Produksi garam di lahan geomembran: Perhitungan kapasitas produksi, mutu dan perbandingannya dengan garam tradisional

Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah penghasil garam di Indonesia, dengan daerah utama penghasil garam terdapat di Kab. Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Tamiang dan Simeuleu. Umumnya, proses pengolahan garam masih dilakukan secar...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Lancy Maurina, Mahlinda Mahlinda, Abdul Thalib, Ridho Kurniawan
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Balai Riset dan Standardisasi Industri Padang 2021-12-01
Series:JLI: Jurnal Litbang Industri
Subjects:
Online Access:http://ejournal.kemenperin.go.id/jli/article/view/6935
_version_ 1818732772068425728
author Lancy Maurina
Mahlinda Mahlinda
Abdul Thalib
Ridho Kurniawan
author_facet Lancy Maurina
Mahlinda Mahlinda
Abdul Thalib
Ridho Kurniawan
author_sort Lancy Maurina
collection DOAJ
description Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah penghasil garam di Indonesia, dengan daerah utama penghasil garam terdapat di Kab. Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Tamiang dan Simeuleu. Umumnya, proses pengolahan garam masih dilakukan secara tradisional dengan cara perebusan air garam menggunakan kayu bakar sebagai pemanas hingga air menguap dan menyisakan butiran garam berwarna putih buram. Teknologi perebusan ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya<strong> </strong>harga kayu bakar semakin mahal, jumlah produksi sangat terbatas dan mutu garam yang dihasilkan masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses kristalisasi garam menggunakan geomembran, menghitung kapasitas produksi dan menguji produk sesuai SNI. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan proses produksi garam tradisional. Hasil penelitian menunjukkan, lahan geomembran dapat menghasilkan garam lebih banyak dengan selisih sebesar 1.100 kg/10 hari atau terjadi peningkatan produksi sebesar 122,22 %. Hasil uji kadar NaCl menunjukkan kadar NaCl garam geomembran lebih tinggi 6,12% dari garam tradisional. Sementara, hasil pengujian warna menunjukkan garam geomembran berwarna putih jernih, sementara garam tradisional memiliki warna putih buram.
first_indexed 2024-12-17T23:38:53Z
format Article
id doaj.art-f70caf357c4349828ade4f7db0b190c0
institution Directory Open Access Journal
issn 2252-3367
2502-5007
language Indonesian
last_indexed 2024-12-17T23:38:53Z
publishDate 2021-12-01
publisher Balai Riset dan Standardisasi Industri Padang
record_format Article
series JLI: Jurnal Litbang Industri
spelling doaj.art-f70caf357c4349828ade4f7db0b190c02022-12-21T21:28:29ZindBalai Riset dan Standardisasi Industri PadangJLI: Jurnal Litbang Industri2252-33672502-50072021-12-0111213814410.24960/jli.v11i2.6935.138-1444413Produksi garam di lahan geomembran: Perhitungan kapasitas produksi, mutu dan perbandingannya dengan garam tradisionalLancy MaurinaMahlinda MahlindaAbdul ThalibRidho KurniawanProvinsi Aceh merupakan salah satu daerah penghasil garam di Indonesia, dengan daerah utama penghasil garam terdapat di Kab. Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Tamiang dan Simeuleu. Umumnya, proses pengolahan garam masih dilakukan secara tradisional dengan cara perebusan air garam menggunakan kayu bakar sebagai pemanas hingga air menguap dan menyisakan butiran garam berwarna putih buram. Teknologi perebusan ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya<strong> </strong>harga kayu bakar semakin mahal, jumlah produksi sangat terbatas dan mutu garam yang dihasilkan masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses kristalisasi garam menggunakan geomembran, menghitung kapasitas produksi dan menguji produk sesuai SNI. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan proses produksi garam tradisional. Hasil penelitian menunjukkan, lahan geomembran dapat menghasilkan garam lebih banyak dengan selisih sebesar 1.100 kg/10 hari atau terjadi peningkatan produksi sebesar 122,22 %. Hasil uji kadar NaCl menunjukkan kadar NaCl garam geomembran lebih tinggi 6,12% dari garam tradisional. Sementara, hasil pengujian warna menunjukkan garam geomembran berwarna putih jernih, sementara garam tradisional memiliki warna putih buram.http://ejournal.kemenperin.go.id/jli/article/view/6935garamgeomembranmututradisional.
spellingShingle Lancy Maurina
Mahlinda Mahlinda
Abdul Thalib
Ridho Kurniawan
Produksi garam di lahan geomembran: Perhitungan kapasitas produksi, mutu dan perbandingannya dengan garam tradisional
JLI: Jurnal Litbang Industri
garam
geomembran
mutu
tradisional.
title Produksi garam di lahan geomembran: Perhitungan kapasitas produksi, mutu dan perbandingannya dengan garam tradisional
title_full Produksi garam di lahan geomembran: Perhitungan kapasitas produksi, mutu dan perbandingannya dengan garam tradisional
title_fullStr Produksi garam di lahan geomembran: Perhitungan kapasitas produksi, mutu dan perbandingannya dengan garam tradisional
title_full_unstemmed Produksi garam di lahan geomembran: Perhitungan kapasitas produksi, mutu dan perbandingannya dengan garam tradisional
title_short Produksi garam di lahan geomembran: Perhitungan kapasitas produksi, mutu dan perbandingannya dengan garam tradisional
title_sort produksi garam di lahan geomembran perhitungan kapasitas produksi mutu dan perbandingannya dengan garam tradisional
topic garam
geomembran
mutu
tradisional.
url http://ejournal.kemenperin.go.id/jli/article/view/6935
work_keys_str_mv AT lancymaurina produksigaramdilahangeomembranperhitungankapasitasproduksimutudanperbandingannyadengangaramtradisional
AT mahlindamahlinda produksigaramdilahangeomembranperhitungankapasitasproduksimutudanperbandingannyadengangaramtradisional
AT abdulthalib produksigaramdilahangeomembranperhitungankapasitasproduksimutudanperbandingannyadengangaramtradisional
AT ridhokurniawan produksigaramdilahangeomembranperhitungankapasitasproduksimutudanperbandingannyadengangaramtradisional