Makna Pernikahan Usia Dini Bagi Orang Tua Di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan

Indonesia has a law governing marriage, the Law number 1 of 1974 concerning Marriage stipulates that a marriage can be performed if the age of the groom is over 19 years and the age of the bride is over 16 years. But early marriage in Nagari Tapan, Basa Ampek Balai Tapan Sub-district happened every...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Septra Yodi, Budijanto Budijanto, Singgih Susilo
Format: Article
Language:English
Published: Universitas Negeri Malang 2020-06-01
Series:Jurnal Pendidikan Geografi
Subjects:
Online Access:http://journal2.um.ac.id/index.php/jpg/article/view/12148
_version_ 1818282685766828032
author Septra Yodi
Budijanto Budijanto
Singgih Susilo
author_facet Septra Yodi
Budijanto Budijanto
Singgih Susilo
author_sort Septra Yodi
collection DOAJ
description Indonesia has a law governing marriage, the Law number 1 of 1974 concerning Marriage stipulates that a marriage can be performed if the age of the groom is over 19 years and the age of the bride is over 16 years. But early marriage in Nagari Tapan, Basa Ampek Balai Tapan Sub-district happened every year. The triggering factors for early marriage were promiscuity, economy and the mass media. This research was conducted to reveal the meaning of early marriage for parents. This study used qualitative research with a Geographic spatial approach and phenomenology approach from Alfred Schutz's proposition to identify because motives and the in-order-to motives in conducting an early marriage which produces a meaning. The data were analyzed through several studies, namely: preparatory research, research, in the field, and data analysis (data reduction, display data, and verification data). The results shows that the meaning of early marriage in Nagari Tapan, Basa Ampek Balai Tapan Sub-district, found three meanings of early marriage; early marriage is agreed to avoid family’s shame, early marriage as an effort to help the economy, and early marriage as a rescue effort. Indonesia memiliki Undang-Undang yang mengatur tentang pernikahan yaitu Undang-Undang pernikahan nomor 1 tahun 1974 menjelaskan bahwa pernikahan dapat dilakukan apabila usia laki-laki berada diats 19 tahun dan usia perempuan berada diatas 16 tahun. Namun pernikahan usia dini di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan selalu terjadi setiap tahun. Faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini yaitu factor pergaulan bebas, perekonomian, dan media massa. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan makna pernikahan usia dini bagi orang tua. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan keruangan Geografi. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi proposisi Alfred Schutz untuk mengetahui motive sebab (because motives) dan motif tujuan (in order to motives) melakukan pernikahan usia dini yang menghasilkan sebuah makna. Data dianalisis melalui beberapa tahap yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap penelitian dilapangan, dan tahap analisis data (reduksi data, display data, dan tahap verifikasi data). Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna pernikahan usia dini bagi orang tua di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan ditemukan tiga pemaknaan pernikahan dini yaitu: pernikahan usia dini sebagai menghindar malu, pernikahan usia dini sebagai upaya membantu perekonomian, dan pernikahan usia dini sebagai upaya penyelamatan.
first_indexed 2024-12-13T00:24:57Z
format Article
id doaj.art-c5106afc7b884ed28cd57f9f9f1d40d7
institution Directory Open Access Journal
issn 0853-9251
2527-628X
language English
last_indexed 2024-12-13T00:24:57Z
publishDate 2020-06-01
publisher Universitas Negeri Malang
record_format Article
series Jurnal Pendidikan Geografi
spelling doaj.art-c5106afc7b884ed28cd57f9f9f1d40d72022-12-22T00:05:26ZengUniversitas Negeri MalangJurnal Pendidikan Geografi0853-92512527-628X2020-06-0125212814410.17977/um017v25i22020p1285389Makna Pernikahan Usia Dini Bagi Orang Tua Di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai TapanSeptra Yodi0Budijanto Budijanto1Singgih Susilo2Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri MalangJurusan Geografi, FIS, UMJurusan Geografi, FIS, UMIndonesia has a law governing marriage, the Law number 1 of 1974 concerning Marriage stipulates that a marriage can be performed if the age of the groom is over 19 years and the age of the bride is over 16 years. But early marriage in Nagari Tapan, Basa Ampek Balai Tapan Sub-district happened every year. The triggering factors for early marriage were promiscuity, economy and the mass media. This research was conducted to reveal the meaning of early marriage for parents. This study used qualitative research with a Geographic spatial approach and phenomenology approach from Alfred Schutz's proposition to identify because motives and the in-order-to motives in conducting an early marriage which produces a meaning. The data were analyzed through several studies, namely: preparatory research, research, in the field, and data analysis (data reduction, display data, and verification data). The results shows that the meaning of early marriage in Nagari Tapan, Basa Ampek Balai Tapan Sub-district, found three meanings of early marriage; early marriage is agreed to avoid family’s shame, early marriage as an effort to help the economy, and early marriage as a rescue effort. Indonesia memiliki Undang-Undang yang mengatur tentang pernikahan yaitu Undang-Undang pernikahan nomor 1 tahun 1974 menjelaskan bahwa pernikahan dapat dilakukan apabila usia laki-laki berada diats 19 tahun dan usia perempuan berada diatas 16 tahun. Namun pernikahan usia dini di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan selalu terjadi setiap tahun. Faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini yaitu factor pergaulan bebas, perekonomian, dan media massa. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan makna pernikahan usia dini bagi orang tua. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan keruangan Geografi. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi proposisi Alfred Schutz untuk mengetahui motive sebab (because motives) dan motif tujuan (in order to motives) melakukan pernikahan usia dini yang menghasilkan sebuah makna. Data dianalisis melalui beberapa tahap yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap penelitian dilapangan, dan tahap analisis data (reduksi data, display data, dan tahap verifikasi data). Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna pernikahan usia dini bagi orang tua di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan ditemukan tiga pemaknaan pernikahan dini yaitu: pernikahan usia dini sebagai menghindar malu, pernikahan usia dini sebagai upaya membantu perekonomian, dan pernikahan usia dini sebagai upaya penyelamatan.http://journal2.um.ac.id/index.php/jpg/article/view/12148makna pernikahan usia diniorang tuanagari tapan
spellingShingle Septra Yodi
Budijanto Budijanto
Singgih Susilo
Makna Pernikahan Usia Dini Bagi Orang Tua Di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan
Jurnal Pendidikan Geografi
makna pernikahan usia dini
orang tua
nagari tapan
title Makna Pernikahan Usia Dini Bagi Orang Tua Di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan
title_full Makna Pernikahan Usia Dini Bagi Orang Tua Di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan
title_fullStr Makna Pernikahan Usia Dini Bagi Orang Tua Di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan
title_full_unstemmed Makna Pernikahan Usia Dini Bagi Orang Tua Di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan
title_short Makna Pernikahan Usia Dini Bagi Orang Tua Di Nagari Tapan, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan
title_sort makna pernikahan usia dini bagi orang tua di nagari tapan kecamatan basa ampek balai tapan
topic makna pernikahan usia dini
orang tua
nagari tapan
url http://journal2.um.ac.id/index.php/jpg/article/view/12148
work_keys_str_mv AT septrayodi maknapernikahanusiadinibagiorangtuadinagaritapankecamatanbasaampekbalaitapan
AT budijantobudijanto maknapernikahanusiadinibagiorangtuadinagaritapankecamatanbasaampekbalaitapan
AT singgihsusilo maknapernikahanusiadinibagiorangtuadinagaritapankecamatanbasaampekbalaitapan