MENDEFINISIKAN KOTA INKLUSIF: ASAL-USUL, TEORI DAN INDIKATOR

Tulisan ini menjawab pertanyaan tentang apa yang disebut kota inklusif dan indikatornya. Secara akademik, nyaris tidak ada studi tentang ‘kota inklusif’. Padahal, dalam praktik, sudah banyak daerah yang berusaha menjadi, atau mengklaim diri, sebagai “kota inklusif”. Studi dalam artikel ini bersifat...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Arif Maftuhin
Format: Article
Language:English
Published: Diponegoro University 2017-05-01
Series:Tataloka
Subjects:
Online Access:http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tataloka/article/view/931
_version_ 1819070107853258752
author Arif Maftuhin
author_facet Arif Maftuhin
author_sort Arif Maftuhin
collection DOAJ
description Tulisan ini menjawab pertanyaan tentang apa yang disebut kota inklusif dan indikatornya. Secara akademik, nyaris tidak ada studi tentang ‘kota inklusif’. Padahal, dalam praktik, sudah banyak daerah yang berusaha menjadi, atau mengklaim diri, sebagai “kota inklusif”. Studi dalam artikel ini bersifat literer karena bertujuan menemukan gagasan dan landasan teoretis yang dapat digunakan untuk mendefinisikan “kota inklusif.” Karena definisi saja belum cukup, tulisan juga akan mengkaji indikator kota inklusif. Berdasarkan kajian teoretis yang dilakukan, penulis berpendapat ada empat indikator kota inklusif: (i) adanya partisipasi difabel; (ii) adanya upaya pemenuhan hak-hak difabel; (iii) terjaminya aksesibilitas; dan (iv) adanya sikap inklusif warga kotanya. Despite its recent popular use in Indonesia, “inclusive city” as an academic subject has been relatively neglected. The subject is interestingly absent from Indonesian academic journals in relevant studies. While the term has been globally used and discussed, it is used in a significantly different way. The objective of this paper is to propose a concept of “inclusive city” by defining its dimensions and indicators. It is a localized concept to promote a city that promotes, protects, and accommodates the rights of the disabled. To achieve that objective, this literary research seeks to find theoretical base to argue for inclusion of the disabled. Furthermore, it argues for four dimensions of an inclusive city: (i) a full participation of the disabled; (ii) a promotion of the rights of the disabled; (iii) accessibility; and (iv) inclusive attitude of the people. An elaboration of the indicators is provided afterward.
first_indexed 2024-12-21T17:00:41Z
format Article
id doaj.art-8f638ff67f95443cbc31c0caa63e084a
institution Directory Open Access Journal
issn 0852-7458
2356-0266
language English
last_indexed 2024-12-21T17:00:41Z
publishDate 2017-05-01
publisher Diponegoro University
record_format Article
series Tataloka
spelling doaj.art-8f638ff67f95443cbc31c0caa63e084a2022-12-21T18:56:39ZengDiponegoro UniversityTataloka0852-74582356-02662017-05-011929310310.14710/tataloka.19.2.93-103788MENDEFINISIKAN KOTA INKLUSIF: ASAL-USUL, TEORI DAN INDIKATORArif Maftuhin0The State Islamic University of Sunan KalijagaTulisan ini menjawab pertanyaan tentang apa yang disebut kota inklusif dan indikatornya. Secara akademik, nyaris tidak ada studi tentang ‘kota inklusif’. Padahal, dalam praktik, sudah banyak daerah yang berusaha menjadi, atau mengklaim diri, sebagai “kota inklusif”. Studi dalam artikel ini bersifat literer karena bertujuan menemukan gagasan dan landasan teoretis yang dapat digunakan untuk mendefinisikan “kota inklusif.” Karena definisi saja belum cukup, tulisan juga akan mengkaji indikator kota inklusif. Berdasarkan kajian teoretis yang dilakukan, penulis berpendapat ada empat indikator kota inklusif: (i) adanya partisipasi difabel; (ii) adanya upaya pemenuhan hak-hak difabel; (iii) terjaminya aksesibilitas; dan (iv) adanya sikap inklusif warga kotanya. Despite its recent popular use in Indonesia, “inclusive city” as an academic subject has been relatively neglected. The subject is interestingly absent from Indonesian academic journals in relevant studies. While the term has been globally used and discussed, it is used in a significantly different way. The objective of this paper is to propose a concept of “inclusive city” by defining its dimensions and indicators. It is a localized concept to promote a city that promotes, protects, and accommodates the rights of the disabled. To achieve that objective, this literary research seeks to find theoretical base to argue for inclusion of the disabled. Furthermore, it argues for four dimensions of an inclusive city: (i) a full participation of the disabled; (ii) a promotion of the rights of the disabled; (iii) accessibility; and (iv) inclusive attitude of the people. An elaboration of the indicators is provided afterward.http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tataloka/article/view/931Inclusive Cities, Social Exclusion, Inclusion, Persons with Disability, Indonesian Disabilty Act
spellingShingle Arif Maftuhin
MENDEFINISIKAN KOTA INKLUSIF: ASAL-USUL, TEORI DAN INDIKATOR
Tataloka
Inclusive Cities, Social Exclusion, Inclusion, Persons with Disability, Indonesian Disabilty Act
title MENDEFINISIKAN KOTA INKLUSIF: ASAL-USUL, TEORI DAN INDIKATOR
title_full MENDEFINISIKAN KOTA INKLUSIF: ASAL-USUL, TEORI DAN INDIKATOR
title_fullStr MENDEFINISIKAN KOTA INKLUSIF: ASAL-USUL, TEORI DAN INDIKATOR
title_full_unstemmed MENDEFINISIKAN KOTA INKLUSIF: ASAL-USUL, TEORI DAN INDIKATOR
title_short MENDEFINISIKAN KOTA INKLUSIF: ASAL-USUL, TEORI DAN INDIKATOR
title_sort mendefinisikan kota inklusif asal usul teori dan indikator
topic Inclusive Cities, Social Exclusion, Inclusion, Persons with Disability, Indonesian Disabilty Act
url http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tataloka/article/view/931
work_keys_str_mv AT arifmaftuhin mendefinisikankotainklusifasalusulteoridanindikator