DARI RUWAT LAUT MENJADI SYUKURAN LAUT: STRATEGI MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN TRADISI MASYARAKAT NELAYAN PULAU JAWA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Masyarakat nelayan di Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar berasal dari tanah Jawa yang datang ke Lampung dengan berbagai cara. Salah satunya melalui program transmigrasi yang dilakukan sejak zaman penjajahan. Selain melakukan aktivitas sebagai nelayan, aktivitas budaya juga menjadi bagian dari...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Irvan Setiawan
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-10-01
Series:Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya
Subjects:
Online Access:http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/644
_version_ 1818211711964938240
author Irvan Setiawan
author_facet Irvan Setiawan
author_sort Irvan Setiawan
collection DOAJ
description Masyarakat nelayan di Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar berasal dari tanah Jawa yang datang ke Lampung dengan berbagai cara. Salah satunya melalui program transmigrasi yang dilakukan sejak zaman penjajahan. Selain melakukan aktivitas sebagai nelayan, aktivitas budaya juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat nelayan tersebut, salah satunya adalah Ruwat Laut. Setelah dilaksanakan selama bertahun-tahun, Ruwat Laut berganti nama menjadi Syukuran Laut. Perubahan nama tersebut menjadi hal menarik untuk diteliti. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil yang diperoleh adalah bahwa pergantian nama dari Ruwat Laut menjadi Syukuran Laut disebabkan kekurangan dana dan perbedaan persepsi antara adat masyarakat dari tanah Jawa dengan adat masyarakat Lampung. Syukuran Laut dilakukan dengan meniadakan tahapan tradisi yang dianggap menjadi penyebab Ruwat Laut tidak terlaksana, yaitu pelarungan kepala kerbau, pertunjukan wayang golek, dan berbagai jenis kegiatan yang membutuhkan dana cukup besar. The fishermen communities in South Lampung Regency were once mostly the Javanese who migrated to settle in Lampung in various ways. One of those was through the transmigration program since the colonial era. It was one rewarding way in which many of those have migrated since the era. In addition to doing their activities as the fishermen, they have also carried on their cultural activities as a part of their fishermen life community, that is, Ruwat Laut. After being carried out for years, Ruwat Laut was renamed Syukuran Laut. The name change is interesting for a research. The study was conducted by using a descriptive method with qualitative approach. The studies reveal that the change name was due to lack of funding and perceptual difference between customs of Java and customs of Lampung. Syukuran Laut is carried out without those traditions that once prevented Ruwat Laut, namely buffalo head offering, puppet show, and various types of activities with substantial funds.
first_indexed 2024-12-12T05:36:51Z
format Article
id doaj.art-a8f4ace1ab984a53ab8520feb760daa6
institution Directory Open Access Journal
issn 2085-9937
2598-1242
language Indonesian
last_indexed 2024-12-12T05:36:51Z
publishDate 2020-10-01
publisher Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
record_format Article
series Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya
spelling doaj.art-a8f4ace1ab984a53ab8520feb760daa62022-12-22T00:36:07ZindBalai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat, Kementerian Pendidikan dan KebudayaanPatanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya2085-99372598-12422020-10-0112229330810.30959/patanjala.v12i2.644359DARI RUWAT LAUT MENJADI SYUKURAN LAUT: STRATEGI MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN TRADISI MASYARAKAT NELAYAN PULAU JAWA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATANIrvan Setiawan0Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa BaratMasyarakat nelayan di Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar berasal dari tanah Jawa yang datang ke Lampung dengan berbagai cara. Salah satunya melalui program transmigrasi yang dilakukan sejak zaman penjajahan. Selain melakukan aktivitas sebagai nelayan, aktivitas budaya juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat nelayan tersebut, salah satunya adalah Ruwat Laut. Setelah dilaksanakan selama bertahun-tahun, Ruwat Laut berganti nama menjadi Syukuran Laut. Perubahan nama tersebut menjadi hal menarik untuk diteliti. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil yang diperoleh adalah bahwa pergantian nama dari Ruwat Laut menjadi Syukuran Laut disebabkan kekurangan dana dan perbedaan persepsi antara adat masyarakat dari tanah Jawa dengan adat masyarakat Lampung. Syukuran Laut dilakukan dengan meniadakan tahapan tradisi yang dianggap menjadi penyebab Ruwat Laut tidak terlaksana, yaitu pelarungan kepala kerbau, pertunjukan wayang golek, dan berbagai jenis kegiatan yang membutuhkan dana cukup besar. The fishermen communities in South Lampung Regency were once mostly the Javanese who migrated to settle in Lampung in various ways. One of those was through the transmigration program since the colonial era. It was one rewarding way in which many of those have migrated since the era. In addition to doing their activities as the fishermen, they have also carried on their cultural activities as a part of their fishermen life community, that is, Ruwat Laut. After being carried out for years, Ruwat Laut was renamed Syukuran Laut. The name change is interesting for a research. The study was conducted by using a descriptive method with qualitative approach. The studies reveal that the change name was due to lack of funding and perceptual difference between customs of Java and customs of Lampung. Syukuran Laut is carried out without those traditions that once prevented Ruwat Laut, namely buffalo head offering, puppet show, and various types of activities with substantial funds.http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/644ruwat laut, syukuran laut, transmigrasi.
spellingShingle Irvan Setiawan
DARI RUWAT LAUT MENJADI SYUKURAN LAUT: STRATEGI MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN TRADISI MASYARAKAT NELAYAN PULAU JAWA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya
ruwat laut, syukuran laut, transmigrasi.
title DARI RUWAT LAUT MENJADI SYUKURAN LAUT: STRATEGI MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN TRADISI MASYARAKAT NELAYAN PULAU JAWA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
title_full DARI RUWAT LAUT MENJADI SYUKURAN LAUT: STRATEGI MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN TRADISI MASYARAKAT NELAYAN PULAU JAWA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
title_fullStr DARI RUWAT LAUT MENJADI SYUKURAN LAUT: STRATEGI MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN TRADISI MASYARAKAT NELAYAN PULAU JAWA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
title_full_unstemmed DARI RUWAT LAUT MENJADI SYUKURAN LAUT: STRATEGI MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN TRADISI MASYARAKAT NELAYAN PULAU JAWA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
title_short DARI RUWAT LAUT MENJADI SYUKURAN LAUT: STRATEGI MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN TRADISI MASYARAKAT NELAYAN PULAU JAWA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
title_sort dari ruwat laut menjadi syukuran laut strategi mempertahankan kelangsungan tradisi masyarakat nelayan pulau jawa di kabupaten lampung selatan
topic ruwat laut, syukuran laut, transmigrasi.
url http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/644
work_keys_str_mv AT irvansetiawan dariruwatlautmenjadisyukuranlautstrategimempertahankankelangsungantradisimasyarakatnelayanpulaujawadikabupatenlampungselatan