Penerimaan Sosial dalam Proses Pendidikan Inklusif

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya model pendidikan inklusif. Pendidikan Inklusif merupakan sebuah bentuk pendidikan yang menggabungkan antara siswa non berkebutuhan khusus dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam satu lingkungan sekolah yang sama. Keberadaan ABK dengan segala perbeda...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Reza Dulisanti
Format: Article
Language:English
Published: Brawijaya University 2015-10-01
Series:Indonesian Journal of Disability Studies
Online Access:https://ijds.ub.ac.id/index.php/ijds/article/view/26
_version_ 1797317201810685952
author Reza Dulisanti
author_facet Reza Dulisanti
author_sort Reza Dulisanti
collection DOAJ
description Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya model pendidikan inklusif. Pendidikan Inklusif merupakan sebuah bentuk pendidikan yang menggabungkan antara siswa non berkebutuhan khusus dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam satu lingkungan sekolah yang sama. Keberadaan ABK dengan segala perbedaan yang mereka miliki, memunculkan adanya suatu stigma negatif pada ABK. Stigma tersebut juga terbukti dengan adanya bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh siswa non berkebutuhan khusus. Dari adanya stigma yang diberikan siswa non berkebutuhan khusus kepada ABK tersebut kemudian memunculkan suatu bentuk penerimaan sosial yang tidak seutuhnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana proses penerimaan sosial siswa non berkebutuhan khusus pada ABK dalam proses pendidikan inklusif setelah munculnya stigma. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumen, dan wawancara.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa stigma yang diberikan kepada ABK adalah stigma menghambat, memiliki nilai jelek, serta kurang bisa bergaul. Selain itu, juga terjadi diskriminasi yang dilakukan oleh siswa non- berkebutuhan khusus yang tanpa mereka sadari hal itu adalah bentuk soft-bullying.Meskipun terjadi stigma, namun pada dasarnya siswa non berkebutuhan khusus menerima keberadaan ABK di lingkungan sekolahnya meskipun tidak sepenuhnya. Hal tersebut terbukti dari adanya bentuk kepedulian seperti membantu jika ABK mengalami kesulitan, serta meminjami catatan yang dimiliki oleh siswa non berkebutuhan khusus kepada ABK meskipun telah terjadi stigmatisasi.
first_indexed 2024-03-08T03:31:29Z
format Article
id doaj.art-9ecc6893759c4977b63d3b9f9f392dbc
institution Directory Open Access Journal
issn 2355-2158
2654-4148
language English
last_indexed 2024-03-08T03:31:29Z
publishDate 2015-10-01
publisher Brawijaya University
record_format Article
series Indonesian Journal of Disability Studies
spelling doaj.art-9ecc6893759c4977b63d3b9f9f392dbc2024-02-11T03:26:07ZengBrawijaya UniversityIndonesian Journal of Disability Studies2355-21582654-41482015-10-012110.21776/ub.ijds.2015.02.01.05Penerimaan Sosial dalam Proses Pendidikan InklusifReza DulisantiPenelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya model pendidikan inklusif. Pendidikan Inklusif merupakan sebuah bentuk pendidikan yang menggabungkan antara siswa non berkebutuhan khusus dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam satu lingkungan sekolah yang sama. Keberadaan ABK dengan segala perbedaan yang mereka miliki, memunculkan adanya suatu stigma negatif pada ABK. Stigma tersebut juga terbukti dengan adanya bentuk diskriminasi yang dilakukan oleh siswa non berkebutuhan khusus. Dari adanya stigma yang diberikan siswa non berkebutuhan khusus kepada ABK tersebut kemudian memunculkan suatu bentuk penerimaan sosial yang tidak seutuhnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana proses penerimaan sosial siswa non berkebutuhan khusus pada ABK dalam proses pendidikan inklusif setelah munculnya stigma. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumen, dan wawancara.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa stigma yang diberikan kepada ABK adalah stigma menghambat, memiliki nilai jelek, serta kurang bisa bergaul. Selain itu, juga terjadi diskriminasi yang dilakukan oleh siswa non- berkebutuhan khusus yang tanpa mereka sadari hal itu adalah bentuk soft-bullying.Meskipun terjadi stigma, namun pada dasarnya siswa non berkebutuhan khusus menerima keberadaan ABK di lingkungan sekolahnya meskipun tidak sepenuhnya. Hal tersebut terbukti dari adanya bentuk kepedulian seperti membantu jika ABK mengalami kesulitan, serta meminjami catatan yang dimiliki oleh siswa non berkebutuhan khusus kepada ABK meskipun telah terjadi stigmatisasi.https://ijds.ub.ac.id/index.php/ijds/article/view/26
spellingShingle Reza Dulisanti
Penerimaan Sosial dalam Proses Pendidikan Inklusif
Indonesian Journal of Disability Studies
title Penerimaan Sosial dalam Proses Pendidikan Inklusif
title_full Penerimaan Sosial dalam Proses Pendidikan Inklusif
title_fullStr Penerimaan Sosial dalam Proses Pendidikan Inklusif
title_full_unstemmed Penerimaan Sosial dalam Proses Pendidikan Inklusif
title_short Penerimaan Sosial dalam Proses Pendidikan Inklusif
title_sort penerimaan sosial dalam proses pendidikan inklusif
url https://ijds.ub.ac.id/index.php/ijds/article/view/26
work_keys_str_mv AT rezadulisanti penerimaansosialdalamprosespendidikaninklusif