MODE WACANA BAHASA KEKUASAAN

Manusia dilahirkan tidak terlepas dari kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Hal ini mengisyaratkan bahwa manusia bukan saja sebagai makhluk sosial, ekonomi, dan budaya, akan tetapi juga termasuk makhluk politik. Dengan dasar bahwa manusia adalah makhluk politik yang ekuivalen makhluk denga...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Enie Hendrajati
Format: Article
Language:English
Published: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009-06-01
Series:Jurnal Sosial Humaniora
Subjects:
Online Access:http://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/665/388
_version_ 1811219403453235200
author Enie Hendrajati
author_facet Enie Hendrajati
author_sort Enie Hendrajati
collection DOAJ
description Manusia dilahirkan tidak terlepas dari kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Hal ini mengisyaratkan bahwa manusia bukan saja sebagai makhluk sosial, ekonomi, dan budaya, akan tetapi juga termasuk makhluk politik. Dengan dasar bahwa manusia adalah makhluk politik yang ekuivalen makhluk dengan naluri berkuasa maka perilaku sosial-politiknya akan terpancar dalam bahasa dan perilaku berbahasanya. Manusia dalam berkegiatan dengan siapa pun, tentang apa pun, kapan pun, dan dengan saluran apa pun cenderung tidak bisa netral dari hasrat dan naluri untuk mempengaruhi, menguasai, mempertahankan, dan atau memperluas tindakan lainnya. Mode wacana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat dari bahasa yang digunakan, mode retoriknya, apa yang diharapkan pelibat dari gaya bahasa yang digunakan, apakah gaya bahasa yang digunakan dapat digolongkan sebagai didaktik, membujuk, menjelaskan dan semacamnya. Bahasa kekuasaan yang merupakan keniscayaan atau naluri kemanusiaan tampaknya bergerak dalam lingkup derajat antara; berkisar antara. Manusia dalam berbahasa dengan naluri ”transaksi”, bahkan ”berduel” dapat dengan bebas bergerak antara yang sarkastis hingga yang eufemistis (substansinya tetap naluri menguasai, bertransaksi, bernegosiasi, dan duel) asalkan masih dalam standar deviasi tertentu, atau batas kenormalan dan kelaziman. Melebihi batas kenormalan berarti abnormal, tidak lazim, gila dan adu fisik. Bahasa dan kekuasaan adalah dwitunggal. Dalam komunikasi kebahasaan akan selalu ada nuansa-nuansa saling dominasi, kekuasaan, pengaruh, autoritas.Mode wacana yang menyertainya dapat bercorak retorik-persuasif, baik yang tampak rasional-persuasif maupun yang bercorak retorik emosional-persuasif, bahkan yang bercita rasa agresif-dogmatis. Kenyataan bahwa bahasa dengan mode retorik seperti itulah yang mengundang alternatif paradigma-teoritis sehingga kajian dan analisis bahasa dan wacana tidak sekedar dari paradigma empirisme-positivisme, tetapi juga dari paradigma fenomenologi, bahkan dengan paradigma discursive-practice.
first_indexed 2024-04-12T07:25:08Z
format Article
id doaj.art-b7fea765aaeb49c796fb2be77cfb7a38
institution Directory Open Access Journal
issn 1979-5521
2443-3527
language English
last_indexed 2024-04-12T07:25:08Z
publishDate 2009-06-01
publisher Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
record_format Article
series Jurnal Sosial Humaniora
spelling doaj.art-b7fea765aaeb49c796fb2be77cfb7a382022-12-22T03:42:13ZengInstitut Teknologi Sepuluh Nopember SurabayaJurnal Sosial Humaniora1979-55212443-35272009-06-0121556510.12962/j24433527.v2i1.665MODE WACANA BAHASA KEKUASAANEnie Hendrajati0ITSManusia dilahirkan tidak terlepas dari kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Hal ini mengisyaratkan bahwa manusia bukan saja sebagai makhluk sosial, ekonomi, dan budaya, akan tetapi juga termasuk makhluk politik. Dengan dasar bahwa manusia adalah makhluk politik yang ekuivalen makhluk dengan naluri berkuasa maka perilaku sosial-politiknya akan terpancar dalam bahasa dan perilaku berbahasanya. Manusia dalam berkegiatan dengan siapa pun, tentang apa pun, kapan pun, dan dengan saluran apa pun cenderung tidak bisa netral dari hasrat dan naluri untuk mempengaruhi, menguasai, mempertahankan, dan atau memperluas tindakan lainnya. Mode wacana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat dari bahasa yang digunakan, mode retoriknya, apa yang diharapkan pelibat dari gaya bahasa yang digunakan, apakah gaya bahasa yang digunakan dapat digolongkan sebagai didaktik, membujuk, menjelaskan dan semacamnya. Bahasa kekuasaan yang merupakan keniscayaan atau naluri kemanusiaan tampaknya bergerak dalam lingkup derajat antara; berkisar antara. Manusia dalam berbahasa dengan naluri ”transaksi”, bahkan ”berduel” dapat dengan bebas bergerak antara yang sarkastis hingga yang eufemistis (substansinya tetap naluri menguasai, bertransaksi, bernegosiasi, dan duel) asalkan masih dalam standar deviasi tertentu, atau batas kenormalan dan kelaziman. Melebihi batas kenormalan berarti abnormal, tidak lazim, gila dan adu fisik. Bahasa dan kekuasaan adalah dwitunggal. Dalam komunikasi kebahasaan akan selalu ada nuansa-nuansa saling dominasi, kekuasaan, pengaruh, autoritas.Mode wacana yang menyertainya dapat bercorak retorik-persuasif, baik yang tampak rasional-persuasif maupun yang bercorak retorik emosional-persuasif, bahkan yang bercita rasa agresif-dogmatis. Kenyataan bahwa bahasa dengan mode retorik seperti itulah yang mengundang alternatif paradigma-teoritis sehingga kajian dan analisis bahasa dan wacana tidak sekedar dari paradigma empirisme-positivisme, tetapi juga dari paradigma fenomenologi, bahkan dengan paradigma discursive-practice.http://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/665/388mode wacanakekuasaanbahasafenomenologiempirisme- positivismediscursive-practice.
spellingShingle Enie Hendrajati
MODE WACANA BAHASA KEKUASAAN
Jurnal Sosial Humaniora
mode wacana
kekuasaan
bahasa
fenomenologi
empirisme- positivisme
discursive-practice.
title MODE WACANA BAHASA KEKUASAAN
title_full MODE WACANA BAHASA KEKUASAAN
title_fullStr MODE WACANA BAHASA KEKUASAAN
title_full_unstemmed MODE WACANA BAHASA KEKUASAAN
title_short MODE WACANA BAHASA KEKUASAAN
title_sort mode wacana bahasa kekuasaan
topic mode wacana
kekuasaan
bahasa
fenomenologi
empirisme- positivisme
discursive-practice.
url http://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/665/388
work_keys_str_mv AT eniehendrajati modewacanabahasakekuasaan