Manajemen Cairan dan Elektrolit pada Pasien Cedera Kepala

Manajemen pasien cedera kepala harus selalu difokuskan pada penatalaksanaan cedera primer dan cedera sekunder. Pemeliharaan perfusi serebral dan pencegahan hipertensi intrakranial yang mencakup pemeliharaan osmolalitas merupakan bagian penting dalam tatalaksana cairan dan elektrolit pasien cedera ke...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Bau Indah Aulyan Syah, Syafruddin Gaus, Sri Rahardjo
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Indonesian Society of Neuroanesthesia & Critical Care (INA-SNACC) 2016-10-01
Series:Jurnal Neuroanestesi Indonesia
Subjects:
Online Access:http://inasnacc.org/ojs2/index.php/jni/article/view/74
_version_ 1811294101777154048
author Bau Indah Aulyan Syah
Syafruddin Gaus
Sri Rahardjo
author_facet Bau Indah Aulyan Syah
Syafruddin Gaus
Sri Rahardjo
author_sort Bau Indah Aulyan Syah
collection DOAJ
description Manajemen pasien cedera kepala harus selalu difokuskan pada penatalaksanaan cedera primer dan cedera sekunder. Pemeliharaan perfusi serebral dan pencegahan hipertensi intrakranial yang mencakup pemeliharaan osmolalitas merupakan bagian penting dalam tatalaksana cairan dan elektrolit pasien cedera kepala, terutama bila diduga sawar darah otak tidak intak. Pemberian dan jenis cairan harus mempertimbangkan ketidakmampuan otak pasien dalam mengatasi perubahan volume dan osmolalitas seluler dan peningkatan konsumsi oksigen serebral. Target tekanan perfusi serebral antara 50–70 mmHg. Pemilihan jenis cairan pada cedera kepala masih kontroversi, karena baik koloid maupun kristaloid dianggap memiliki efek samping yang sama beratnya terhadap otak yang cedera. Dari penelitian SAFE (Saline and Albumin Fluid Evaluation) ditemukan luaran mortalitas-28 hari yang lebih tinggi pada pasien yang menerima koloid (albumin 4%) dibanding yang menerima kristaloid (salin isotonik). Sifat hipotonis albuminlah (osmolalitas 260 mOsml/kg) yang membahayakan pasien cedera kepala, bukan karena sifat koloidnya. Rekomendasi terkini menganjurkan penggunaan larutan isotonik seperti NaCl 0,9%. Penanganan hipertensi intrakranial pada cedera kepala juga sering melibatkan terapi hiperosmolar, dan yang paling dominan adalah mannitol yang dianjurkan hanya untuk jangka pendek dan pada sawar darah otak yang intak, serta dalam cakupan osmolaritas darah 300–310 mOsm/l. Selain mannitol, salin hipertonik dapat menjadi alternatif, namun harus dihindari bila kadar natrium serum lebih dari 160 mmol/L. Fluid and Electrolyte Management in Head Injury Patient Treatment for head trauma patients should always be focused on the management of the primary and secondary trauma. Maintaining cerebral perfusion and preventing intracranial hypertension, which include maintaining cerebral osmolality, is part of the crucial fluid and electrolyte management for patients with head injury, particularly when the blood brain barrier is assumed to be no longer intact. Fluid administration and the type of the fluids given should carefully account the patient brain capability to adjust to volume change and cellular osmolality, and to an increase in cerebral oxygen consumtion. Target of cerebral perfusion pressure in the range of 50-70 mmHg. The preference fluid for patients with head injury remains controversial, because either colloid or crystalloid fluids are both believed to be equally detrimental in side effects. However, SAFE (Saline and Albumin Fluid Evaluation) research revealed 28 days mortality outcome higher among patients receiving colloid (4% albumin) compared to those receiving crystalloid (Isotonic saline). It was the hypotonisity of the albumin (osmolality 260 mOsml/kg) that was harmful in nature for the patients brain, instead of its colloid characteristics. Recent updates recommend using isotonic solution such NaCl 0.9%. Intracranial hypertension management in head injury cases is frequently combined with hyperosmolar therapy, which dominantly using mannitol which is recommended limited to certain circumstances: short period of administration, intact condition of blood brain barrier, and with osmolarity coverage in range of 300-310 mOsml/L. As alternative, hypertonic saline can also be used, hence should be avoided when sodium serum concentration is higher than 160 mmol/L.
first_indexed 2024-04-13T05:11:29Z
format Article
id doaj.art-f24c665a575b49a4ac0ad3a0d3363957
institution Directory Open Access Journal
issn 2088-9674
2460-2302
language Indonesian
last_indexed 2024-04-13T05:11:29Z
publishDate 2016-10-01
publisher Indonesian Society of Neuroanesthesia & Critical Care (INA-SNACC)
record_format Article
series Jurnal Neuroanestesi Indonesia
spelling doaj.art-f24c665a575b49a4ac0ad3a0d33639572022-12-22T03:01:01ZindIndonesian Society of Neuroanesthesia & Critical Care (INA-SNACC)Jurnal Neuroanestesi Indonesia2088-96742460-23022016-10-015319720910.24244/jni.vol5i3.7472Manajemen Cairan dan Elektrolit pada Pasien Cedera KepalaBau Indah Aulyan SyahSyafruddin GausSri RahardjoManajemen pasien cedera kepala harus selalu difokuskan pada penatalaksanaan cedera primer dan cedera sekunder. Pemeliharaan perfusi serebral dan pencegahan hipertensi intrakranial yang mencakup pemeliharaan osmolalitas merupakan bagian penting dalam tatalaksana cairan dan elektrolit pasien cedera kepala, terutama bila diduga sawar darah otak tidak intak. Pemberian dan jenis cairan harus mempertimbangkan ketidakmampuan otak pasien dalam mengatasi perubahan volume dan osmolalitas seluler dan peningkatan konsumsi oksigen serebral. Target tekanan perfusi serebral antara 50–70 mmHg. Pemilihan jenis cairan pada cedera kepala masih kontroversi, karena baik koloid maupun kristaloid dianggap memiliki efek samping yang sama beratnya terhadap otak yang cedera. Dari penelitian SAFE (Saline and Albumin Fluid Evaluation) ditemukan luaran mortalitas-28 hari yang lebih tinggi pada pasien yang menerima koloid (albumin 4%) dibanding yang menerima kristaloid (salin isotonik). Sifat hipotonis albuminlah (osmolalitas 260 mOsml/kg) yang membahayakan pasien cedera kepala, bukan karena sifat koloidnya. Rekomendasi terkini menganjurkan penggunaan larutan isotonik seperti NaCl 0,9%. Penanganan hipertensi intrakranial pada cedera kepala juga sering melibatkan terapi hiperosmolar, dan yang paling dominan adalah mannitol yang dianjurkan hanya untuk jangka pendek dan pada sawar darah otak yang intak, serta dalam cakupan osmolaritas darah 300–310 mOsm/l. Selain mannitol, salin hipertonik dapat menjadi alternatif, namun harus dihindari bila kadar natrium serum lebih dari 160 mmol/L. Fluid and Electrolyte Management in Head Injury Patient Treatment for head trauma patients should always be focused on the management of the primary and secondary trauma. Maintaining cerebral perfusion and preventing intracranial hypertension, which include maintaining cerebral osmolality, is part of the crucial fluid and electrolyte management for patients with head injury, particularly when the blood brain barrier is assumed to be no longer intact. Fluid administration and the type of the fluids given should carefully account the patient brain capability to adjust to volume change and cellular osmolality, and to an increase in cerebral oxygen consumtion. Target of cerebral perfusion pressure in the range of 50-70 mmHg. The preference fluid for patients with head injury remains controversial, because either colloid or crystalloid fluids are both believed to be equally detrimental in side effects. However, SAFE (Saline and Albumin Fluid Evaluation) research revealed 28 days mortality outcome higher among patients receiving colloid (4% albumin) compared to those receiving crystalloid (Isotonic saline). It was the hypotonisity of the albumin (osmolality 260 mOsml/kg) that was harmful in nature for the patients brain, instead of its colloid characteristics. Recent updates recommend using isotonic solution such NaCl 0.9%. Intracranial hypertension management in head injury cases is frequently combined with hyperosmolar therapy, which dominantly using mannitol which is recommended limited to certain circumstances: short period of administration, intact condition of blood brain barrier, and with osmolarity coverage in range of 300-310 mOsml/L. As alternative, hypertonic saline can also be used, hence should be avoided when sodium serum concentration is higher than 160 mmol/L.http://inasnacc.org/ojs2/index.php/jni/article/view/74cairan dan elektrolitresusitasi cairanosmolalitasterapi hiperosmolarfluids and electrolytesfluid rescucitationosmolalityhyperosmolar therapy 
spellingShingle Bau Indah Aulyan Syah
Syafruddin Gaus
Sri Rahardjo
Manajemen Cairan dan Elektrolit pada Pasien Cedera Kepala
Jurnal Neuroanestesi Indonesia
cairan dan elektrolit
resusitasi cairan
osmolalitas
terapi hiperosmolar
fluids and electrolytes
fluid rescucitation
osmolality
hyperosmolar therapy 
title Manajemen Cairan dan Elektrolit pada Pasien Cedera Kepala
title_full Manajemen Cairan dan Elektrolit pada Pasien Cedera Kepala
title_fullStr Manajemen Cairan dan Elektrolit pada Pasien Cedera Kepala
title_full_unstemmed Manajemen Cairan dan Elektrolit pada Pasien Cedera Kepala
title_short Manajemen Cairan dan Elektrolit pada Pasien Cedera Kepala
title_sort manajemen cairan dan elektrolit pada pasien cedera kepala
topic cairan dan elektrolit
resusitasi cairan
osmolalitas
terapi hiperosmolar
fluids and electrolytes
fluid rescucitation
osmolality
hyperosmolar therapy 
url http://inasnacc.org/ojs2/index.php/jni/article/view/74
work_keys_str_mv AT bauindahaulyansyah manajemencairandanelektrolitpadapasiencederakepala
AT syafruddingaus manajemencairandanelektrolitpadapasiencederakepala
AT srirahardjo manajemencairandanelektrolitpadapasiencederakepala