Hubungan Tingkat Kelebihan Berat Badan dengan Uji Toleransi Glukosa Oral pada Siswa SMP di Kota Padang

Latar belakang. Obesitas pada anak merupakan masalah gizi dan sukar diatasi. Peningkatan obesitas pada anak dan remaja menimbulkan peningkatan insiden diabetes melitus tipe 2. Pemeriksaan uji toleransi glukosa oral dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan metabolik. Tujuan. Mengetahui hubungan dera...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Eka Agustia Rini, IGM Afridoni A
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia 2016-11-01
Series:Sari Pediatri
Subjects:
Online Access:https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/707
_version_ 1818197202452873216
author Eka Agustia Rini
IGM Afridoni A
author_facet Eka Agustia Rini
IGM Afridoni A
author_sort Eka Agustia Rini
collection DOAJ
description Latar belakang. Obesitas pada anak merupakan masalah gizi dan sukar diatasi. Peningkatan obesitas pada anak dan remaja menimbulkan peningkatan insiden diabetes melitus tipe 2. Pemeriksaan uji toleransi glukosa oral dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan metabolik. Tujuan. Mengetahui hubungan derajat obesitas dengan uji toleransi glukosa oral (TTGO) pada siswa SMP di kota Padang. Metode. Penelitian dilakukan Juli – September 2006 terhadap 109 siswa SMP kota Padang. Subjek terdiri dari 2 kelompok yaitu overweight (indeks massa tubuh (IMT) p=85-95) dan obesitas (IMT p >95). Dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, gula darah puasa dan gula darah 2 jam posprandial. Data dianalisis dengan uji t-test, chi-square dan korelasi dengan tingkat kemaknaan p <0,05. Hasil. Didapatkan 10,1% siswa kelebihan berat badan, overweight 6,1% dan obesitas 4,0%. Berat badan siswa overweight berkisar (44,0–74,0) kg. IMT 2(1,6–27,8) m2. Berat badan siswa obesitas berkisar (55,5– 96,0) kg, IMT (24,6–42,9) %. Tidak terdapat perbedaan rerata gula darah antara kelompok overweight dengan obesitas (p 0,146). Begitu juga rerata gula darah 2 jam posprandial (p=0,26). Pada obesitas 3(2,7%) kasus dengan uji toleransi glukosa (TGT). Terdapat hubungan lemah antara berat badan dengan kadar gula darah puasa (p=0,045;r 0,192) Kesimpulan. Tidak didapatkan hubungan antara kelebihan berat badan dengan uji toleransi glukosa
first_indexed 2024-12-12T01:46:14Z
format Article
id doaj.art-f1e7451bef554b2ab12ce6f4548548c0
institution Directory Open Access Journal
issn 0854-7823
2338-5030
language Indonesian
last_indexed 2024-12-12T01:46:14Z
publishDate 2016-11-01
publisher Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
record_format Article
series Sari Pediatri
spelling doaj.art-f1e7451bef554b2ab12ce6f4548548c02022-12-22T00:42:35ZindBadan Penerbit Ikatan Dokter Anak IndonesiaSari Pediatri0854-78232338-50302016-11-01964172210.14238/sp9.6.2008.417-22656Hubungan Tingkat Kelebihan Berat Badan dengan Uji Toleransi Glukosa Oral pada Siswa SMP di Kota PadangEka Agustia Rini0IGM Afridoni A1Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr. M. Djamil PadangBagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr. M. Djamil PadangLatar belakang. Obesitas pada anak merupakan masalah gizi dan sukar diatasi. Peningkatan obesitas pada anak dan remaja menimbulkan peningkatan insiden diabetes melitus tipe 2. Pemeriksaan uji toleransi glukosa oral dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan metabolik. Tujuan. Mengetahui hubungan derajat obesitas dengan uji toleransi glukosa oral (TTGO) pada siswa SMP di kota Padang. Metode. Penelitian dilakukan Juli – September 2006 terhadap 109 siswa SMP kota Padang. Subjek terdiri dari 2 kelompok yaitu overweight (indeks massa tubuh (IMT) p=85-95) dan obesitas (IMT p >95). Dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, gula darah puasa dan gula darah 2 jam posprandial. Data dianalisis dengan uji t-test, chi-square dan korelasi dengan tingkat kemaknaan p <0,05. Hasil. Didapatkan 10,1% siswa kelebihan berat badan, overweight 6,1% dan obesitas 4,0%. Berat badan siswa overweight berkisar (44,0–74,0) kg. IMT 2(1,6–27,8) m2. Berat badan siswa obesitas berkisar (55,5– 96,0) kg, IMT (24,6–42,9) %. Tidak terdapat perbedaan rerata gula darah antara kelompok overweight dengan obesitas (p 0,146). Begitu juga rerata gula darah 2 jam posprandial (p=0,26). Pada obesitas 3(2,7%) kasus dengan uji toleransi glukosa (TGT). Terdapat hubungan lemah antara berat badan dengan kadar gula darah puasa (p=0,045;r 0,192) Kesimpulan. Tidak didapatkan hubungan antara kelebihan berat badan dengan uji toleransi glukosahttps://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/707obesitasuji toleransi glukosa
spellingShingle Eka Agustia Rini
IGM Afridoni A
Hubungan Tingkat Kelebihan Berat Badan dengan Uji Toleransi Glukosa Oral pada Siswa SMP di Kota Padang
Sari Pediatri
obesitas
uji toleransi glukosa
title Hubungan Tingkat Kelebihan Berat Badan dengan Uji Toleransi Glukosa Oral pada Siswa SMP di Kota Padang
title_full Hubungan Tingkat Kelebihan Berat Badan dengan Uji Toleransi Glukosa Oral pada Siswa SMP di Kota Padang
title_fullStr Hubungan Tingkat Kelebihan Berat Badan dengan Uji Toleransi Glukosa Oral pada Siswa SMP di Kota Padang
title_full_unstemmed Hubungan Tingkat Kelebihan Berat Badan dengan Uji Toleransi Glukosa Oral pada Siswa SMP di Kota Padang
title_short Hubungan Tingkat Kelebihan Berat Badan dengan Uji Toleransi Glukosa Oral pada Siswa SMP di Kota Padang
title_sort hubungan tingkat kelebihan berat badan dengan uji toleransi glukosa oral pada siswa smp di kota padang
topic obesitas
uji toleransi glukosa
url https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/707
work_keys_str_mv AT ekaagustiarini hubungantingkatkelebihanberatbadandenganujitoleransiglukosaoralpadasiswasmpdikotapadang
AT igmafridonia hubungantingkatkelebihanberatbadandenganujitoleransiglukosaoralpadasiswasmpdikotapadang