EVALUASI BATUAN INDUK SAMPLE BATUAN SEDIMEN FORMASI TALANG AKAR DI DAERAH LENGKITI, OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN

Formasi Talang Akar yang diendapkan pada cekungan Sumatera Selatan memiliki peran penting sebagai batuan induk dan reservoir. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui potensinya sebagai batuan induk pada sebaran formasi ini di daerah Lengkiti, Ogan Komering Ulu, Sematera S...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Budhi Kuswan Susilo, at al
Format: Article
Language:English
Published: Departmen Teknik Geologi 2015
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/135492/1/GEO94%20EVALUASI%20BATUAN%20INDUK%20SAMPLE%20BATUAN%20SEDIMEN%20FORMASI%20TALANG%20AKAR%20DI%20DAERAH%20LENGKITI%2C%20OGAN%20KOMERING%20ULU%2C%20SUMATERA%20SELATAN.pdf
Description
Summary:Formasi Talang Akar yang diendapkan pada cekungan Sumatera Selatan memiliki peran penting sebagai batuan induk dan reservoir. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui potensinya sebagai batuan induk pada sebaran formasi ini di daerah Lengkiti, Ogan Komering Ulu, Sematera Selatan merupakan tujuan dari penelitian ini. Evaluasi mencakup kapasitas sumber, tipe zat organik, dan kematangan. Metode penelitian mencakup kerja lapangan untuk mengambil sampel batuan dan menganalisis sampel pada laboratorium dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi – LEMIGAS. Sembilan sampel diambil dari batuan sedimen berbutir halus yang mengandung zat organik. Parameter geokimia minyak bumi digunakan untuk menganalisis sampel batuan. Nilai karbon organik di dalam batuan mulai dari 0,081 sampai 1,554 % berat TOC menunjukkan kapasitas sumbernya yang dapat diabaikan hingga sedang dengan indikasi potensi yang berkisar mulai dari rendah sampai baik untuk menghasilkan hidrokarbon. Adapun S1 memberikan nilai yang kurang dari 0,5 mg HC/g batuan dan S2 menunjukkan nilai di bawah 2,5 mg HC/g batuan, sehingga menegaskan bahwa batuan tersebut tidak cukup memadai untuk menghasilkan hidrokarbon. Sebagian besar sampel adalah berasal dari kerogen tipe III karena nilai S2/S3 berkisar antara 1 – 5, dan indeks hidrogennya berkisar 50-200 mg HC/% berat TOC. Sampel lainnya adalah berasal dari kerogen tipe IV karena nilai S2/S3 adalah kurang dari 1, dan indeks hidrogen adalah di bawah 50 mg HC/% berat TOC. Temperatur maksimum (Tmaks) pirolisis menunjukkan nilai kurang dari 435oC. Itu berarti bahwa transformasi termal belum mencapai fase generasi hidrokarbon. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kandungan zat organik pada batuan tidak mencukupi untuk menghasilkan hidrokarbon, terlebih lagi fase katagenesis belum tercapai. Hasil evaluasinya memberi indikasi bahwa potensi batuan induknya belum matang