejarah perkembangan motif tenun Bima, Nusa Tenggara Barat, Indonesia Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelusuri sejarah awal masyarakat Bima mengenal tenunan dan motif-motif yang diterapkannya hingga terbentuk 10 motif yang ditetapkan dalam Hukum Adat Tanah Bima (HATB) sehingga menjadi ciri khas etnis Bima. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan triangulasi data (observasi, wawancara, dan studi dokumen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pemintalan benang telah dikenal oleh masyarakat Bima sebelum pengembaraan tokoh Sang Bima ke negeri matahari terbit (Pulau Satonda, wilayah vulkanik di pulau Sumbawa) yang menjadi cikal bakal orang Bima dan untuk membuat pakaian, menerapkan seperti cara orang-orang Jawa dalam hal menenun. Motif awal yang dikenal oleh orang Bima hanya berbentuk garis-garis dan segi empat, namun akulturasi budaya Jawa pada masa kejayaan Majapahit ikut mempengaruhi perkembangan motif-motif di kerajaan Bima pada abad ke 11-13, selanjutnya, terjadi akulturasi budaya Bugis dan Melayu setelah kerajaan Bima berubah menjadi kesultanan sehingga penerapan motif-motif dalam lingkungan masyarakat Bima mengacu pada Hukum Adat Tanah Bima yang sesuai dengan Syariat Islam. Seperti memilih pemimpin berdasarkan makna yang terkandung dalam motif nggusu waru atau dalam berkehidupan sosial, orang Bima harus selalu membawa kebermanfaatan dan akhlak yang mulia sebagaimana aroma bunga sekuntum dalam motif bunga Satako.http://journal2.um.ac.id/index.php/jbs/article/view/28517 |
spellingShingle | Nursyahri Ramadhan Tri Karyono Zakarias Sukarya Soeteja Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya |
title | Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia |
title_full | Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia |
title_fullStr | Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia |
title_full_unstemmed | Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia |
title_short | Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia |
title_sort | historical study on the development of the weaving motif of bima west nusa tenggara indonesia |
url | http://journal2.um.ac.id/index.php/jbs/article/view/28517 |
work_keys_str_mv | AT nursyahriramadhan historicalstudyonthedevelopmentoftheweavingmotifofbimawestnusatenggaraindonesia AT trikaryono historicalstudyonthedevelopmentoftheweavingmotifofbimawestnusatenggaraindonesia AT zakariassukaryasoeteja historicalstudyonthedevelopmentoftheweavingmotifofbimawestnusatenggaraindonesia |