PEMIKIRAN FIKIH SYAIKH MUHAMMAD ZAIN BATU BARA: FIDIAH SALAT DAN PUASA
Abstrak: Artikel ini membahas pemikiran Syaikh Muhammad Zain Batu Bara, seorang ulama besar alumni Makkah awal abad 20 dan berasal dari Batu Bara yang namanya tidak dikenal, namun mempunyai kontribusi besar dalam perkembangan dakwah Islam di daerah tersebut. Salah satu kontribusinya adalah praktik d...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Arabic |
Published: |
State Islamic University of North Sumatra
2017-12-01
|
Series: | Miqot: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman |
Subjects: | |
Online Access: | http://jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id/index.php/jurnalmiqot/article/view/459 |
Summary: | Abstrak: Artikel ini membahas pemikiran Syaikh Muhammad Zain Batu Bara, seorang ulama besar alumni Makkah awal abad 20 dan berasal dari Batu Bara yang namanya tidak dikenal, namun mempunyai kontribusi besar dalam perkembangan dakwah Islam di daerah tersebut. Salah satu kontribusinya adalah praktik dan tradisi Fidiah salat dan puasa bagi orang yang sudah meninggal, yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakatnya. Dalam konteks wilayah Nusantara, kajian ini membandingkan pemikiran Syaikh Muhammad Zain dengan pemikiran-pemikiran ulama Nusantara lainnya baik sebelum, semasa atau sesudahnya, untuk menemukan titik persamaan dan perbedaan dan sejauhmana implikasinya, dengan menggunakan telaah kepustakaan karya-karya dan sejarah biografi masing-masing tokoh. Penulis menyimpulkan bahwa Syaikh Muhammad Zain Batu Bara adalah kelompok ulama Kaum Tua di Sumatera Timur yang tetap mempertahankan amaliah dan tradisi Fidiah salat dan puasa bagi orang yang sudah meninggal, dengan memilih pendapat mazhab Hanafi yang memasukkan masalah ini dalam pendapat yang dipedomani dan berkembang terus di masyarakat.
Abstract: Islamic Legal Thought of Syaikh Muhammad Zain Batu Bara: A Case of Fidyah for Fasting and Prayer. This article discusses the thought of Shaykh Muhammad Zain Batu Bara, a prominent scholar of early 20th century Mecca originating from Batu Bara whose name is unknown, but has a major contribution in the development of Islamic da'wah in the area. One of his contributions is the practice and tradition of fidyah for the five prayers and fasting for the dead, which until now is still preserved by the society. In the context of the archipelago territory, this study compares the thought of Shaykh Muhammad Zain with the thoughts of other learned Islamic thinkers of the archipelago throughout the history, to unveil the points of similarities and differences as well as the extent of their implications, using literature review of works and the biographical history of respective figure. The author concludes that Shaykh Muhammad Zain Batu Bara appears to be bounded by conventional school of thought in East Sumatra, who retains the tradition of fidyah for prayer and fasting of the dead person, by choosing the opinion of the Hanafi school that eventually developed in the society. |
---|---|
ISSN: | 0852-0720 2502-3616 |