Makna Konsep Catur Guru bagi Suku Tengger sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (Perspektif Fenomenologi)

Abstract: The development rate was hampered by high population growth, uneven distribution and the explosion of the young population which one of them caused by early marriage. The effort in maturing the age of marriage to decrease the number of early marriage, need to involving the local wisdom in...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Alfyananda Kunia Putra, Sumarmi Sumarmi, Singgih Susilo
Format: Article
Language:English
Published: Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2018-01-01
Series:Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan
Subjects:
Online Access:http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/11668
_version_ 1818725445741314048
author Alfyananda Kunia Putra
Sumarmi Sumarmi
Singgih Susilo
author_facet Alfyananda Kunia Putra
Sumarmi Sumarmi
Singgih Susilo
author_sort Alfyananda Kunia Putra
collection DOAJ
description Abstract: The development rate was hampered by high population growth, uneven distribution and the explosion of the young population which one of them caused by early marriage. The effort in maturing the age of marriage to decrease the number of early marriage, need to involving the local wisdom in the society. One of local wisdom in Tengger Tribe to maturing the age of marriage is Catur Guru consept. The purpose of this research is to reveal the meaning of Catur Guru in maturing the age of marriage. The research design is qualitative research with Alfred Schutz phenomenological perspective. The research result revealed that Catur Guru play an important role to maturing the age of marriage in Tengger Ngadisari Tribe, so there is no longer an early marriage happen. Advice from the results of research maturing the age of marrige should not only a policy that issued because certain interest, but also must formulated based on the local wisdom owned by the community. Abstrak: Laju pembangunan terhambat akibat tingginya pertumbuhan penduduk, persebaran yang tidak merata dan ledakan penduduk di usia muda yang salah satunya disebabkan oleh pernikahan dini. Dalam upaya mendewasakan usia perkawinan agar mengurangi pernikahan dini, perlu melibatkan kearifan lokal yang ada di masyarakat. Salah satu kearifan lokal Suku Tengger dalam mendewasakan usia perkawinan yakni konsep Catur Guru. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap makna Catur Guru dalam mendewasakan usia perkawinan. Desain penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan perspektif fenomenologi Alfred Schutz. Hasil penelitian mengungkapkan Catur Guru berperan penting dalam pendewasaan usia perkawinan Suku Tengger Ngadisari, hingga tidak lagi terjadi kasus pernikahan dini. Saran dari hasil penelitian pendewasaan usia pekawinan seharusnya tidak hanya sebuah kebijakan yang dikeluarkan karena kepentingan tertentu, melainkan juga harus dirumuskan berdasarkan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat.
first_indexed 2024-12-17T21:42:26Z
format Article
id doaj.art-92242096a91d4bf1b48e3326e1bb22d6
institution Directory Open Access Journal
issn 2502-471X
language English
last_indexed 2024-12-17T21:42:26Z
publishDate 2018-01-01
publisher Pascasarjana Universitas Negeri Malang
record_format Article
series Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan
spelling doaj.art-92242096a91d4bf1b48e3326e1bb22d62022-12-21T21:31:35ZengPascasarjana Universitas Negeri MalangJurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan2502-471X2018-01-013110.17977/jptpp.v3i1.116687570Makna Konsep Catur Guru bagi Suku Tengger sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (Perspektif Fenomenologi)Alfyananda Kunia Putra0Sumarmi Sumarmi1Singgih Susilo2Pendidikan Geografi Pascasarjana Universitas Negeri MalangPendidikan Geografi Universitas Negeri MalangPendidikan Geografi Universitas Negeri MalangAbstract: The development rate was hampered by high population growth, uneven distribution and the explosion of the young population which one of them caused by early marriage. The effort in maturing the age of marriage to decrease the number of early marriage, need to involving the local wisdom in the society. One of local wisdom in Tengger Tribe to maturing the age of marriage is Catur Guru consept. The purpose of this research is to reveal the meaning of Catur Guru in maturing the age of marriage. The research design is qualitative research with Alfred Schutz phenomenological perspective. The research result revealed that Catur Guru play an important role to maturing the age of marriage in Tengger Ngadisari Tribe, so there is no longer an early marriage happen. Advice from the results of research maturing the age of marrige should not only a policy that issued because certain interest, but also must formulated based on the local wisdom owned by the community. Abstrak: Laju pembangunan terhambat akibat tingginya pertumbuhan penduduk, persebaran yang tidak merata dan ledakan penduduk di usia muda yang salah satunya disebabkan oleh pernikahan dini. Dalam upaya mendewasakan usia perkawinan agar mengurangi pernikahan dini, perlu melibatkan kearifan lokal yang ada di masyarakat. Salah satu kearifan lokal Suku Tengger dalam mendewasakan usia perkawinan yakni konsep Catur Guru. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap makna Catur Guru dalam mendewasakan usia perkawinan. Desain penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan perspektif fenomenologi Alfred Schutz. Hasil penelitian mengungkapkan Catur Guru berperan penting dalam pendewasaan usia perkawinan Suku Tengger Ngadisari, hingga tidak lagi terjadi kasus pernikahan dini. Saran dari hasil penelitian pendewasaan usia pekawinan seharusnya tidak hanya sebuah kebijakan yang dikeluarkan karena kepentingan tertentu, melainkan juga harus dirumuskan berdasarkan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat.http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/11668catur guruearly marriagematuring the age of marriagetengger tribepernikahan dinipendewasaan usia perkawinansuku tengger
spellingShingle Alfyananda Kunia Putra
Sumarmi Sumarmi
Singgih Susilo
Makna Konsep Catur Guru bagi Suku Tengger sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (Perspektif Fenomenologi)
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan
catur guru
early marriage
maturing the age of marriage
tengger tribe
pernikahan dini
pendewasaan usia perkawinan
suku tengger
title Makna Konsep Catur Guru bagi Suku Tengger sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (Perspektif Fenomenologi)
title_full Makna Konsep Catur Guru bagi Suku Tengger sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (Perspektif Fenomenologi)
title_fullStr Makna Konsep Catur Guru bagi Suku Tengger sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (Perspektif Fenomenologi)
title_full_unstemmed Makna Konsep Catur Guru bagi Suku Tengger sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (Perspektif Fenomenologi)
title_short Makna Konsep Catur Guru bagi Suku Tengger sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (Perspektif Fenomenologi)
title_sort makna konsep catur guru bagi suku tengger sebagai upaya pendewasaan usia perkawinan perspektif fenomenologi
topic catur guru
early marriage
maturing the age of marriage
tengger tribe
pernikahan dini
pendewasaan usia perkawinan
suku tengger
url http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/11668
work_keys_str_mv AT alfyanandakuniaputra maknakonsepcaturgurubagisukutenggersebagaiupayapendewasaanusiaperkawinanperspektiffenomenologi
AT sumarmisumarmi maknakonsepcaturgurubagisukutenggersebagaiupayapendewasaanusiaperkawinanperspektiffenomenologi
AT singgihsusilo maknakonsepcaturgurubagisukutenggersebagaiupayapendewasaanusiaperkawinanperspektiffenomenologi