BIOPULPING PELEPAH TANAMAN SALAK MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK PUTIH Phanerochaete chrysosporium
Serat pelepah tanaman salak yang menjadi limbah perkebunan salak di Kabupaten Sleman Yogyakarta sama sekali belum dimanfaatkan dan menjadi sampah/limbah padahal mengandung selulosa 42%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh JPP (Jamur Pelapuk Putih) P. chrysosporium pada proses biop...
Main Authors: | , , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Muhammadiyah University Press
2017-03-01
|
Series: | Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi |
Subjects: | |
Online Access: | https://journals.ums.ac.id/index.php/bioeksperimen/article/view/3671 |
_version_ | 1827308084365623296 |
---|---|
author | Triastuti Rahayu Aminah Asngad Suparti Suparti |
author_facet | Triastuti Rahayu Aminah Asngad Suparti Suparti |
author_sort | Triastuti Rahayu |
collection | DOAJ |
description | Serat pelepah tanaman salak yang menjadi limbah perkebunan salak di Kabupaten Sleman Yogyakarta sama sekali belum dimanfaatkan dan menjadi sampah/limbah padahal mengandung selulosa 42%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh JPP (Jamur Pelapuk Putih) P. chrysosporium pada proses biopulping serat pelepah salak. Rancangan penelitian menggunakan RAL 1 faktor yaitu jenis inokulum (J0=kontrol, J1= P.chrysosporium). Pelepah tanaman salak dicacah dengan pencacah sampah kemudian disterilkan dalam autoclave selama 45 menit pada suhu 121°C. Serpih pelepah salak (150 g berat kering) dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas kemudian diinokulasi 10% inokulum jamur dan diinkubasi dalam suhu ruang (29-30˚C) selama 45 hari. Serpih pelepah tanaman salak yang telah diinkubasi sampai masa inkubasi berakhir dimasak dengan NaOH 10% L: W = 1:5 (L=berat serpih, W=larutan pemasak), lama pemasakan 1 jam. Setelah dimasak, serpih direndam dalam air dingin 1 L selama 24 jam untuk mengoptimalkan sisa-sisa bahan pemasak dalam melunakkan serpih. Selanjutnya serpih dicuci sampai bebas alkali dan diblender menjadi serbuk untuk analisis bilangan Kappa dan kadar holoselulosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P.chrysosporium dapat tumbuh bagus pada substrat serat pelepah salak untuk biopulping dan dapat menurunkan bilangan Kappa 5% setelah 45 hari inkubasi tetapi kadar holoselulosa sama dengan kontrol. |
first_indexed | 2024-04-24T18:51:13Z |
format | Article |
id | doaj.art-f1eb78e3644742268a21ac54c7046829 |
institution | Directory Open Access Journal |
issn | 2460-1365 2527-2799 |
language | Indonesian |
last_indexed | 2024-04-24T18:51:13Z |
publishDate | 2017-03-01 |
publisher | Muhammadiyah University Press |
record_format | Article |
series | Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi |
spelling | doaj.art-f1eb78e3644742268a21ac54c70468292024-03-27T02:00:24ZindMuhammadiyah University PressBioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi2460-13652527-27992017-03-0131586310.23917/bioeksperimen.v3i1.36712555BIOPULPING PELEPAH TANAMAN SALAK MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK PUTIH Phanerochaete chrysosporiumTriastuti Rahayu0Aminah Asngad1Suparti Suparti2Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMSProdi Pendidikan Biologi FKIP UMSProdi Pendidikan Biologi FKIP UMSSerat pelepah tanaman salak yang menjadi limbah perkebunan salak di Kabupaten Sleman Yogyakarta sama sekali belum dimanfaatkan dan menjadi sampah/limbah padahal mengandung selulosa 42%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh JPP (Jamur Pelapuk Putih) P. chrysosporium pada proses biopulping serat pelepah salak. Rancangan penelitian menggunakan RAL 1 faktor yaitu jenis inokulum (J0=kontrol, J1= P.chrysosporium). Pelepah tanaman salak dicacah dengan pencacah sampah kemudian disterilkan dalam autoclave selama 45 menit pada suhu 121°C. Serpih pelepah salak (150 g berat kering) dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas kemudian diinokulasi 10% inokulum jamur dan diinkubasi dalam suhu ruang (29-30˚C) selama 45 hari. Serpih pelepah tanaman salak yang telah diinkubasi sampai masa inkubasi berakhir dimasak dengan NaOH 10% L: W = 1:5 (L=berat serpih, W=larutan pemasak), lama pemasakan 1 jam. Setelah dimasak, serpih direndam dalam air dingin 1 L selama 24 jam untuk mengoptimalkan sisa-sisa bahan pemasak dalam melunakkan serpih. Selanjutnya serpih dicuci sampai bebas alkali dan diblender menjadi serbuk untuk analisis bilangan Kappa dan kadar holoselulosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P.chrysosporium dapat tumbuh bagus pada substrat serat pelepah salak untuk biopulping dan dapat menurunkan bilangan Kappa 5% setelah 45 hari inkubasi tetapi kadar holoselulosa sama dengan kontrol.https://journals.ums.ac.id/index.php/bioeksperimen/article/view/3671biopulping, jamur pelapuk putih, pelepah salak, phanerochaete chrysopsorium |
spellingShingle | Triastuti Rahayu Aminah Asngad Suparti Suparti BIOPULPING PELEPAH TANAMAN SALAK MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK PUTIH Phanerochaete chrysosporium Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi biopulping, jamur pelapuk putih, pelepah salak, phanerochaete chrysopsorium |
title | BIOPULPING PELEPAH TANAMAN SALAK MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK PUTIH Phanerochaete chrysosporium |
title_full | BIOPULPING PELEPAH TANAMAN SALAK MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK PUTIH Phanerochaete chrysosporium |
title_fullStr | BIOPULPING PELEPAH TANAMAN SALAK MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK PUTIH Phanerochaete chrysosporium |
title_full_unstemmed | BIOPULPING PELEPAH TANAMAN SALAK MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK PUTIH Phanerochaete chrysosporium |
title_short | BIOPULPING PELEPAH TANAMAN SALAK MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK PUTIH Phanerochaete chrysosporium |
title_sort | biopulping pelepah tanaman salak menggunakan jamur pelapuk putih phanerochaete chrysosporium |
topic | biopulping, jamur pelapuk putih, pelepah salak, phanerochaete chrysopsorium |
url | https://journals.ums.ac.id/index.php/bioeksperimen/article/view/3671 |
work_keys_str_mv | AT triastutirahayu biopulpingpelepahtanamansalakmenggunakanjamurpelapukputihphanerochaetechrysosporium AT aminahasngad biopulpingpelepahtanamansalakmenggunakanjamurpelapukputihphanerochaetechrysosporium AT supartisuparti biopulpingpelepahtanamansalakmenggunakanjamurpelapukputihphanerochaetechrysosporium |