Konseling Religi Untuk Mengembangkan Karakter Konseling
Karakter merupakan suatu fondasi kehidupan bangsa. Karakter bagi suatu bangsa memiliki fungsi memberikan arah kemana bangsa harus menuju, bagaimana cara mencapai tujuan itu, apa yang harus dikaji dan dipegang teguh dan sebaliknya apa yang harus dihindari dan dibuang jauh-jauh. Suatu bangsa akan runt...
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup
2017-12-01
|
Series: | Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan Konseling Islam |
Online Access: | http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JBK/article/view/328 |
_version_ | 1818061682127142912 |
---|---|
author | Arisatul Maulana Hernisawati wati |
author_facet | Arisatul Maulana Hernisawati wati |
author_sort | Arisatul Maulana |
collection | DOAJ |
description | Karakter merupakan suatu fondasi kehidupan bangsa. Karakter bagi suatu bangsa memiliki fungsi memberikan arah kemana bangsa harus menuju, bagaimana cara mencapai tujuan itu, apa yang harus dikaji dan dipegang teguh dan sebaliknya apa yang harus dihindari dan dibuang jauh-jauh. Suatu bangsa akan runtuh manakala tidak mempunyai karakter yang kuat. Untuk menjadi bangsa yang maju, modern dan beradab maka diperlukan karakter yang kuat. Dalam artikel ini penulis memaparkan bagaimana konseling memiliki peran yang sangat strategis dalam menjaga dan membentuk karakter peserta didik. Di sekolah pendidikan karakter merupakan proses mengembangkan dalam diri siswa sebuah pemahaman, komitmen, dan kecenderungan untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai etika. Ada tiga komponen pendidikan yang dapat memastikan berhasil atau tidaknya program pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat dan pemerintah (Maba, 2017). Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga siswa didik menjadi mengerti (kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan mau melakukannya (psikomotor) (Prakoso & Wahyuni, 2015). |
first_indexed | 2024-12-10T13:52:11Z |
format | Article |
id | doaj.art-8a66dd0e90cf4c5bba59a03b5ac542b0 |
institution | Directory Open Access Journal |
issn | 2580-3638 2580-3646 |
language | Indonesian |
last_indexed | 2024-12-10T13:52:11Z |
publishDate | 2017-12-01 |
publisher | Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup |
record_format | Article |
series | Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan Konseling Islam |
spelling | doaj.art-8a66dd0e90cf4c5bba59a03b5ac542b02022-12-22T01:46:07ZindInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) CurupIslamic Counseling: Jurnal Bimbingan Konseling Islam2580-36382580-36462017-12-0112556610.29240/jbk.v1i2.328249Konseling Religi Untuk Mengembangkan Karakter KonselingArisatul MaulanaHernisawati watiKarakter merupakan suatu fondasi kehidupan bangsa. Karakter bagi suatu bangsa memiliki fungsi memberikan arah kemana bangsa harus menuju, bagaimana cara mencapai tujuan itu, apa yang harus dikaji dan dipegang teguh dan sebaliknya apa yang harus dihindari dan dibuang jauh-jauh. Suatu bangsa akan runtuh manakala tidak mempunyai karakter yang kuat. Untuk menjadi bangsa yang maju, modern dan beradab maka diperlukan karakter yang kuat. Dalam artikel ini penulis memaparkan bagaimana konseling memiliki peran yang sangat strategis dalam menjaga dan membentuk karakter peserta didik. Di sekolah pendidikan karakter merupakan proses mengembangkan dalam diri siswa sebuah pemahaman, komitmen, dan kecenderungan untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai etika. Ada tiga komponen pendidikan yang dapat memastikan berhasil atau tidaknya program pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat dan pemerintah (Maba, 2017). Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga siswa didik menjadi mengerti (kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan mau melakukannya (psikomotor) (Prakoso & Wahyuni, 2015).http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JBK/article/view/328 |
spellingShingle | Arisatul Maulana Hernisawati wati Konseling Religi Untuk Mengembangkan Karakter Konseling Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan Konseling Islam |
title | Konseling Religi Untuk Mengembangkan Karakter Konseling |
title_full | Konseling Religi Untuk Mengembangkan Karakter Konseling |
title_fullStr | Konseling Religi Untuk Mengembangkan Karakter Konseling |
title_full_unstemmed | Konseling Religi Untuk Mengembangkan Karakter Konseling |
title_short | Konseling Religi Untuk Mengembangkan Karakter Konseling |
title_sort | konseling religi untuk mengembangkan karakter konseling |
url | http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JBK/article/view/328 |
work_keys_str_mv | AT arisatulmaulana konselingreligiuntukmengembangkankarakterkonseling AT hernisawatiwati konselingreligiuntukmengembangkankarakterkonseling |