Optimization of Enhanced Mobile Broadband Solution for Rural and Remote Areas: A Case Study of Banten, Indonesia

<p><em>Penelitian ini menawarkan solusi untuk akses broadband futuristik di daerah terpencil dan pedesaan dengan pilihan: optimasi LTE; dan perkembangan jaringan pita lebar yang diasumsikan sebagai 5G. Teknologi yang digunakan pada sistem 5G masa depan ialah pemanfaatan frekuensi tinggi,...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Annisa Sarah, Ki Won Sung
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Ministry of Communication and Information Technology, R and D Center for Post and ICT Resources and Equipments 2018-06-01
Series:Buletin Pos dan Telekomunikasi: Media Komunikasi Ilmiah
Subjects:
Online Access:https://online.bpostel.com/index.php/bpostel/article/view/223
Description
Summary:<p><em>Penelitian ini menawarkan solusi untuk akses broadband futuristik di daerah terpencil dan pedesaan dengan pilihan: optimasi LTE; dan perkembangan jaringan pita lebar yang diasumsikan sebagai 5G. Teknologi yang digunakan pada sistem 5G masa depan ialah pemanfaatan frekuensi tinggi, UE-Specific Beamforming, dan Skema Carrier Agregation (CA). Lima klasifikasi dalam implementasi jaringan futuristik: Skenario 1, Single Carrier (SC) LTE 1,8 GHz; Skenario 2, CA LTE 1,8 GHz + 2,6 GHz; Skenario 3, SC 5G 15 GHz; Skenario 4, SC 5G 28 GHz; Skenario 5, CA LTE 1,8 GHz + 5G 15 GHz. Redaman hujan diperhitungkan demi mendapat hasil realistis. Pada wilayah Leuwidamar, Skenario 5 memiliki jumlah BS paling sedikit. Sedangkan di Panimbang, Skenario 3 dan 5 memiliki jumlah BS yang paling sedikit. Namun, jika performansi energi diperhitungkan, Skenario 3 merupakan solusi terbaik. Selanjutnya, jika kita mengimplementasikan Discontinues Transmission (DTX), Skenario 3 dapat memberi kita penghematan energi yang mengesankan, dengan masing-masing penghematan sebesar 97% dan 94% pada daerah Leuwidamar dan Panimbang. Maka, hasil studi menyarankan untuk menggunakan jaringan SC 15 GHz sebagai optimisasi jaringan prospektif masa depan di Leuwidamar dan Panimbang, menimbang tercapainya salah satu target teknis teknologi 5G, yaitu ketersediaan 50 Mbps dimana saja dan kapan saja.</em></p><p> *****</p><p>Our work compared the performance of future broadband network solutions: with Optimized LTE system; and a new enhanced Mobile Broadband (eMBB) system, in which assumed to be prospective 5G network. The proposed eMBB system implements three key-techniques: high frequency, a UE-Specific Beamforming, and Carrier Aggregation (CA). We propose five solutions: Case 1, Single Carrier (SC) LTE 1.8 GHz; Case 2, CA LTE 1.8 GHz + 2.6 GHz; Case 3, SC 5G 15 GHz; Case 4, SC 5G 28 GHz; Case 5, CA LTE 1.8 GHz + 5G 15 GHz. Rain attenuation is considered to aim realistic solution. In the remote area (Leuwidamar), the Case 5 gives the least number of BS, with only 1.6 times densification of the current network. For the rural area cases (Panimbang), it is offered by Case 3 and Case 5 with the same number of BS. However, the best solution in terms of energy performance for both areas is Case 3. With DTX implementation, Case 3 gives an impressive amount of energy saving, with 97% in Leuwidamar and 94% saving in Panimbang. Thus, provided that our assumptions about eMBB techniques are fulfilled the Single Carrier 15 GHz link network is the most efficient.</p>
ISSN:1693-0991
2443-1524