PENENTUAN TINGKAT KERENTANAN LERENG DENGAN METODE WILSON & KEEFER DI KECAMATAN PLERET, DLINGO & PIYUNGAN, KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

Gempabumi 27 Mei 2006 yang lalu, telah memicu 150 gerakan tanah di sepanjang tebing di Kecamatan Piyungan, Pleret, Imogiri, Pundong dan Kretek. Peristiwa gempabumi tersebut meningkatkan kerentanan lereng terhadap gerakan tanah, terutama pada Kecamatan Pleret dan Piyungan. Kedua ke-camatan dikon...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Paramitha Tedja Trisnaning, Paramitha Tedja Trisnaning
Format: Article
Language:English
Published: Departmen Teknik Geologi 2015
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/135489/1/GEO88%20PENENTUAN%20TINGKAT%20KERENTANAN%20LERENG%20DENGAN%20METODE%20WILSON%20%26%20KEEFER%20DI%20KECAMATAN%20PLERET%2C%20DLINGO%20%26%20PIYUNGAN%2C%20KABUPATEN%20BANTUL%2C%20D.I.%20YOGYAKARTA.pdf
Description
Summary:Gempabumi 27 Mei 2006 yang lalu, telah memicu 150 gerakan tanah di sepanjang tebing di Kecamatan Piyungan, Pleret, Imogiri, Pundong dan Kretek. Peristiwa gempabumi tersebut meningkatkan kerentanan lereng terhadap gerakan tanah, terutama pada Kecamatan Pleret dan Piyungan. Kedua ke-camatan dikontrol oleh lereng curam dengan penyusunnya berupa batuan sedimen berlapis dan batuan vulkanik yang terkekarkan secara intensif, menjadikannya rentan terhadap gerakan tanah. Pemicu berupa gempabumi ataupun hujan dapat meningkatkan potensi gerakan tanah di masa mendatang, sehingga perlu ditentukan kerentanan lerengnya. Kerentanan lereng terhadap gerakan tanah ditentukan berdasarkan Metode Wilson & Keefer dengan parameter: kemiringan lereng dan kekuatan satuan ba-tuan. Daerah penelitian dibagi menjadi delapan kelas kemiringan lereng dengan tiga kelas kekuatan satuan batuan. Kerentanan lereng terhadap gerakan tanah ditentukan melalui proses tumpangtindih ke-dua peta parameter dengan menggunakan perangkat lunak Arc GIS. Kemiringan lereng dibagi menjadi < 3°, 3° – 5°, 5° – 10°, 10° – 15°, 15° – 20°, 20° – 30°, 30° – 40° dan > 40°. Kekuatan satuan batuan dikelompokkan menjadi kelas 1 (kekuatan batuan tinggi) terdiri dari breksi andesit, breksi autoklastik, breksi pumis dan breksi andesit tufan. Kelas 2 (kekuatan batuan menengah) terdiri dari breksi auto-klastik dan batupasir tufan dengan anggotanya berupa breksi andesit tufan. Kelas 3 (kekuatan batuan rendah) terdiri dari lempung pasiran dan sebagian batupasir tufan. Kerentanan lereng dibagi menjadi delapan tingkatan dengan nilai 0, III, V, VI, VII, VIII, IX dan X. Semakin besar nilainya menunjukkan peningkatan kerentanan lereng. Lereng dengan penyusunnya berupa batuan sejenis dapat memiliki ke-rentanan yang berbeda, dikontrol oleh besar derajat kemiringan lereng.