Summary: | Dalam Masyarakat, khususnya di Mesir pada masa Qasim Amin, tradisi seklusi (pemingitan) wanita masih gencar ditegakkan dengan dalih menjaga kesucian wanita, bahkan mengejek wanita yang keluar rumah untuk mendapatkan intelektualitas. Maka Qasim Amin merasa perlu menyuarakan pentingnya pendidikan bagi wanita. Selain itu, diturunkannya al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan manusia merupakan berkah untuk mencapai kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Selain menegaskan pembebasan dan kesetaraan antara wanita dan laki-laki, al-Qur’an juga memuat persoalan pendidikan yang diangkat baik secara implisit maupun eksplisit, mulai dari proses pendidikan hingga materi pendidikan itu sendiri. Dengan menggunakan pendekatan tafsir tarbawi dan kombinasi antara metode maudhu’i dan tahlili, ditemukan bahwa pendidikan yang dikemukakan oleh Qasim Amin relevan dengan pendidikan yang terkandung dalam al-Qur’an.
|