Religious Pluralism in the Thought Of John Hick (1922-...)

Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara kritis pandangan John Hick tentang pluralisme agama. Sebagai seorang presbiterian, Hick adalah seorang filsuf agama yang mencurahkan pemikirannya tentang agama kristen dan hubungannya dengan agama lain. Ide pokok Hick tentang pluralisme agama dapat dili...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Perpustakaan UGM, i-lib
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada 2003
Subjects:
Description
Summary:Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara kritis pandangan John Hick tentang pluralisme agama. Sebagai seorang presbiterian, Hick adalah seorang filsuf agama yang mencurahkan pemikirannya tentang agama kristen dan hubungannya dengan agama lain. Ide pokok Hick tentang pluralisme agama dapat dilihat dalam konsepnya tentang hipotesis pluralistik. Konsep Hick tentang hipotesis pluralistik sesungguhnya merupakan respon terhadap dua pemikiran besar yang ada sebelumnya tentang hubungan agama Kristen dengan agama lainnya yakni eksklusivisme dan inklusivisme. Bagi Hick, beberapa tradisi agama memang menemukan perbedaan tajam dalam ajaran-ajarannya yakn. tentang kenyataan historis, transhistoris dan perbedaan konsep tentang Tuhan. Keselamatan dalam agama Kristen juga kadang dimaknai secara tradisional sebagai milik gereja, milik agama Kristen saja. Oleh karena itu dalam konsepnya tentang pluralisme agama Hick menawarkan pemahaman bahwa tradisi-tradisi agama sebagai sebuah respon yang dibentuk oleh budaya yang berbedabeda terhadap (satu) Tuhan. Hick juga menganggap bahwa semua agama sama baiknya jika mereka memberikan pengaruh yang baik secara moral dan spiritual pada pemeluknya. Hick hipotesis pluralistik mempunyai beberapa implikasi. Bagi agama Kristen, inkarnasi ketuhanan Yesus menjadi sebagai sebuah metafora saja dan doktrin tradisional tentang pertaubatan Kristen menjadi tidak cocok. Selain itu hipotesis Hick juga dapat merubah cara pandang orang Kristen terhadap agama lainnya dari Kristosentrisme menjadi Teosentrisme, serta memberikan pemetaan yang baru terhadap posisi agama-agama. Ada beberapa kritik yang bisa diberikan terhadap hipotesis pluralistik Hick. Meskipun Hick telah mencoba untuk menjadi pengamat yang netral dalam hipotesisnya dengan tidak berpihak pada satu agama, akan tetapi Hick menghadapi kontradiksi internal jika melihat kenyataan teori kebenaran logis bahwa dua hal yang berbeda tidak bisa dikatakan sama pada satu waktu.Hick juga mengajukan suatu pendekaan yang pragmatis dengan menekankan sistem keagamaan dalam fungsi yang muncul dan kekuatan soterilogisnya. Selain itu ada juga masalah dengan Tuhan "tak terdefinisikan" yang menjadi amat sulit untuk dipahami karena berada diluar persepsi manusia (termasuk Hick sendiri). Akan tetapi, lepas dari semua kritik di atas, hipotesis pluralistic Hick tetaplah menjadi suatu keniscayaan manakala kita ingin mendamaikan perselisihan antara konsep Tuhan yang Maha kasih dengan kenyataan bahwa terdapat banyak perdebatan tentang klaim-klaim kebenaran dan keselamatan. Jika diterapkan pada konteks Indonesia, hipotesis Hick bisa menjadi suatu clasar etis bagi pemahaman pluralitas agama-agama di Indonesia. Kata-kata Kunci: Hick -- Pluralisme agama