REPRESENTASI DISABILITAS DALAM FILM INDONESIA YANG DIPRODUKSI PASCA ORDE BARU
ABSTRAK Â Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi disabilitas dalam film-film yang diproduksi pasca Orde Baru, yaitu mulai tahun 1998-2019. Asumsi dasar penelitian ini adalah film bukan hanya sekedar media hiburan, tetapi sebagai media penyampai pesan, informasi dan edukasi. Fi...
Main Authors: | , , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
universitas brawijaya
2023-04-01
|
Series: | Brawijaya Journal of Social Science |
Online Access: | https://bjss.ub.ac.id/index.php/bjss/article/view/45 |
_version_ | 1827304619189993472 |
---|---|
author | Ucca Arawindha Slamet Thohari Titi Fitrianita |
author_facet | Ucca Arawindha Slamet Thohari Titi Fitrianita |
author_sort | Ucca Arawindha |
collection | DOAJ |
description | ABSTRAK
Â
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi disabilitas dalam film-film yang diproduksi pasca Orde Baru, yaitu mulai tahun 1998-2019. Asumsi dasar penelitian ini adalah film bukan hanya sekedar media hiburan, tetapi sebagai media penyampai pesan, informasi dan edukasi. Film sebagai media populer menjadi penting untuk dijadikan sebagai obyek penelitian, dikarenakan hampir dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Terkait dengan disabilitas, film sebagai media edukasi dan mampu mempengaruhi persepsi penonton mengenai disabilitas. Menggunakan kerangka pemikiran Stuart Hall tentang representasi dan metode semiotika Roland Barthes, penelitian ini membongkar mitos tentang disabilitas dalam film-film yang diproduksi pasca Orde Baru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disabilitas dalam film digambarkan secara umum sebagai kondisi “abnormalâ€. Disabilitas dianggap memerlukan adaptasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan cenderung belum diterima oleh masyarakat. Disabilitas ditempatkan sebagai bahan lelucon, obyek belas kasihan, dan “manusia super†ketika mampu meraih prestasi. Pandangan yang membedakan antara yang “normal†dan “abnormal†ini merupakan pengaruh dari medical model, bahwa disabilitas adalah penyakit dan perlu adanya segregasi/pemisahan dalam dunia sosial. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif bagi pemerintah dan sineas dalam menyajikan tayangan yang lebih berimbang, ramah disabilitas, dan tidak eksploitatif. |
first_indexed | 2024-04-24T17:41:09Z |
format | Article |
id | doaj.art-d9c2ff3351f14b5fa940a6983576e8cf |
institution | Directory Open Access Journal |
issn | 2809-7068 2809-7025 |
language | English |
last_indexed | 2024-04-24T17:41:09Z |
publishDate | 2023-04-01 |
publisher | universitas brawijaya |
record_format | Article |
series | Brawijaya Journal of Social Science |
spelling | doaj.art-d9c2ff3351f14b5fa940a6983576e8cf2024-03-28T00:43:19Zenguniversitas brawijayaBrawijaya Journal of Social Science2809-70682809-70252023-04-014110.21776/ub.sosiologi.jkrsb.2020.004.1.0929REPRESENTASI DISABILITAS DALAM FILM INDONESIA YANG DIPRODUKSI PASCA ORDE BARUUcca Arawindha0Slamet Thohari1Titi FitrianitaUBUBABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi disabilitas dalam film-film yang diproduksi pasca Orde Baru, yaitu mulai tahun 1998-2019. Asumsi dasar penelitian ini adalah film bukan hanya sekedar media hiburan, tetapi sebagai media penyampai pesan, informasi dan edukasi. Film sebagai media populer menjadi penting untuk dijadikan sebagai obyek penelitian, dikarenakan hampir dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Terkait dengan disabilitas, film sebagai media edukasi dan mampu mempengaruhi persepsi penonton mengenai disabilitas. Menggunakan kerangka pemikiran Stuart Hall tentang representasi dan metode semiotika Roland Barthes, penelitian ini membongkar mitos tentang disabilitas dalam film-film yang diproduksi pasca Orde Baru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disabilitas dalam film digambarkan secara umum sebagai kondisi “abnormalâ€. Disabilitas dianggap memerlukan adaptasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan cenderung belum diterima oleh masyarakat. Disabilitas ditempatkan sebagai bahan lelucon, obyek belas kasihan, dan “manusia super†ketika mampu meraih prestasi. Pandangan yang membedakan antara yang “normal†dan “abnormal†ini merupakan pengaruh dari medical model, bahwa disabilitas adalah penyakit dan perlu adanya segregasi/pemisahan dalam dunia sosial. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif bagi pemerintah dan sineas dalam menyajikan tayangan yang lebih berimbang, ramah disabilitas, dan tidak eksploitatif.https://bjss.ub.ac.id/index.php/bjss/article/view/45 |
spellingShingle | Ucca Arawindha Slamet Thohari Titi Fitrianita REPRESENTASI DISABILITAS DALAM FILM INDONESIA YANG DIPRODUKSI PASCA ORDE BARU Brawijaya Journal of Social Science |
title | REPRESENTASI DISABILITAS DALAM FILM INDONESIA YANG DIPRODUKSI PASCA ORDE BARU |
title_full | REPRESENTASI DISABILITAS DALAM FILM INDONESIA YANG DIPRODUKSI PASCA ORDE BARU |
title_fullStr | REPRESENTASI DISABILITAS DALAM FILM INDONESIA YANG DIPRODUKSI PASCA ORDE BARU |
title_full_unstemmed | REPRESENTASI DISABILITAS DALAM FILM INDONESIA YANG DIPRODUKSI PASCA ORDE BARU |
title_short | REPRESENTASI DISABILITAS DALAM FILM INDONESIA YANG DIPRODUKSI PASCA ORDE BARU |
title_sort | representasi disabilitas dalam film indonesia yang diproduksi pasca orde baru |
url | https://bjss.ub.ac.id/index.php/bjss/article/view/45 |
work_keys_str_mv | AT uccaarawindha representasidisabilitasdalamfilmindonesiayangdiproduksipascaordebaru AT slametthohari representasidisabilitasdalamfilmindonesiayangdiproduksipascaordebaru AT titifitrianita representasidisabilitasdalamfilmindonesiayangdiproduksipascaordebaru |