Paleogeomorfologi Dalam Analisis Perubahan Lingkungan Kompleks Gua Kars Maros Sulawesi Selatan

INTISARI Penelitian yang dilaksanakan di kompleks gua Maros, Desa Leangleang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan ini bertujuan mendeskripsi kondisi geomorfologis lingkungan Maros pada masa lampau, serta mengidentifikasi faktor faktor geomorfologis yang menyebabkan peru...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Perpustakaan UGM, i-lib
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada 1997
Subjects:
Description
Summary:INTISARI Penelitian yang dilaksanakan di kompleks gua Maros, Desa Leangleang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan ini bertujuan mendeskripsi kondisi geomorfologis lingkungan Maros pada masa lampau, serta mengidentifikasi faktor faktor geomorfologis yang menyebabkan perubahan kondisi lingkungan tersebut. Di lingkungan kompleks gua Maros secara geomorfologis terdapat duo bentuklahan utama, yaitu bentuklahan solusional (karst) dan bentuklahan marin dataran aluvial pantai. Berdasarkan klasifikasi morfologi karst, kompleks gua Maros termasuk karst tropes dengan karakteristik memiliki bukit-bukit berlereng terjal (57 *-82 ), yang berkembang pada batugamping dengan kekar tiang dan kekar lembar, dan perkembangan karst ini termasuk fase III &raid: ke fase IV. Bentanglahan yang terdapat di daerah penelitian ini terdiri atas bentanglahan karst kerucut, bentanglahan karst menara, dan bentanglahan dataran aluvial pantai dengan bate serinding. Kondisi lingkungan Maros pada masa penghunian gua berupa pantai mangrove, yang menjadi lahan untuk berburu dan meramu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, lingkungan Maros pada masa kini berbeda dengan lingkungan Maros pada masa lampau. Jika pada masa lampau lingkungan Maros berupa ekosistem dataran. Faktor utama yang menyebabkan perubahan ekosistem itu adalah faktor aerodinamik, yaitu perubahan ildim global. Perubahan iklim global ini menyebabkan perubahan faktor ekodinamik yaitu punahnya tumbuhan mangrove, sehingga dimungkinkan sekali terjadi perubahan pola hidup dari berburu menjadi bercocok tanam.