Pemarkah Frasa Aspektualitas Bahasa Melayu Dialek Sambas

Linguistik tidak sekadar membahas bahasa secara internal, melainkan juga hal-hal yang berada di luar bahasa, termasuk waktu, situasi, dan pengguna bahasa. Pada awalnya dipahami bahwa setiap kata bersifat otonom, bisa berdiri sendiri dan dimaknai hanya dengan merujuk kata yang digunakan. Namun kenyat...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Haries Pribady
Format: Article
Language:Indonesian
Published: STKIP Singkawang 2016-09-01
Series:JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)
Online Access:http://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JP-BSI/article/view/95
_version_ 1811260010617896960
author Haries Pribady
author_facet Haries Pribady
author_sort Haries Pribady
collection DOAJ
description Linguistik tidak sekadar membahas bahasa secara internal, melainkan juga hal-hal yang berada di luar bahasa, termasuk waktu, situasi, dan pengguna bahasa. Pada awalnya dipahami bahwa setiap kata bersifat otonom, bisa berdiri sendiri dan dimaknai hanya dengan merujuk kata yang digunakan. Namun kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Penggunaan kata, khususnya verba, selalu berkaitan dengan hal lain yang berada di luar bahasa. Hal ini mencakup kapan suatu verba digunakan dan bagaimana suatu verba bisa berubah (secara morfologis) karena diakibatkan proses-proses yang menyertai atau berada dalam kegiatan berbahasa. Dalam hal ini, istilah semantik verba perlu diberikan perhatian secara serius karena setiap makna yang timbul akibat penggunaan kata kerja (verba) tidak bisa lepas dari aspek-aspek luar bahasa (ekstralinguistik). Sumarlam (2004: ix) menyebutkan bahwa aspektualitas merupakan unsur semestaan bahasa.  Istilah ini diambil sebagai ‘common thought’ yang mencakup aksionalitas dan aspek [7]. Aspektualitas merupakan gejala ekstralinguistik yang mencakup unsur waktu (time, temporal, moment) dan unsur situasi (state, event, process, dan activity). Bagi beberapa kalangan pengguna bahasa, konsep waktu bisa dipahami dengan konfigurasi antara struktur aspektualitas dan temporalitas yang lazim berlaku di masyarakat. Makalah ini membahas pengungkapan penanda waktu internal situasi (aspektualitas) dalam cerita daerah Melayu Sambas.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan dan mengungkap penggunaan pemarkah aspektualitas dalam tulisan-tulisan yang ada di cerita daerah. Pengungkapan ini diilakukan dengan sudut pandang sintaksis melalui aspek frasa. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif.
first_indexed 2024-04-12T18:41:08Z
format Article
id doaj.art-fead6b5a89ad492b9f143ae8dc5c8acf
institution Directory Open Access Journal
issn 2477-5932
2477-846X
language Indonesian
last_indexed 2024-04-12T18:41:08Z
publishDate 2016-09-01
publisher STKIP Singkawang
record_format Article
series JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)
spelling doaj.art-fead6b5a89ad492b9f143ae8dc5c8acf2022-12-22T03:20:47ZindSTKIP SingkawangJP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)2477-59322477-846X2016-09-0112768210.26737/jp-bsi.v1i2.9574Pemarkah Frasa Aspektualitas Bahasa Melayu Dialek SambasHaries PribadyLinguistik tidak sekadar membahas bahasa secara internal, melainkan juga hal-hal yang berada di luar bahasa, termasuk waktu, situasi, dan pengguna bahasa. Pada awalnya dipahami bahwa setiap kata bersifat otonom, bisa berdiri sendiri dan dimaknai hanya dengan merujuk kata yang digunakan. Namun kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Penggunaan kata, khususnya verba, selalu berkaitan dengan hal lain yang berada di luar bahasa. Hal ini mencakup kapan suatu verba digunakan dan bagaimana suatu verba bisa berubah (secara morfologis) karena diakibatkan proses-proses yang menyertai atau berada dalam kegiatan berbahasa. Dalam hal ini, istilah semantik verba perlu diberikan perhatian secara serius karena setiap makna yang timbul akibat penggunaan kata kerja (verba) tidak bisa lepas dari aspek-aspek luar bahasa (ekstralinguistik). Sumarlam (2004: ix) menyebutkan bahwa aspektualitas merupakan unsur semestaan bahasa.  Istilah ini diambil sebagai ‘common thought’ yang mencakup aksionalitas dan aspek [7]. Aspektualitas merupakan gejala ekstralinguistik yang mencakup unsur waktu (time, temporal, moment) dan unsur situasi (state, event, process, dan activity). Bagi beberapa kalangan pengguna bahasa, konsep waktu bisa dipahami dengan konfigurasi antara struktur aspektualitas dan temporalitas yang lazim berlaku di masyarakat. Makalah ini membahas pengungkapan penanda waktu internal situasi (aspektualitas) dalam cerita daerah Melayu Sambas.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan dan mengungkap penggunaan pemarkah aspektualitas dalam tulisan-tulisan yang ada di cerita daerah. Pengungkapan ini diilakukan dengan sudut pandang sintaksis melalui aspek frasa. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif.http://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JP-BSI/article/view/95
spellingShingle Haries Pribady
Pemarkah Frasa Aspektualitas Bahasa Melayu Dialek Sambas
JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)
title Pemarkah Frasa Aspektualitas Bahasa Melayu Dialek Sambas
title_full Pemarkah Frasa Aspektualitas Bahasa Melayu Dialek Sambas
title_fullStr Pemarkah Frasa Aspektualitas Bahasa Melayu Dialek Sambas
title_full_unstemmed Pemarkah Frasa Aspektualitas Bahasa Melayu Dialek Sambas
title_short Pemarkah Frasa Aspektualitas Bahasa Melayu Dialek Sambas
title_sort pemarkah frasa aspektualitas bahasa melayu dialek sambas
url http://journal.stkipsingkawang.ac.id/index.php/JP-BSI/article/view/95
work_keys_str_mv AT hariespribady pemarkahfrasaaspektualitasbahasamelayudialeksambas