KEBUDAYAAN HIBRID MASA KOLONIAL DI PERKEBUNAN BATU LAWANG BANJAR

Pertemuan antara dua budaya berbeda (Eropa dan Asia) memunculkan satu kebudayaan campuran atau kebudayaan hibrid. Salah satunya lahir di dalam masyarakat Perkebunan Batu Lawang Banjar, yang telah berdiri sejak zaman Belanda. Apa dan bagaimana kebudayaan hibrid tersebut, akan menjadi satu permasalaha...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Lia Nuralia, IIm Imadudin
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019-03-01
Series:Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya
Subjects:
Online Access:http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/427
_version_ 1818775084821643264
author Lia Nuralia
IIm Imadudin
author_facet Lia Nuralia
IIm Imadudin
author_sort Lia Nuralia
collection DOAJ
description Pertemuan antara dua budaya berbeda (Eropa dan Asia) memunculkan satu kebudayaan campuran atau kebudayaan hibrid. Salah satunya lahir di dalam masyarakat Perkebunan Batu Lawang Banjar, yang telah berdiri sejak zaman Belanda. Apa dan bagaimana kebudayaan hibrid tersebut, akan menjadi satu permasalahan pokok, sehingga tulisan ini bertujuan mengungkap kebudayaan hibrid di Perkebunan Batu Lawang Banjar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey dengan teknik pengumpulan data melalui studi literatur, wawancara sejarah lisan, dan arsip kolonial. Hasil yang diperoleh, dengan menggunakan konsep komunikasi nonverbal, bahwa kebudayaan hibrid di perkebunan peninggalan zaman Belanda, menunjukkan adanya klasifikasi sosial ekonomi yang hierarkis dan rasis. Masyarakat perkebunan khususnya terbagi ke dalam golongan Eropa dan pribumi Indonesia, yang berimbas terhadap status pekerjaan. Golongan Eropa menduduki posisi penting sebagai kelas atas (pejabat tinggi perkebunan), sedangkan golongan pribumi menjadi buruh atau karyawan perkebunan sebagai kelas bawah. Pencampuran antara kedua golongan atau kelas sosial tersebut, melahirkan kebudayaan hibrid. Pada masa sekarang kebudayaan hibrid warisan kolonial di perkebunan, dapat ditemukan bukti fisiknya berupa artefak perkebunan dan keberadaan golongan peranakan Indo-Eropa sebagai anak dari hasil perkawinan campuran, serta informasi lisan dari pelaku.   The meeting between two different cultures (Europe and Asia) raises a mixed culture or hybrid culture. One of them was born in the community of Banjar Batu Lawang plantation, which had been established since the Dutch era. What and how the hybrid culture, will become the main problem, so this paper aims to reveal hybrid culture at the Banjar Batu Lawang Plantation. The research method used is the survey research method with data collection techniques through literature studies, oral history interviews, and colonial archives. The results obtained, using the concept of nonverbal communication, that hybrid culture in plantations inherited from the Dutch era, indicate a hierarchical and racist socio-economic classification. Plantation communities in particular are divided into European and indigenous Indonesian groups, which impact on employment status. The European group occupies an important position as the upper class (high-ranking plantation officials), while the indigenous group becomes laborers or plantation workers as the lower class. Mixing between the two groups or social classes gave birth to a hybrid culture. At present the colonial heritage of hybrid culture on plantations can be found in physical evidence in the form of plantation artifacts and the existence of Indo-European breeders as children of mixed marriages, as well as verbal information from the perpetrators.
first_indexed 2024-12-18T10:51:25Z
format Article
id doaj.art-ecc54ed24a1849acb779e721661d4986
institution Directory Open Access Journal
issn 2085-9937
2598-1242
language Indonesian
last_indexed 2024-12-18T10:51:25Z
publishDate 2019-03-01
publisher Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
record_format Article
series Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya
spelling doaj.art-ecc54ed24a1849acb779e721661d49862022-12-21T21:10:27ZindBalai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat, Kementerian Pendidikan dan KebudayaanPatanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya2085-99372598-12422019-03-01111173210.30959/patanjala.v11i1.427308KEBUDAYAAN HIBRID MASA KOLONIAL DI PERKEBUNAN BATU LAWANG BANJARLia Nuralia0IIm Imadudin1Balai Arkeologi Jawa BaratBalai Pelestarian Nilai Budaya Jawa BaratPertemuan antara dua budaya berbeda (Eropa dan Asia) memunculkan satu kebudayaan campuran atau kebudayaan hibrid. Salah satunya lahir di dalam masyarakat Perkebunan Batu Lawang Banjar, yang telah berdiri sejak zaman Belanda. Apa dan bagaimana kebudayaan hibrid tersebut, akan menjadi satu permasalahan pokok, sehingga tulisan ini bertujuan mengungkap kebudayaan hibrid di Perkebunan Batu Lawang Banjar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey dengan teknik pengumpulan data melalui studi literatur, wawancara sejarah lisan, dan arsip kolonial. Hasil yang diperoleh, dengan menggunakan konsep komunikasi nonverbal, bahwa kebudayaan hibrid di perkebunan peninggalan zaman Belanda, menunjukkan adanya klasifikasi sosial ekonomi yang hierarkis dan rasis. Masyarakat perkebunan khususnya terbagi ke dalam golongan Eropa dan pribumi Indonesia, yang berimbas terhadap status pekerjaan. Golongan Eropa menduduki posisi penting sebagai kelas atas (pejabat tinggi perkebunan), sedangkan golongan pribumi menjadi buruh atau karyawan perkebunan sebagai kelas bawah. Pencampuran antara kedua golongan atau kelas sosial tersebut, melahirkan kebudayaan hibrid. Pada masa sekarang kebudayaan hibrid warisan kolonial di perkebunan, dapat ditemukan bukti fisiknya berupa artefak perkebunan dan keberadaan golongan peranakan Indo-Eropa sebagai anak dari hasil perkawinan campuran, serta informasi lisan dari pelaku.   The meeting between two different cultures (Europe and Asia) raises a mixed culture or hybrid culture. One of them was born in the community of Banjar Batu Lawang plantation, which had been established since the Dutch era. What and how the hybrid culture, will become the main problem, so this paper aims to reveal hybrid culture at the Banjar Batu Lawang Plantation. The research method used is the survey research method with data collection techniques through literature studies, oral history interviews, and colonial archives. The results obtained, using the concept of nonverbal communication, that hybrid culture in plantations inherited from the Dutch era, indicate a hierarchical and racist socio-economic classification. Plantation communities in particular are divided into European and indigenous Indonesian groups, which impact on employment status. The European group occupies an important position as the upper class (high-ranking plantation officials), while the indigenous group becomes laborers or plantation workers as the lower class. Mixing between the two groups or social classes gave birth to a hybrid culture. At present the colonial heritage of hybrid culture on plantations can be found in physical evidence in the form of plantation artifacts and the existence of Indo-European breeders as children of mixed marriages, as well as verbal information from the perpetrators.http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/427kebudayaan hibrid, perkebunan batulawang banjar, masa kolonial
spellingShingle Lia Nuralia
IIm Imadudin
KEBUDAYAAN HIBRID MASA KOLONIAL DI PERKEBUNAN BATU LAWANG BANJAR
Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya
kebudayaan hibrid, perkebunan batulawang banjar, masa kolonial
title KEBUDAYAAN HIBRID MASA KOLONIAL DI PERKEBUNAN BATU LAWANG BANJAR
title_full KEBUDAYAAN HIBRID MASA KOLONIAL DI PERKEBUNAN BATU LAWANG BANJAR
title_fullStr KEBUDAYAAN HIBRID MASA KOLONIAL DI PERKEBUNAN BATU LAWANG BANJAR
title_full_unstemmed KEBUDAYAAN HIBRID MASA KOLONIAL DI PERKEBUNAN BATU LAWANG BANJAR
title_short KEBUDAYAAN HIBRID MASA KOLONIAL DI PERKEBUNAN BATU LAWANG BANJAR
title_sort kebudayaan hibrid masa kolonial di perkebunan batu lawang banjar
topic kebudayaan hibrid, perkebunan batulawang banjar, masa kolonial
url http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/427
work_keys_str_mv AT lianuralia kebudayaanhibridmasakolonialdiperkebunanbatulawangbanjar
AT iimimadudin kebudayaanhibridmasakolonialdiperkebunanbatulawangbanjar