Pengembangan Potensi Ruang Terbuka Di Kawasan Stasiun Lempuyangan Sebagai Kawasan Umum Terpadu ...

ABSTRAK Studi Pengembangan potensi ruang terbuka di kawasan stasiun lempuyangan sebagai kawasan umum terpadu: Tinjauan aspek budaya dan interaksi sosial masyarakat" ini dilatar belakangi oleh beberapa kenyataan. Pertama, adanya ruang-ruang yang tersisa dan ditingalkan tanpa pemanfaatan lebih la...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Perpustakaan UGM, i-lib
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada 1999
Subjects:
Description
Summary:ABSTRAK Studi Pengembangan potensi ruang terbuka di kawasan stasiun lempuyangan sebagai kawasan umum terpadu: Tinjauan aspek budaya dan interaksi sosial masyarakat" ini dilatar belakangi oleh beberapa kenyataan. Pertama, adanya ruang-ruang yang tersisa dan ditingalkan tanpa pemanfaatan lebih lanjut dalam pembangunan kawasan urban, atau dalam kasus ini ketidakjelasan penggunaan lahan yang tersisa dalam pemanfaatannya sebagai jalan rel. Kedua, sebagai pemilik lahan yang cukup luas, Perumka tidak berusaha memanfaatkannya secara efisien, sehingga di daerah stasiun kereta api sering terdapat "kawasan mati". Ketiga, timbulnya fenomena fenomenayang menarik dalam ruangruang sisa tadi. Beberapa di antaranya perlu penaganan lebih lanjut, karena terjadi secara permanen. Pada kasus stasiun Lempuyangan, ada beberapa fenomena yang menarik. Perubahan fungsi stasiun dari stasiun barang ke stasiun penumpang ternyata mengakibatkan terjadinya beberapa fenomena-fenomena sosial, seperti tumbuhnya sektor informal, balk itu pedagang kaki lima maupun jasa transportasi. Fenomena lain adalah digunakannya ruang-ruang sisa yang ada dalam kawasan stasiun sebagai ruang umum untuk berkumpul dan melihat kereta api. Fenomena-fenomena sosial tadi kemudian menyebabkan beberapa permasalahan yang pada dasrnya disebabkan karena kekurangsiapan pihak Perumka dalam mengantisipasi perubahan fungsi tadi. Pertama, timbulnya ketidakteraturan lalu-lintas pada ruas jalan Lempuyangan pada saat keberangkatan dan kedatangan kereta. Kedua, terganggunya kehidupan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan stasiun, baik secara visual, privasi, maupun dari polusi yang ditimbulkan oleh iampah karena adanya pedagang kaki lima. Ketiga, penggunaan ruang terbuka di stasiun Lempuyangan dapat membahayakan, dilihat dari segi fisik dan psikologisnya. Penataan lebih lanjut kawasan sangat diperlukan karena mengingat masih adanya potensi ruang terbuka yang belum dimanfaatkan sebagai penunjang fungsi stasiun. Dari usulan pengembangan kawasan diharapkan akan dipeoleh suatu rencana komprehensif yang dapat mengikat seluruh kawasan menjadi satu rangkaian yang terpadu dan saling mendukung. Dengan usulan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan, baik dari segi visual-estetik, maupun fungsional. Juga dapat meningkatkan nilai ekonomis bagi pihak Perumka, masyarakat sekitar kawasan, dan lebih jauh lagi kota Yogyakarta.