Summary: | Fenomena trend konsumsi behel telah melanda kehidupan kaum muda. Indikatornya adalah
peningkatan jumlah pengguna dan menjamurnya klinik-klinik dokter gigi yang memberikan penawaran
perawatan behel cekat. Behel bagi kaum muda menjadi sebuah kebutuhan kesehatan sekaligus penunjang
penampilan serta kepercayaan diri. Dahulu orang menggunakan behel dianggap sebagai orang yang jelek
dan akan terlihat �mrongos� sehingga orang malu menggunakanya. Namun kini, konstruksi ini telah
berubah. Orang yang menggunakan behel saat ini justru lebih percaya diri karena dianggap trendy, cantik,
menarik dan bahkan kini behel telah menjadi sebuah gaya hidup. Behel yang nilai gunanya sebagai alat
kesehatan, saat ini dilihat bukan sekedar fungsinya aslinya saja. Tetapi kini behel dilihat sebagai benda
simbolik yang dapat mencitrakan posisi sosial individu. Behel dikonsumsi tidak hanya nilai gunanya tapi
juga nilai tanda/simbolik yang dilekatkan di objek konsumsi yakni behel tersebut. Orang yang
mengkonsumsi behel dianggap orang berduit, trendy, dan mengikuti gaya masa kini. Penelitian ini akan
berusaha menjawab pertanyaan mengenai tren konsumsi behel dikalangan kaum muda dan gaya hidup
yang menyertainya.
Penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi dipilih untuk menggambarkan suatu peristiwa
menurut sudut pandang orang yang mengalaminya langsung guna menelisik lebih dalam struktur
pengalamannya. Teori yang digunakan adalah Teori Masyarakat Konsumsi dari Jean Baudrillard dan teori
pendukung Spectacle Society milik Debord serta Teori Habitus (gaya hidup) dari Bourdieu. Informan
adalah mahasiswi aktif Fisipol UGM yang mengkonsumsi behel fixed ditangani oleh dokter spesialis
maupun dokter gigi PPDGS (Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis) ortho di RSGM (Rumah Sakit
Gigi dan Mulut) negeri dan swasta dengan batas rentang pemakaian lebih dari satu tahun. Teknik
pengumpulan data melalui indepth interview dan observasi sedangkan analisis data mengacu analisis data
fenomenologi Moustakas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kaum muda menjadi �gila behel� karena manipulasi
sistem tanda yang dikonstruksi oleh industri penampilan (kecantikan) melalui media (selebritas).
Manipulasi tanda yang dilekatkan di objek konsumsi yakni behel adalah mengenai keprestisean, trendy,
stylish, dan dapat meningkatkan penampilan melalui peningkatan kepercayaan diri seorang pengguna
dalam lingkungan sosialnya. Dengan manipulasi tersebut seolah-olah behel menjadi sebuah kebutuhan
nyata yang harus segera dipenuhi hingga seseorang rela membeli behel dengan harga mahal. Sehingga
didapati juga posisi-posisi sosial yang disandang oleh informan yakni posisi atas, menengah dan bawah.
Posisi sosial ini didasarkan dari nominal uang pembiayaan behel dan latar belakang sosial ekonomi
keluarga. Semakin tinggi pengeluaran per bulan keluarga ditambah nominal pembiayaan behel, maka
informan menempati posisi sosial atas, begitu seterusnya. Selain mengkonsumsi nilai gunanya, seseorang
secara otomatis juga turut mengkonsumsi nilai tanda atau simbolik yang dilekatkan terhadap behel. Selain
itu tren behel juga sudah menjadi sebuah gaya hidup. Gaya hidup mempertontonkan �barang mewah�
serta penampilan yang ideal didepan khalayak. Akhirnya, fenomena behel merupakan fenomena
konsumsi orang-orang �terdidik� yang mana pengetahuannya mengenai kesehatan lebih terbuka.
Informasi dan pengetahuan mengenai behel saling dipertukarkan antar teman dalam lingkup lingkungan
pergaulan (peer group). Lembaga pendidikan disini berperan menjembatani tren konsumsi behel
berkembang dengan sangat pesat. Konsumsi behel menjadi gaya hidup yang diidentikkan dengan gaya
hidup mempertontonkan yaitu sebuah imaji �kecantikan� yang ditampilkan melalui aksesoris-aksesoris
penampilan.
Kata kunci : Behel, Konsumsi, Gaya Hidup, Kaum Muda
|