Sharing Knowledge: Archaeology and Education in the Maluku, Indonesia

Mengembangkan kurikulum Sekolah bermuatan sejarah yang representatif merupakan sebuah tantangan di Indonesia. Berbagai macam etnis dan latar belakang budaya di negara ini telah menciptakan situasi manajemen pendidikan yang unik. Suatu pendekatan yang tidak konvensional yang menekankan muatan lokal t...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Marlon NR Ririmasse
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Balai Arkeologi Maluku 2018-07-01
Series:Kapata Arkeologi
Subjects:
Online Access:http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kapata/article/view/466
_version_ 1819243314436636672
author Marlon NR Ririmasse
author_facet Marlon NR Ririmasse
author_sort Marlon NR Ririmasse
collection DOAJ
description Mengembangkan kurikulum Sekolah bermuatan sejarah yang representatif merupakan sebuah tantangan di Indonesia. Berbagai macam etnis dan latar belakang budaya di negara ini telah menciptakan situasi manajemen pendidikan yang unik. Suatu pendekatan yang tidak konvensional yang menekankan muatan lokal telah dikembangkan oleh Pemerintah dalam dua dekade terakhir untuk memenuhi permintaan terhadap representasi isu-isu lokal dalam sejarah dan mata pelajaran yang terkait di sekolah-sekolah. Meskipun sudah ada pendekatan yang diinisiasi, namun pelaksanaan program di tingkat nasional masih jauh dari efektif karena keterbelakangan konsep dan kekurangan sumber daya manusia. Partisipasi lembaga, kelompok, atau individu dengan pengetahuan dan keahlian tertentu tentang budaya lokal di luar lembaga pendidikan formal dewasa ini diadopsi sebagai solusi yang mungkin efektif. Dalam hal ini arkeologi sangat mungkin memberikan kontribusi positif. Tulisan ini akan membahas masalah dengan berfokus pada kontribusi arkeologi untuk mengembangkan muatan lokal dalam pendidikan di wilayah Maluku, Indonesia. Pembahasan tulisan ini akan mencakup contoh sejumlah program dan proyek, yang telah dilakukan dalam sepuluh tahun terakhir. Developing representational historical content for school curricula is a challenge in Indonesia. The wide range of ethnicities and cultural backgrounds in the country has created a unique education management situation. An unconventional approach emphasizing local content (muatan lokal) has been developed by the national government in the last two decades to address the demand for more representation of local issues in history and related subjects at schools. Despite this creative approach, the implementation of the program at the national level is still far from effective due to the underdevelopment of the concept and shortage of human resources. The participation of institutions, groups or individuals with the particular knowledge and expertise on local culture outside the formal educational institution has recently been adopted as a possible effective solution. This is a role in which archaeology might also make a positive contribution. This paper will discuss this issue by focusing on the contribution of archaeology to develop the local content in the education of Moluccas region in Indonesia. The discussion will include the examples of the program and project, which has been conducted in the last ten years.
first_indexed 2024-12-23T14:53:44Z
format Article
id doaj.art-e2cad3eb55f74563aa13940386f8446a
institution Directory Open Access Journal
issn 1858-4101
2503-0876
language Indonesian
last_indexed 2024-12-23T14:53:44Z
publishDate 2018-07-01
publisher Balai Arkeologi Maluku
record_format Article
series Kapata Arkeologi
spelling doaj.art-e2cad3eb55f74563aa13940386f8446a2022-12-21T17:42:52ZindBalai Arkeologi MalukuKapata Arkeologi1858-41012503-08762018-07-01141273610.24832/kapata.v14i1.466319Sharing Knowledge: Archaeology and Education in the Maluku, IndonesiaMarlon NR Ririmasse0Balai Arkeologi MalukuMengembangkan kurikulum Sekolah bermuatan sejarah yang representatif merupakan sebuah tantangan di Indonesia. Berbagai macam etnis dan latar belakang budaya di negara ini telah menciptakan situasi manajemen pendidikan yang unik. Suatu pendekatan yang tidak konvensional yang menekankan muatan lokal telah dikembangkan oleh Pemerintah dalam dua dekade terakhir untuk memenuhi permintaan terhadap representasi isu-isu lokal dalam sejarah dan mata pelajaran yang terkait di sekolah-sekolah. Meskipun sudah ada pendekatan yang diinisiasi, namun pelaksanaan program di tingkat nasional masih jauh dari efektif karena keterbelakangan konsep dan kekurangan sumber daya manusia. Partisipasi lembaga, kelompok, atau individu dengan pengetahuan dan keahlian tertentu tentang budaya lokal di luar lembaga pendidikan formal dewasa ini diadopsi sebagai solusi yang mungkin efektif. Dalam hal ini arkeologi sangat mungkin memberikan kontribusi positif. Tulisan ini akan membahas masalah dengan berfokus pada kontribusi arkeologi untuk mengembangkan muatan lokal dalam pendidikan di wilayah Maluku, Indonesia. Pembahasan tulisan ini akan mencakup contoh sejumlah program dan proyek, yang telah dilakukan dalam sepuluh tahun terakhir. Developing representational historical content for school curricula is a challenge in Indonesia. The wide range of ethnicities and cultural backgrounds in the country has created a unique education management situation. An unconventional approach emphasizing local content (muatan lokal) has been developed by the national government in the last two decades to address the demand for more representation of local issues in history and related subjects at schools. Despite this creative approach, the implementation of the program at the national level is still far from effective due to the underdevelopment of the concept and shortage of human resources. The participation of institutions, groups or individuals with the particular knowledge and expertise on local culture outside the formal educational institution has recently been adopted as a possible effective solution. This is a role in which archaeology might also make a positive contribution. This paper will discuss this issue by focusing on the contribution of archaeology to develop the local content in the education of Moluccas region in Indonesia. The discussion will include the examples of the program and project, which has been conducted in the last ten years.http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kapata/article/view/466ArchaeologyEducationIndonesiaMaluku
spellingShingle Marlon NR Ririmasse
Sharing Knowledge: Archaeology and Education in the Maluku, Indonesia
Kapata Arkeologi
Archaeology
Education
Indonesia
Maluku
title Sharing Knowledge: Archaeology and Education in the Maluku, Indonesia
title_full Sharing Knowledge: Archaeology and Education in the Maluku, Indonesia
title_fullStr Sharing Knowledge: Archaeology and Education in the Maluku, Indonesia
title_full_unstemmed Sharing Knowledge: Archaeology and Education in the Maluku, Indonesia
title_short Sharing Knowledge: Archaeology and Education in the Maluku, Indonesia
title_sort sharing knowledge archaeology and education in the maluku indonesia
topic Archaeology
Education
Indonesia
Maluku
url http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kapata/article/view/466
work_keys_str_mv AT marlonnrririmasse sharingknowledgearchaeologyandeducationinthemalukuindonesia