Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Peroral

Pegagan merupakan tanaman herbal  yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penelitian tentang toksisitas (studi histopatologi) tanaman pegagan pada ginjal belum pernah dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Luh Putu Ratna Suhita, I Wayan Sudira, Ida Bagus Oka Winaya
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Faculty of Veterinary Medicine, University of Udayana 2013-02-01
Series:Buletin Veteriner Udayana
Subjects:
Online Access:https://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet/article/view/5741
_version_ 1828308095222153216
author Luh Putu Ratna Suhita
I Wayan Sudira
Ida Bagus Oka Winaya
author_facet Luh Putu Ratna Suhita
I Wayan Sudira
Ida Bagus Oka Winaya
author_sort Luh Putu Ratna Suhita
collection DOAJ
description Pegagan merupakan tanaman herbal  yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penelitian tentang toksisitas (studi histopatologi) tanaman pegagan pada ginjal belum pernah dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perubahan histopaotogi pada ginjal tikus putih setelah pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica) peroral. Tikus putih (Rattus norvegicus) dibagi secara acak menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 6 ekor. Kelompok A sebagai control (placebo) yang diberi aquades peroral; kelompok B yang diberikan ekstrak pegagan 100 mg/kg bb (0,2 ml/ekor); kelompok C yang diberikan ekstrak pegagan dosis 200 mg/kg bb (0,4 ml/ekor); kelompok D yang diberikan 300 mg/kg bb (0,6 ml/ekor); dan kelompok E yang diberikan ekstrak pegagan dosis 400 mg/kg bb (0,8 ml/ekor). Nekropsi untuk pengambilan organ ginjal dilakukan pada hari ke-9. Jaringan ginjal selanjutnya diproses untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Hemaktosilin Eosin (HE). Hasil pemeriksaan histopatologi pada ginjal tikus putih yang diberikan ekstrak pegagan, tidak ditemukan adanya degenerasi melemak, degenerasi hidrofik, dan nekrosis baik pada control (placebo) maupun pemberian dosis 0,2  ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml. Hasil ini menunjukkan pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica) dengan rentang dosis 100 mg/kg bb sampai dengan dosis 400 mg/kg bb selama 9 hari, tidak menyebabkan gangguan histopatologi pada organ ginjal tikus putih (Rattus novegicus).
first_indexed 2024-04-13T15:06:57Z
format Article
id doaj.art-e4cb4b7dea294fdbbe50b947ca548e17
institution Directory Open Access Journal
issn 2085-2495
2477-2712
language Indonesian
last_indexed 2024-04-13T15:06:57Z
publishDate 2013-02-01
publisher Faculty of Veterinary Medicine, University of Udayana
record_format Article
series Buletin Veteriner Udayana
spelling doaj.art-e4cb4b7dea294fdbbe50b947ca548e172022-12-22T02:42:07ZindFaculty of Veterinary Medicine, University of UdayanaBuletin Veteriner Udayana2085-24952477-27122013-02-015741Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) PeroralLuh Putu Ratna SuhitaI Wayan SudiraIda Bagus Oka WinayaPegagan merupakan tanaman herbal  yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penelitian tentang toksisitas (studi histopatologi) tanaman pegagan pada ginjal belum pernah dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perubahan histopaotogi pada ginjal tikus putih setelah pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica) peroral. Tikus putih (Rattus norvegicus) dibagi secara acak menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 6 ekor. Kelompok A sebagai control (placebo) yang diberi aquades peroral; kelompok B yang diberikan ekstrak pegagan 100 mg/kg bb (0,2 ml/ekor); kelompok C yang diberikan ekstrak pegagan dosis 200 mg/kg bb (0,4 ml/ekor); kelompok D yang diberikan 300 mg/kg bb (0,6 ml/ekor); dan kelompok E yang diberikan ekstrak pegagan dosis 400 mg/kg bb (0,8 ml/ekor). Nekropsi untuk pengambilan organ ginjal dilakukan pada hari ke-9. Jaringan ginjal selanjutnya diproses untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Hemaktosilin Eosin (HE). Hasil pemeriksaan histopatologi pada ginjal tikus putih yang diberikan ekstrak pegagan, tidak ditemukan adanya degenerasi melemak, degenerasi hidrofik, dan nekrosis baik pada control (placebo) maupun pemberian dosis 0,2  ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml. Hasil ini menunjukkan pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica) dengan rentang dosis 100 mg/kg bb sampai dengan dosis 400 mg/kg bb selama 9 hari, tidak menyebabkan gangguan histopatologi pada organ ginjal tikus putih (Rattus novegicus).https://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet/article/view/5741ginjal, tikus putih, Centella asiatica.
spellingShingle Luh Putu Ratna Suhita
I Wayan Sudira
Ida Bagus Oka Winaya
Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Peroral
Buletin Veteriner Udayana
ginjal, tikus putih, Centella asiatica.
title Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Peroral
title_full Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Peroral
title_fullStr Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Peroral
title_full_unstemmed Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Peroral
title_short Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Peroral
title_sort histopatologi ginjal tikus putih akibat pemberian ekstrak pegagan centella asiatica peroral
topic ginjal, tikus putih, Centella asiatica.
url https://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet/article/view/5741
work_keys_str_mv AT luhputuratnasuhita histopatologiginjaltikusputihakibatpemberianekstrakpegagancentellaasiaticaperoral
AT iwayansudira histopatologiginjaltikusputihakibatpemberianekstrakpegagancentellaasiaticaperoral
AT idabagusokawinaya histopatologiginjaltikusputihakibatpemberianekstrakpegagancentellaasiaticaperoral